Gadis itu menghabiskan terlalu banyak waktu ...
menyembunyikan diri,
sebab ketakutan
bakal dilihat sebagai orang aneh
yang tidak akan bisa diterima
di mana pun.Dia mencoba banyak cara, tapi ...
rasanya selalu saja
ada celah kurangannya.
Dia memperoleh hal-hal, tapi kesulitan beranjak dan entas dari ketidakpuasannya.Selama hasilnya tidak seperti kesempurnaan yang diidamkan,
dia merasa usahanya hanyalah kesia-siaan. Tidak ada artinya.
𓂃
Bertahun-tahun terbiasa dengan pemikiran begitu membuatnya memelihara image jelek,
terhadap diri sendiri.
Secara eksternal, orang lain mungkin bisa melihat refleksinya sebagai ketidakpercayaan diri.
"Aku ini bisa apa sih?"
"Aku ini punya apa sih?"
"Lebihku di mana?"
"Kenapa orang-orang bisa dengan mudah melakukannya, sedangkan aku ... sangat kesulitan?"
Di situ letaknya.
Dia ... tidak mengenal miliknya sendiri.
Selama ini, semua yang dirinya tahu hanyalah gemerlap hasrat untuk sesuatu ...
yang ada di luarnya.
Gemerlap milik orang lain.
Ke dalam?
Dia buta.
Iya, dia buta.
Memaksakan kesempurnaan adalah hal terbodoh.
Yang terjadi, ketika dia fokus pada kiri, dia menjadi tidak sesuai untuk kanan;
ketika dia fokus pada bawah, dia menjadi tidak sesuai untuk atas;
ketika dia fokus pada mereka, dia mungkin tidak sesuai untuk ...
kita.
Jadi, di mana aku harus berada?
Tanpa perlu lupa,
tanpa perlu merasakan kekosongan ...
... yang entah bagaimana malah semakin menetap meski setiap keinginan perlahan terpenuhi.
Rasanya aku kehilangan sesuatu ...
Setiap orang memiliki warnanya masing-masing.
Setiap orang memiliki pijarnya masing-masing.
Setiap orang memiliki semburatnya masing-masing.
Segala hal diciptakan dalam keberagaman semacam itu.
(1)
Jika segalanya hanya ada satu, jika keberagaman adalah hal yang tidak pernah eksis, bukankah kekayaan akan jadi hal yang mustahil?
Aku tidak bisa selalu tepat untuk semua hal, tidak bisa selalu sesuai untuk setiap orang.
Seperti begitu juga hal lainnya.
(2)
Jika dibandingkan dengan kebutaan terhadap diri sendiri,
apakah dinilai aneh adalah perkara yang lebih buruk?
(3)
Bagaimana bisa seorang nahkoda akan mengemudikan kapal yang sama sekali tak dipahaminya?
Apa dia bahkan pantas disebut sebagai seorang nahkoda, sedangkan sedikitpun tentang kapalnya sendiri dia tidak memahami?
Kapal jenis apa yang sedang dia bawa? Ke arah mana? Untuk tujuan apa? Apa yang harus dilakukan andai di tengah laut harus berhadapan dengan hal tak terduga? Bagimana caranya mempertahankan kapal itu agar tetap stabil? Akankah kapal itu baik-baik saja ...
... jika sang nahkoda tidak memahaminya?
Tidak sepenuhnya tentang kapal, tapi kuharap kamu mengerti maksudku.
. . .
Tamatkan yang satu ini,
sekali lagi ...Dunia ini memerlukan lebih banyak warna. Kamu layak mencurahkan warnamu sendiri.
Kenapa kamu memilih jadi kloning dari warna milik orang lain?
Milikmu sendiri, apakah kamu mengenalnya? Tidakkah rasanya menyakitkan ketika kamu mulai merasakannya memudar?