lidah pun bibirku gagap berucap
ia pecanggung nan malu-malu
aksaraku seperti bayi yang nasibnya
melas sekali, sebab, beribu sayang, tak
dapat becus kususui.tanyaku mengatap tebal serupa
stratokumulus, sejak lama sekali.apa sih yang kupandai?
baru-baru ini kutemui kesiuran yang
kupikir jawabannya:rupanya aku pandai berceloteh dalam
bisu dan gaduhi hening dengan gelas-
gelas kaca dalam kepalaku.aku pandai ngawur,
aku pandai menjadi disalaharti.barangkali, harusnya aku mulai
berhenti-