Bagian 11

137 17 11
                                    

Copyright by Regard Dermata Visqoo

Disclaimer : Pemeran yang saya ambil merupakan milik diri mereka sendiri, keluarga, serta agensi yang menaungi. Ide cerita yang tidak jelas ini mutlak milik Penulis. Jika ada kesamaan dalam tulisan, dipastikan bahwa itu unsur yang tidak disengaja.

🌱

KALAU bibir Jungwon bisa lebih maju bermeter-meter, mungkin sudah dilakukan oleh pemuda itu sedari tadi.

Si pipi berlemak terus-menerus memajukan bibirnya acapkali bertemu Sunghoon.

Bahkan seperti sekarang, saat Sunghoon sibuk dalam kegiatannya memandangi Ni-ki, Jungwon yang lewat sekonyong-konyong memajukan bibir dengan ekspresi sebal.

"Astaga, Jungwon. Ada apa sih?" Pada akhirnya Sunghoon kalah oleh rasa jengah.

"Sunghoon curang."

"What in the nani?"

Jungwon merampas kotak susu pisang dari tangan Sunghoon, menyedotnya kuat-kuat.

Seolah-olah sedang menjadi pemeran iklan susu, pemuda itu mendesah dibuat-buat begitu selesai meneguk hingga tandas.

Sunghoon hanya geleng-geleng kepala. Menghela napas pasrah saat kotak susunya kembali ke tangan dalam keadaan kosong melompong.

"Sunghoon curang. Mentang-mentang menjabat sebagai Tetua Suku Kolangkaling, jadi bisa ganti status seenaknya."

"Aku hilang arah, Won. Diperjelas bisa?"

Jungwon mendengus, sampai-sampai plastik kosong di antara mereka tertiup.

"Dulu kan status Sunghoon uke, sekarang malah ngesemein anak orang." Ucapnya menunjuk Ni-ki di lapangan.

Tentu saja Jungwon tidak menggunakan jari sebagaimana orang biasanya. Bibirnya maju sebagai ganti jari telunjuk.

Ni-ki sudah sejak lima belas menit yang lalu bermain bola bersama si bule law─ups, Shim Jaeyoon maksudnya─dilapangan dan Sunghoon seperti biasa duduk menonton di gazebo pinggir lapangan.

"Yaudah sana, semein siapa kek." Sela Heeseung dari belakang.

Kedua orang itu menengok dengan reaksi yang berbeda.

Ada rasa horor di wajah Sunghoon, seolah Heeseung baru saja mengatakan kata terlarang dan terkutuk yang bisa menimbulkan tulah berkepanjangan.

Sedangkan Jungwon malah memandang dengan wajah berseri-seri.

Entah dari mana datangnya kilauan-kilauan gaib yang mengitarinya. Bahkan rasanya nampak bebungaan bermekaran sebagai latar belakang Jungwon.

"Benar juga!" Seru Jungwon riang.

Dia bangkit, menepuk pundak Heeseung.

"Nice, bro,"

"Yoi, aku kan─"

"KETUA KELAS JADI UKE-KU YUK!" Teriak Jungwon mengejar Jay.

Mendengar teriakan Jungwon, Jay langsung terlonjak di tempat.

Dia mematung, menatap tak percaya.

Kengerian, horor dan rasa terancam menerjang seluruh tubuh Jay.

"Gak gitu juga, PANJOL! JUNJUNGAN GUA ITU!" Jerit Heeseung ikutan mengejar.

Jay yang akhirnya menyadari bahaya serangan agresi mengerikan, langsung berlari sekuat tenaga. Buku-buku latihan milik teman sekelas berceceran di jalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jamapeca [ NikHoon / Hoonki ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang