Hai yayang... jumpa lagi🤞🏻
Langsung aja ya...
nanti di akhir part ada info, dibaca juga yaa...Happy Reading All🤞🏻🤞🏻
Chapter 8
"Pyralis Stasya, dimana dia?"
Gadis tersebut sibuk membolak-balikkan halaman mencari sosok nama Pyralis berada. Dimana ada nama Pyralis tertera, disitu ia berada.
Gadis itu Maza yang sekarang berada di belakang gedung stadion. Ini adalah hari kedua masa MPLS. Jika ditanya kenapa ia berada di sana dan tidak mengikuti kegiatan MPLS? Itu karna ia merasa bosan berada didalam dan berakhir bolos MPLS.
"Dek kenapa disini? Teman temannya pada didalam loh," tiba tiba terdapat seseorang menghampirinya. Dari penampilannya yang menggunakan jas OSIS, sudah dipastikan ia adalah salah satu anggota osis yang bertugas.
"Saya kelas sebelas kak," satu alasan yang membuat Maza bertahan bertahan sajak tadi diarea ini. Jangan heran, Maza itu ahli dalam mengarang asal tidak merugikan orang lain.
"Kok gue belum pernah liat lo sebelumnya?"
"Gue jarang keluyuran disekolah ini kak. Lagian sekolah ini kan juga luas. Jadi mungkin kita belum pernah bertemu sebelumya," jelas Maza tanpa ragu dan tanpa belibet sedikit pun hingga sulit ditebak bahwa ia telah mengarang.
Lawan bicaranya hanya tersenyum tipis memperhatikan raut wajah Maza yang begitu santai mengatakan hal itu.
"Dari kata kata yang lo omongin tadi, sudah keliatan kalau lo berbohong."
Maza melongo mendengar penuturan cowok didepannya. "Gue nggak bohong kak. Gue beneran belum pernah ketemu lo apa lagi kenal-"
"Lo nggak kenal gue?" Laki laki itu tiba tiba memotong pembicaraan gadis didepannya.
"Iya gue nggak kenal lo, kenapa emang? Lo terkenal disekolah ini? Gue nggak peduli!"
Laki laki itu menoleh ke bajunya yang terdapat name tag di dada kanannya. Ia lalu menunjuk nunjuk bet yang bertuliskan namanya dihadapan Maza.
"Junanda Sebastian Elcano," lirih Maza. "Lo Juna? Juna si wakos itu kan?" Tanya-nya tanpa menunjukkan ekspresi terkejutnya bahkan sebaliknya, ia terlihat biasa saja.
"Ohh lo cuma kenal nama dan jabatan gue aja. Penghargaan buat lo. Lo orang pertama yang kenal gue langsung dari gue sendiri."
Maza mengerutkan jidatnya bertanda tak paham, "maksud lo?"
"Lo kenal gue bukan dari orang lain tapi langsung dari gue sendiri."
"Oh, terus?"
"Gue bakal traktir lo hari ini."
"Gue sibuk hari ini. Jadi lo kasih uang aja, biar gue beli sendiri nanti."
Juna menautkan alisnya lalu tersenyum miring, "lo kira kita bakal makan bareng? Jangan ke geer-an deh," ia meraih tangan Maza lalu meletakkan selembar uang berwarna merah muda diatas telapak tangan Maza.
Maza hanya memperhatikan gerak-gerik cowok didepannya yang tiba-tiba pergi meninggalkannya dengan raut yang sulit diartikan.
"Gue ke geeran? Dimana mana kalau mau traktir orang pasti dianya juga ikut makan di tempat yang sama atau dia yang beliin aja tanpa ikut makan bareng. Nah kalau gini nih namanya apa ya? Mungkin hadiah atau... entahlah. Benar benar cowok yang sulit ditebak ya. Idaman? iya sih... tapi selain dia," monolognya panjang lebar.
"Ya udah lah yang penting gue dapet duit seratus rebu. Uyy rezeki anak baik emang gak terduga," Maza kegirangan hingga tiba tiba seseorang menarik tangannya hendak menyeretnya menuju suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENSILPENGHAPUS DALAM FIKSINYA
Teen Fiction‼️FOLLOW SEBELUM BACA‼️ (On going) Ketika seorang penulis masuk ke dunia karangannya. Kedenger sangat mustahil. Tapi tidak disangka. Ternyata hal itu dialami oleh seorang gadis bercita cita penulis ini. Namanya Maza. Kemustahilan itu tidak lah pasti...