Chapter | 5

46 10 5
                                    

Hai lagi... 👋🏻🐒🐿️🐈🐅🌚🗿

Makin hari pembacanya makin berkurang. itu pasti karna yg awalnya cmn mampir trs ga tertarik trs ya udh ditinggal gitu aja. Aku mau nanya, apakah ada yang masukin cerita ini ke perpus?

Gayys aku butuh feedback dari kalian 😭 kalian gak kasihan apa sama aku. Aku ini masih masa masa belajar nyusun kata, masih pemula, naskahnya masih berantakan, narasinya kurang... ga tau kenapa aku kyk ngehindar bngt sama yg namanya narasi 👀 pdhl narasi itu juga penting dalam sebuah cerita. Ya yg namanya narasi itu ya cerita 🤣 author yg satu ini emang aneh ygy.

Aku usahain maksimal up sebln sekali, trs minimalnya seminggu sekali 🙏🏻 mohon maklumin ya ...

Happy Reading...💃💃💃💃💃💃💃💃

|CHAPTER 5|


"Itu kan teman sekelas SMP kamu".

Satu kalimat yang sangat berpengaruh di pikirannya saat ini.

Maza, ia saat ini sedang berada di balkon kamarnya. Balkon kecil yang sangat nyaman baginya untuk menikmati langit sore yang sangat indah. Walaupun kecil, balkon ini muat untuk kursi lengkap dengan mejanya yang biasa digunakan Maza untuk mengganti suasana belajarnya dan menulisnya.

Maza termenung sambil melihat langit dihadapannya, "gue masuk ke dunia ini bukannya berkurang beban hidup gue, eh malah bertambah. Serba salah emang. Sejak kapan coba gue ada di dunia ini? Perasaan baru kemaren deh," ia sambil mengetukkan jari jarinya pada meja dihadapannya, seperti sedang berpikir keras.

"Bodoh, lo itu transmigrasi tau!" Seperti biasa suara misterius itu muncul secara tiba-tiba.

"Sumpah lo itu kebiasaan banget ngagetin gue, mana nggak ada wujudnya lagi. Dasar! Maksud lo apaan gue transmigrasi. Ini tubuh tubuh gue, nyokap bokap gue juga sama, terus ini rumah rumah gue maksud gue rumah orang tua gue. Nah transmigrasi apaan coba?!" Kesal Maza. Kini ia makin dibuat bingung oleh suara misterius itu.

"Hey yang lo tempatin ini, tubuh gue. Gue sama lo itu sama, bedanya gue bukan penulis kayak lo. Gue itu versi lo di dunia ciptaan lo. Gue punya kehidupan sebelum lo masuk kesini. Dunia ini dunia gue dan lo yang udah nyiptain dunia gue. Jadi, secara tidak langsung lo juga yang udah nyiptain gue," jelasnya panjang lebar.

(Tulisan yg diblok harap dipahami, kalo ga paham lanjut baca aja, trs klo masih blm paham baca ulang part ini✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧ )

Maza mengerutkan keningnya setelah mendengarkan penjelasan dari suara misterius itu. berusaha sekeras mungkin untuk mencerna penuturannya. Kata demi kata terulang di benaknya.

'Bedanya gue bukan penulis kayak lo'

Ia menoleh ke arah buku yang berada diatas maja itu.

"Kalau gue transmigrasi ke tubuh lo dan nyasar ke dunia ini, sedangkan lo bukan penulis kayak gue. Lalu, bagaimana bisa ada buku ini disini?" ia sambil menunjuk nunjuk buku catatannya yang ada di hadapannya.

"Buku itu ada disaat lo masuk ke dunia ini. Jadi, pas lo masuk ke sini buku itu ngikutin lo. Apa lagi?"

Maza mengangguk anggukkan kepalanya sedikit paham. Lalu ia berpikir kembali. Mengingat ingat penjelasan kata kata yang diucapkan suara itu tadi.

'Secara tidak langsung lo juga yang udah nyiptain gue'

"Lo bilang gue yang udah nyiptain lo, tapi lo nggak ada didaftar tokoh tokoh gue".

PENSILPENGHAPUS DALAM FIKSINYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang