Bunyi bell begitu nyaring memenuhi seluruh isi sekolah, anak-anak mulai berlarian tanpa arah untuk cepat masuk kedalam kelas. Tepat saat lelaki bertubuh besar dan kekar itu lewat semuanya terdiam ditempat, perempuan hingga pria menahan teriakan mereka. Teriakan kagum akan aura berwibawa nya terpancar.
"STOP!!" pekik wanita dengan dandanan yang begitu menor. Dia berjalan kearah pria tadi yang sempat juga terkejut karena ulahnya, digandengnya lengan pria itu. Kepalanya sedikit mendongak menatap mata pria itu dengan senyuman yang membuat matanya menyipit.
"Apa?! Pergi kalian semuanya!" Wanita itu mengusir para siswa-siswi yang menatap mereka berdua. Pria itu menatap wanita yang sedang menggandeng tangannya, dilepasnya dengan paksa lalu masuk kedalam kelas tanpa bicara. Wajahnya berubah menjadi kesal, di hentakan kakinya berkali-kali kelantai.
"Jessa!" Suara perempuan lembut itu memanggil namanya, "ayo masuk" ajaknya. Ia menoleh dengan raut wajah sedih, bibirnya mengarah kebawah menandakan ia ingin menangis. Lantas, perempuan yang memanggilnya tadi segera memeluknya erat.
"Tidak ada acara untuk berpelukan, kita belum perpisahan" pria dengan rambut model modern kini mengangetkan mereka.
"Kau ini!" Dengan cepat tangan perempuan berwajah menor itu memukul kepala pria yang sedikit lebih tinggi darinya.
"Hei, kau tidak ada sopan santun sekali dengan ku!" Ia menggosok kepalanya dan meringis kesakitan.
"Untuk apa aku bersikap santun dengan mu?"jawabnya dengan lantang.
Melihat keduanya akan memburuk, Jia segera memisahkan mereka.
"Johan, jessa, lebih baik kita masuk kedalam kelas sebelum guru melihat" ajak Jia sedikit cemas. Sebelum masuk, mereka berdua bertatapan sengit. Jia hanya menghela nafasnya, ia berpikir kapan mereka berhenti untuk bertengkar karena hal kecil.
"Tugas kimia tentang molekul, cepat kumpulkan dimeja saya" murid didalam kelas langsung berdiri dan berbaris rapi untuk mengumpulkan tugas. Setelah mengumpulkan tugas, Jia duduk kembali di kursinya dan menghadap jendela karena angin datang dari luar meniup halus rambutnya.
Saat melamun kearah jendela, tiba-tiba suara pukulan penggaris panjang begitu nyaring membuat murid didalam terdiam.
"Baiklah, perhatikan saya semuanya!".
"Selaku wali kelas kalian, saya ingin kalian berkelompok untuk membuat tugas" pria tua dengan perut buncit itu berjalan kearah tengah-tengah kelas.
"Tugas proyek pembuatan manisan yang melibatkan proses osmosis, kelompoknya nanti saya sebutkan, kalian segera menghampiri teman kalian jika kelompoknya sama" semua murid berteriak paham ketika penjelasan telah selesai.
Setelah pembagian kelompok, bell istirahat berbunyi. Siswa-siswi segera berlari untuk mengantri ke kantin agar mendapatkan barisan pertama.
"Kalian dengar berita kalau akan ada murid baru Minggu depan?" Johan bertanya kepada dua wanita yang sedang asyik bergandeng tangan. Keduanya menggeleng, "dua murid, satu perempuan dan satu lagi laki-laki" lanjutnya.
Jessa berhenti berjalan dan membuat Jia terhenti juga, "jadi kita harus apa? Membuat pesta?" Tanyanya dengan sarkas.
"Hey, aku tidak bilang kita harus merayakan kedatangan mereka".
"Yasudah, berhenti lah membicarakan orang lain" bola matanya memutar dan kembali berjalan kearah ke kantin sendirian. Johan geram akan kelakuan temannya itu, ia menghela nafasnya secara kasar dan memukul angin.
"Le-lebih baik ki-kita menyusul jessa, bukan?" Jia bicara gagap karena ia takut akan emosi Johan sekarang, Johan menetralkan dirinya. Lalu, ia berjalan ke kantin menyusul jessa.
"Jadwal futsal Jordan besok siang setelah istirahat" tiba-tiba saja Johan membicarakan pria yang dikaguminya itu. Jia menjadi gugup, pelipis keningnya langsung bercucuran keringat dingin.an
"Ka-kau, kau bicara apa?".
"Hey, kau kan sudah memberi tahu ku jika kau menyukai jovian" mata Jia bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Kau ini pilih kasih sekali,"
"Kau tidak memberi aku roti juga, aku marah" Johan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Ba-baiklah, aku akan membuatkan untukmu juga" ucap Jia merasa tak enak kepada Johan.
"Tapi, bolehkah aku menitipkan untuk dia juga, masalahnya aku akan les mulai besok. Aku takut akan tidak sempat memberikannya" Jia menjelaskan dengan raut wajah yang sedih. Johan merangkul Jia dan menenangkan Jia, bahwa dia akan memberikan apapun demi Jia.
"Akan ku lakukan demi orang yang kau kagumi itu, tapi kau harus memberiku roti juga" Johan memberikan syarat kecil kepada Jia. Sang empu hanya mengangguk setuju, melihat kelakuan Jia seperti ini membuat Johan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [ON GOING!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...