Menyusuri Hari-hari Sebagai Mahasiswa yang Berjuang Melewati Waktu Tanpa Terpaku

20 6 0
                                    

Aku mengambil sendok dari atas meja dan menekannya ke dalam minuman di sampingku. Suara minuman yang kusentuh memecah keheningan di sekitar. Sambil menikmati roti isi coklat yang masih hangat, setiap gigitan roti coklat mengeluarkan rasa manis yang memanjakan lidahku, sekaligus menyatu dengan aroma kopi yang menguar di udara.
Aku, seorang mahasiswa dengan kecenderungan untuk lebih mengekspresikan diri melalui seni daripada melalui rutinitas kuliah yang konvensional. Aku gak suka dengan belajar yang monoton dan terbatas, jadi kadang terlihat kurang semangat di kelas. Meski begitu, ada satu hal yang tak pernah bisa dipungkiri tentang diriku, aku selalu penasaran dan ingin tahu lebih banyak.
Kehidupan teater menjadi wadah ekspresi terbaik bagiku. Aku merasa hidup saat berada di atas panggung, melukiskan realitas kehidupan melalui tulisan dan peran yang aku mainkan. Aku menemukan kebebasan dan kepuasan di sana, tanpa perlu terbatas oleh aturan dan pembatasan kampus.
Walau mungkin aku tidak akan pernah menjadi mahasiswa teladan yang sering terlihat di perpustakaan atau kantin, aku yakin aku bisa menjalani kewajiban kuliah dengan penuh tanggung jawab. Meski terkadang hatiku meronta dalam kebosanan, aku tetap berkomitmen untuk menyelesaikan apa yang perlu aku lakukan.
"Zephyra" serunya Qairen dengan semangat, mengacaukan ketentraman aku yang lagi duduk santai di koridor kampus. Ah, manusia ini, memanggil seolah-olah ada hal mendesak.
"Ada apa, Qai?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.
"Kelas, dong! Dosen lagi gak sabar nunggu," serunya dengan semangat.
Aku hanya mengangguk, "Iya, aku udah mau masuk."
Qairen melambaikan tangan sekali lagi sebelum berlari ke arah lain, pasti ada tugas-tugas sosial yang menunggu dia. Aku melangkah menuju pintu kelas, masih terdengar riuhnya percakapan dan tawa di sekitar.
Setelah masuk ke dalam kelas, aku melihat dosen sudah siap di depan. Aku merasa lega bisa menyudahi panggilan Qairen, meskipun sebenarnya aku tahu hari ini bakal ada sesuatu yang menarik dengan kehadirannya. Suasana kelas yang ramai dengan canda tawa teman-teman membuat aku sedikit lebih semangat untuk mengikuti perkuliahan hari ini.
"Gue kira lo gak bakal dateng, Zephyra," ucap teman yang duduk disamping aku sambil tersenyum.
"Gak juga sih, sedikit malas tapi harus tetap diikutin" jawabku sambil duduk di tempatnya.
Saat itulah dosen mulai memulai perkuliahan, dan aku siap memasuki dunia baru yang, meski tak seexciting pentas teater, tetap menarik dalam menggali pengetahuan baru.

Suasana kelas masih terasa mendung dengan bau buku dan nada-nada dosen yang monoton. Aku duduk di tempat biasa, dengan satu tujuan di pikiran cepet-cepet selesai dengan tugas ini. Namun, di luar jendela, udara cerah dan riuhnya suasana di koridor mengundang perhatian. Dosen memberikan tugas yang harus dikerjakan. Aku mengangguk sambil berusaha menyembunyikan kegelisahan di wajah.
Tugas dikerjakan dengan cepat dan fokus, aku pengen selesai secepat mungkin. Dengan mata melirik ke jam dinding, aku bisa merasakan detik-detik berlalu dengan sangat lambat. Sementara itu, aku nggak sabar buat ngerasain atmosfir panggung yang selalu bikin hati berdebar itu.
Setelah tugas selesai, aku nyeret tas dengan cepat, seperti seseorang yang baru bebas dari penjara. "Iya, pak, tugasnya udah selesai," ucapku cepat sambil merapikan kertas-kertas di mejanya.
Dosen mengangguk, "Baik, selamat beraktivitas, tapi jangan lupa tugas untuk minggu depan."
Aku melambaikan tangan sambil bergegas meninggalkan kelas. Di koridor, udara segar langsung menyambutku. Aku langsung menuju aula teater, hati berdebar dengan antisipasi akan pertunjukan yang bakal aku saksikan. Pagi ini bakal jadi pagi yang aku tunggu-tunggu dengan penuh antusiasme.
Qairen menghampiri dengan senyum lebar, matanya penuh dengan rasa keingintahuan. "Eh, mau kemana, sih?"
Aku menjawab dengan santai, "Biasa aja, Qai. Lagi mau ke aula teater, ada pagelaran yang aku pengen liat."
Qairen mengangguk paham, "Oh, yang diumumin tadi pagi itu? Kayaknya seru, ya."
Aku mengangguk setuju, "Iya, bener banget. Aku udah penasaran dari tadi pagi. Makanya, tugas tadi aku kerjain cepet biar bisa segera nonton."
Qairen tersenyum, "Seru, nih! Gak sabar pengen liat keseruannya."
"Yuk, kalau mau ikutan, aku tunggu di sana," ajakku sambil melangkah menuju pintu keluar.
Qairen tertawa kecil, "Nggak, deh. Aku ada urusan dulu di perpus. Nikmatin aja teaternya, ya! Nanti ceritain keseruannya ke aku."
Aku mengangguk, "Deal! Sampai jumpa nanti, Qai."
Qairen melambaikan tangan sambil berlalu, dan aku melanjutkan langkah menuju aula teater dengan rasa antusias yang semakin memuncak. Sesekali, pikiranku masih tertuju pada tugas yang udah selesai, dan sekarang, saatnya merasakan kesenangan di panggung teater.

MAYAPADA KASMARAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang