Setelah satu minggu pulih dan kembali ke keadaan yang stabil, aku merasa semakin kuat dan siap untuk menghadapi ketidakpastian yang masih menghantui pikiranku tentang Langit. Setiap hari yang berlalu tanpa kabar darinya membuat rasa kekhawatiranku semakin besar, dan aku merasa perlu untuk menemui Langit secara langsung untuk mendapatkan jawaban yang aku butuhkan.
Dengan hati yang penuh tekad, aku mengatur waktu untuk bertemu dengan Langit. Aku ingin memastikan bahwa kami berdua bisa berbicara secara terbuka dan jujur tentang semua yang terjadi. Aku merasa bahwa hanya dengan berbicara langsung, kami bisa menyelesaikan segala ketidakpastian dan ketegangan yang mungkin ada di antara kami. Aku memutuskan untuk mendatangi rumah Langit. Aku merasa bahwa percakapan kami belum selesai, dan aku membutuhkan kejelasan yang lebih dalam dari Langit.
Saat aku tiba di depan pintu rumahnya, detak jantungku semakin cepat. Aku mengetuk pintu dengan hati-hati, mencoba menahan kecemasan yang memenuhi pikiranku. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, pintu terbuka dan Langit muncul di ambang pintu.
"Wah, apa yang membawa kamu kemari?" tanyanya dengan keterkejutan di wajahnya.
"Aku merasa bahwa kita perlu membicarakan beberapa hal lebih lanjut," jawabku mencoba untuk tidak menunjukkan ketegangan yang merambat di dalam diriku.
Langit mengangguk dan mengundangku masuk ke dalam rumahnya. Saat kami duduk di ruang tamu, suasana menjadi tegang. Aku bisa merasakan betapa pentingnya momen ini bagi kami berdua.
"Aku ingin meminta maaf," ucap Langit tiba-tiba, ekspresinya penuh penyesalan. "Aku menyadari bahwa aku telah membuatmu khawatir dengan sikapku."
Aku merasa lega mendengar permintaan maafnya, tetapi aku masih merasa bahwa ada lebih banyak hal yang perlu dibicarakan. "Aku juga ingin berbicara tentang alasan di balik ketidakhadiranmu dan mengapa kamu tidak memberi kabar."
Langit menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku tahu aku telah membuatmu khawatir, dan sebenarnya aku juga sedang menghadapi beberapa masalah pribadi. Aku tidak bermaksud untuk mengabaikanmu."
Meskipun penjelasannya memberi sedikit kejelasan, aku masih merasa bahwa ada hal-hal yang belum terungkap. "Aku mengerti, tetapi aku merasa bahwa kita harus bisa saling berkomunikasi dalam hubungan kita. Aku hanya ingin kita bisa terbuka satu sama lain."
Langit menatapku dengan tatapan yang penuh penyesalan. "Aku berjanji akan lebih baik lagi."
Sisi lain dari Langit yang mungkin tidak banyak orang tahu adalah kegemarannya terhadap tidur. Meskipun dia mungkin terlihat serius atau sibuk di depan orang lain, namun sebenarnya dia merasa paling nyaman dan senang saat berada di alam mimpi. Saat kami tengah ngobrolpun dia merapatkan matanya dan segera terlelap. Aku merasa hangat melihatnya tidur dengan damai.
Kecurigaanku semakin memuncak, dan aku merasa tidak bisa menahan diri lagi. Dengan hati yang berat, aku mencoba membuka kunci ponsel Langit saat dia terlelap, berharap untuk menemukan jawaban atas ketidakpastian yang merayapi pikiranku. Tanganku gemetar saat aku menempelkan jari di sensor sidik jarinya.
Dan kemudian, seperti adegan dalam mimpi buruk, ponselnya terbuka. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat. Saat aku menelusuri sosial medianya, kebenaran yang pahit terkuak di hadapanku. Langit sedang berhubungan dengan orang lain, dengan ceria dan hangat. Perasaanku hancur saat aku menyadari bahwa dia telah mengabaikanku dan menyembunyikan hubungannya dengan orang lain.
Hatiku berdegup kencang dalam keputusasaan. Segala kebahagiaan dan kepercayaan yang telah kita bangun bersama terasa seperti hancur dalam sekejap. Aku merasa dikhianati, terluka, dan hancur. Kenapa Langit memilih untuk tidak menghubungiku selama ini? Mengapa dia menyembunyikan hubungannya dengan orang lain?
Dalam kebingungan dan kesedihan, aku mencoba menelan rasa sakit itu. Tetapi, di tengah-tengah keputusasaanku, aku tahu bahwa aku harus menghadapi Langit dan mengungkapkan apa yang telah aku temukan. Meskipun rasanya seperti dunia ini runtuh di atasku, aku harus mencari keberanian untuk menghadapi kebenaran, walaupun itu menyakitkan.
Dalam hancurnya hatiku, air mata tak terbendung mulai mengalir di pipiku. Tanganku gemetar saat aku mencoba menahan rasa sakit dan kekecewaan yang melanda. Tapi, aku tidak bisa menyembunyikan tangisanku saat melihat kebenaran yang menyakitkan di layar ponsel Langit.
Tiba-tiba, aku merasa pelukan hangat mengelilingiku. Aku mengangkat wajahku dan melihat Langit yang sudah bangun dari tidurnya, matanya penuh kekhawatiran. "Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis?" tanyanya dengan suara lembut.
Aku merasa sulit untuk menemukan kata-kata. Dengan gemetar, aku menjelaskan apa yang aku temukan di ponselnya. Aku merasa sedih, terluka, dan dikhianati. "Mengapa kamu tidak memberitahuku? Mengapa kamu menyembunyikan hubunganmu dengan orang lain?" suaraku terputus-putus oleh tangisku.
Langit menatapku dengan tatapan penuh penyesalan. "Maafkan aku," katanya dengan suara yang penuh rasa menyesal. "Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku punya alasan sendiri, tapi aku tahu itu tidak bisa menjadi pembenaran atas tindakanku."
Dia memelukku erat, mencoba menenangkan aku yang sedang hancur. "Aku mencintaimu, dan aku tidak ingin kehilanganmu," bisiknya dengan penuh kelembutan.
Dalam pelukan hangat Langit, aku merasa sedikit tenang meskipun hatiku masih terluka. Dia meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa dia mencintaiku, dan bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Meskipun masih ada keraguan di dalam hatiku, cinta yang besar yang aku miliki untuknya membuatku mau memberinya kesempatan. Aku memutuskan untuk mempercayainya, meskipun ada luka yang perlu disembuhkan dan rasa takut yang masih menghantuiku.
"Dengarkan, aku tahu ini tidak akan mudah," ucap Langit dengan suara yang penuh tekad. "Tapi aku janji, aku akan melakukan segalanya untuk memperbaiki hubungan kita. Aku tidak ingin kehilanganmu."
Aku menatap matanya yang tulus, merasakan kehangatan dan kejujurannya. Meskipun luka itu masih ada, aku merasa lega karena memiliki seseorang yang bersedia berjuang bersamaku.
Dalam momen ini, aku memilih untuk percaya padanya. Meskipun ada ketidakpastian di masa depan, cintaku padanya memberiku kekuatan untuk memperbaiki hubungan ini. Dan dengan janji yang diucapkannya, aku merasa bahwa kita berdua akan melewati semua rintangan bersama-sama.
Dengan hati yang penuh harapan, aku memutuskan untuk melanjutkan hubungan ini bersama Langit. Meskipun luka dan kekhawatiran masih menghantui pikiranku, aku memilih untuk mempercayainya dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya.
Setiap hari, kami berdua berusaha keras untuk memperkuat hubungan kami. Kami berbicara secara terbuka, saling mendengarkan, dan berkomitmen untuk saling mendukung. Meskipun tidak mudah, cinta yang kami miliki satu sama lain menjadi pendorong utama kami untuk terus maju.
Langit terbukti memenuhi janjinya. Dia berubah menjadi lebih perhatian, lebih transparan, dan lebih peduli terhadap perasaanku. Dia terus menunjukkan kesetiaannya dan tekadnya untuk membuat hubungan kita menjadi lebih baik.
Dalam perjalanan kami menuju pemulihan, aku merasa bersyukur bahwa aku memilih untuk mempercayainya dan memberinya kesempatan kedua. Meskipun masih ada rintangan dan tantangan di depan, aku yakin bahwa kita akan melewati semuanya bersama-sama.
Dengan cinta yang mendalam dan komitmen yang kokoh, aku yakin bahwa kita berdua akan mampu menghadapi segala hal yang datang. Bersama, kita akan membangun masa depan yang cerah dan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYAPADA KASMARAN
Short StoryHalo, namaku Zephyra, dan senang sekali bisa bertemu denganmu di sini! Aku adalah orang yang selalu mencari makna dan keindahan dalam setiap momen kehidupan. Bagiku, hidup adalah tentang perjalanan belajar yang tak pernah berhenti. Aku percaya bahwa...