Sebuah Hadiah Manis

14 6 0
                                    

Hari itu, ketika aku akan kembali dari kampus dengan pikiran yang lelah dan hati yang sedikit tertekan oleh tugas-tugas yang menumpuk, aku membuka pintu rumah, angin sejuk luar ruangan menyapa wajahku. Aroma harum kue segar dan es krim langsung menyentuh indera penciumanku begitu pintu terbuka. Sebuah paket kecil berwarna cerah dengan pita merah menggantung di atasnya tergeletak di depan pintu, menunggu untuk dibuka. Pita merah itu terikat dengan rapi, menambah nuansa keceriaan hadiah tersebut.
Aku melangkah maju dengan hati yang berdebar, mencoba membaca tulisan kecil di kertas yang melekat pada hadiah itu. Di sana, tertera nama pengirim jasa dengan tinta hitam yang rapi, menunjukkan bahwa paket itu memang sengaja dikirimkan oleh seseorang. Namun, saat aku melihat nama pengirimnya, tak ada keraguan dalam hatiku bahwa ini adalah ulah Langit, kekasihku yang penuh perhatian.
Dengan senyum di wajahku, aku segera mengambil paket tersebut dan membawanya masuk ke dalam . Saat aku membuka paket kecil yang berisi eskrim favoritku, vanila dengan taburan cokelat yang menggiurkan, aroma manis eskrim langsung memenuhi ruangan. Di samping eskrim itu, potongan kue cokelat dengan lapisan krim lembut di atasnya terpampang menggoda. Semua itu dikemas dengan cantik dalam wadah yang khusus, menunjukkan perhatian yang detail dari Langit.
Ketika aku mulai menikmati setiap gigitan eskrim dan potongan kue itu, rasanya seperti aku memasuki dunia kecil yang penuh dengan kebahagiaan. Rasanya begitu nyata dan spesial karena hadiah ini tidak hanya sekadar camilan, tetapi juga ungkapan dari cinta dan perhatian yang Langit curahkan padaku. Momen itu membuatku merasa begitu dihargai dan dicintai, bahkan dalam hal-hal sederhana seperti ini.
Selama dua tahun perjalanan cinta kita, Langit telah menjaga kejutan dan kebahagiaan dalam setiap momen. Mulai dari hari-hari awal pacaran hingga sekarang, kehadiran Langit selalu diwarnai dengan kejutan manis yang membuat hati terus tersenyum. Tidak terhitung berapa banyak hadiah kecil yang telah Langit kirimkan, kejutan-kejutan seperti itu bukan hanya sekadar materi atau benda, tetapi lebih dari itu. Mereka adalah bukti nyata perhatian, cinta, dan kesediaan Langit untuk membuat hari-hariku lebih istimewa.

Sementara Aku menikmati hidangan lezat yang telah disiapkan untukku, ponselku berdering. Aku melihat panggilan masuk dari Langit dan dengan senang hati menjawabnya.
"Halo, Sayang!" sapaku dengan hangat begitu aku mengangkat telepon.
"Halo! Bagaimana dengan hidangan yang ku sediakan tadi? Suka gak? Harusnya suka sih," tanya Langit penuh antusias.
Aku tersenyum lebar. " Aku suka! Langit, gak bakal pernah bosen buat aku untuk bilang terimakasih sama kamu."
Langit merasa lega mendengar tanggapan bahagia dari ku. "Syukulah, Senang aku mendengarnya, jangan sampai ada yang tersisa ya makanannya!."
Aku mengangguk setuju. "Iya, Makasi ya." Namun, aku tak bisa menahan diri untuk tidak bercanda. "Tapi tumben banget lo, ya, nggak kayak biasanya. Pasti ada maunya, nih," godaku dengan nada santai.
Langit tertawa di sisi telepon, "Hei, orang aneh, curigaan mulu jadi orang, gue cuma pengen bikin hari ini spesial!"
Keduanya saling tertawa, menikmati momen lucu dari percakapan mereka. Setelah mendengar aku menggoda Langit, tiba-tiba pintu rumahku berderak dan Qairen muncul dengan senyum lebarnya, aku akhirnya menutup teleponku dengan lembut.
Setelah Qairen tiba dan menyapa dengan senyum lebarnya, aku menjawab. "Lo kapan masuknya sih? Sini, lo harus tau apa yang gue dapat hari ini, Langit kirim makanan kesukaan gue, dan lo harus coba juga sekarang!"
Qairen tampak antusias, namun pandanganku ekspresinya agak berubah saat aku menyebutkan bahwa makanannya berasal dari Langit. Dia menatapku dengan ekspresi agak keraguan, namun mencoba menyembunyikan perasaannya dengan senyum.
"Oh, dari Langit ya?" kata Qairen, mencoba bersikap netral. "Oke, gue coba ya."
Aku memperhatikan ekspresi Qairen, namun memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut. "Suka gak? enak banget sih ini menurut gue," kataku sambil tersenyum ramah.
Meskipun suasana agak tegang, kami mencoba melanjutkan percakapan kami, namun Qairen terlihat agak kaku dan tidak sepenuhnya nyaman. Mungkin Qairen memiliki alasan tersendiri mengapa dia tidak begitu senang dengan makanan dari Langit.
Aku mencoba memecahkan kekakuan suasana dengan berbicara tentang topik-topik ringan, seperti rencana kami untuk akhir pekan atau hal-hal lucu yang terjadi belakangan ini. Namun, Qairen tetap terlihat agak tertutup dan tidak sepenuhnya terlibat dalam percakapan.

MAYAPADA KASMARAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang