Malam Kelabu (1)

6.2K 489 74
                                    

happy reading 💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading 💙

***

"Lo kaga balik Ron?" Tanya Paul.

"Lo ngusir?"

"Ga gitu nyet gue beneran nanya."

"Gue nginep tempat lo ya."

"Tumben. Lo kenapa dah?"

"Kaga."

Paul melirik Rony sekilas. Keduanya tengah bermain PS di apartemen Paul. Kalau Rony mode dingin dan kaya remaja galau puber gini sih Paul udah menduga dia lagi ada masalah.

"Itu Salma telepon." Paul melihat ponsel Rony yang bergetar dan menampakkan nama Salma di layar.

Rony lantas membalik ponselnya. Paul mengernyit.

"Ada masalah diomongin Ron lo berdua udah pada dewasa."

"Ah anjing!" Rony malah mengumpat karena gawang dia malah kebobolan. Paul benar benar memanfaatkan ketidakfokusan Rony.

"Gue mau ngerokok dulu di balkon." Rony tentu sudah tidak ada mood untuk meneruskan permainan segera dia keluar menuju balkon sekalian mencari angin untuk menenangkan kepalanya yang riuh.

Entah sudah hisapan yang keberapa tapi Rony mampu menghabiskan 1 bungkus rokok sekaligus jika dirinya benar benar tengah penat.

"Nih." Paul menghampiri Rony sembari memberikan minuman kaleng yang dingin.

Rony menerima dan segera membuka lalu meneguknya. Paul pun kini mendudukkan dirinya di samping Rony yang hanya terhalang meja bundar di tengah.

"Ada apa apa cerita Ron." Ucap Paul.

"Menurut lo lebih mending ada orang yang selalu bisa ngertiin lo atau yang selalu bisa nemenin lo?"

"Konteks anjir. Maksud lo cewek lebih milih cowok yang bisa ngertiin dia atau yang selalu bisa nemenin dia gitu?"

"Tinggal jawab aja." Rony mendelik menatap Paul tajam.

"Bisa ngertiin lah. Bisa nemenin mah kang ojol juga bisa." Jawab Paul sekenanya. Meski tau ucapan Paul itu asal tapi tetap bisa membuat Rony berpikir.

"To the point aja Ron. Yang ngertiin dia tuh lo kan? Tapi sayangnya yang selalu bisa nemenin si Dimas." Jelas Paul. Rony melengos mendadak sohibnya ini menjadi lelaki paling peka sedunia.

"Jadi Salma ke tempat Bang Nayl? Dia ke Bandung sama Dimas?"

Rony menghisap rokoknya kuat kuat mendengar penuturan Paul.

"Gue gatau."

Paul lantas tersenyum miring dan mengangguk anggukan kepala langsung paham mengapa sohibnya terlihat uring uringan seperti ini.

"Dia ga bilang sama lo?"

"Kalo bilang gue ga mungkin duduk disini sama lo."

"Cari mati nih anak." Batin Paul dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan kepada Salma tapi pesan Salma yang beruntun sudah masuk duluan ke ponselnya. Jelas saja Rony tidak ada kabar pasti semua orang langsung menanyakannya pada Paul.

Drabbles (Sal-Ron Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang