#01

411 40 4
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

Deru kendaraan yang berlalu lalang mulai terdengar. Tak lupa, sedikit dibumbui dengan suara sapaan warga sekitar. Aroma khas tanah akibat hujan semalam menyentuh lembut indra penciuman. Pagi yang terlihat berkabut, membuat udara terasa lebih dingin.

Seorang remaja laki-laki tampak berjalan pelan menuruni tangga rumahnya. Hari masih sangat pagi, tapi Ia sudah terlihat segar dan juga tampan dengan balutan seragam putih abu yang melekat apik di tubuhnya. Bahu tegap dan kaki nan jenjang itu membuatnya semakin terlihat gagah.
Pemuda itu Ady, Adyatama Pandu Baswara. Kalau boleh jujur, sebenarnya ia lebih senang di panggil Tama, atau dengan nama tengahnya, Pandu. Menurutnya, panggilan Ady sedikit terdengar tua. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur dipanggil begitu. Ia juga tak mau ambil pusing.

Langkah nya terhenti di pijakan anak tangga terakhir kala menyadari ternyata rumah terlihat sepi.

Kemana bundanya?

Ady kembali melangkah ke arah tempat yang menjadi tujuan awalnya. Dapur.

"Bunda?" Ady mengira sang bunda sedang memasak didapur sebagaimana biasanya. Ternyata nihil.

"Mungkin masih siap-siap di kamar," pikirnya.

Saat akan membuka tudung saji, Ady melihat kertas kecil yang tertempel di sana.

Ternyata itu dari bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata itu dari bunda.

Walaupun bisa dibilang mereka sudah cukup berada sekarang, bundanya tak pernah memberi kartu kredit atau semacamnya. Jadi ketika butuh, mereka akan langsung meminta pada sang bunda.

"Untung aku duluan yang nemuin ini, nda. Bahaya kalo yang dapet duluan si Aga," candanya.

.
.
.

BaswaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang