1. Veloce

193 98 49
                                    


Starla berangkat agak pagi hari ini karena di paksa bang hasan untuk berangkat bersama. Sebenarnya gadis itu sudah menolak berkali-kali namun bang hasan memaksannya jadi gadis itu pun mengalah untuk menuruti peemintaan bang hasan. Starla tidak sekolah di bawah naungan pondok pesantren abi hilman, hanya waktu sekolah dasar saja itupun karena dirinya masih kecil semakin besar gadis itu menolak untuk bersekolah di bawah naungan pondok pesantren.

Abi hilman mengizinkan starla dengan syarat harus tetap bersekolah dalam pengawasan nya dengan bersekolah di SMA Tri Satya yang mana sekolah ini masih bekerja sama dengan pondok abi hilman. Karena di SMA Tri Satya mewajibkan bagi setiap siswa ataupun siswi muslim harus lulus dengan menghafal minimal sepuluh surat di juz 30 untuk syarat lulus.

Starla berjalan dengan tegap memasuki gerbang sekolah yang terbilang cukup mewah dan luas. Selain itu sekolah ini juga termasuk sekolah populer di kota nya, untuk menuju kelas nya gadis itu harus melewati lapangan basket terlebih dahulu.

Starla terlalu fokus dengan dunia nya bahkan pengelihatan nya pun tetap kedepan tanpa menoleh ke kanan dan kiri terlebih pendengaran nya di tutup dengan airphone biru kesukaan nya, membuat gadis itu tidak sadar dengan keberadaan segerombolan laki-laki yang sedang bermain basket di lapangan yang sedang ia lewati.

"Awas!" teriakan salah satu dari mereka yang sedang bermain basket di lapangan. Bola basket itupun berhasil mendarat tepat di kepala gadis itu.

"Auw..." rintih starla menahan sakit. Buku novel yang tadi ia pegang pun terjatuh.

Salah satu dari mereka pun berlari menghampiri gadis itu. "Lo gapapa?"
tanya salah satu dari mereka. Wajah nya terlihat sangat khawatir melihat starla terjatuh.

Namun tidak ada jawaban dari gadis itu. Starla merasa kepala nya pusing akibat benturan bola basket di kepala nya tadi, matanya pun menyipit pandangannya sudah kabur. Starla pingsan.

^.^

Setelah kejadian di lapangan pagi tadi, segerombolan laki-laki itu dengan sigap membawa starla ke uks lebih tepatnya kalandra, salah satu dari mereka yang membopong gadis itu ke ruang uks. Mereka semua berdiri di samping ranjang dimana gadis itu berbaring.

"Kalo starla amnesia, lo harus tanggung jawab!" ujar dea tanpa menoleh kepada segerombolan laki-laki yang berada di belakang nya. Gadis itu duduk di samping ranjang sahabatnya berbaring.

Kalandra yang sedari tadi berdiri agak jauh dari dea kini mulai mendekati gadis itu.

"Kena bola basket doang gak bakal sampe amnesia, dea liviana. Kebanyakan nonton sinetron sih lo."

"Ya bisa aja kan, siapa yang tau." elak dea tidak terima. Kepolosan gadis itu memang tidak di ragukan lagi.

Dea liviana sahabat satu-satunya starla dari kecil, memiliki rambut yang selalu ia kepang dua membuat dirinya terlihat imut, jika starla mempunyai gigi gingsul, dea mempunyai eye smile khas dirinya jika tersenyum matanya pun menyipit ikut tersenyum. Gadis ini sangat polos, dahulu saat SMP teman sekelas nya menyuruh dirinya untuk berteriak ketika upacara sedang berlangsung dia benar-benar melakukan nya, ya sudah pasti dirinya di sidang di ruang bk (bimbingan konseling) untuk mempertangung jawabkan perbuatan sembrono nya.

"Iya, gue bakal tanggung jawab kalo dia kenapa-napa." ucap zayyan setidaknya bisa sedikit membantu menenangkan sahabat starla.

Starla perlahan sadar, kini matanya mulai terbuka sedikit demi sedikit, setelah matanya terbuka dia pun memegang kepalanya yang masih terasa sedikit pusing.

"Gue dimana?" tanya starla kepada sahabatnya. Starla masih belum sadar dengan keberadaan segerombolan laki-laki yang berada satu ruangan dengan dirinya.

Garis FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang