2. Maaf

169 99 54
                                    

-Happy Reading-

^.^

Setelah semangkuk bakso nya habis, starla dan dea berniat pergi meninggalkan kantin kedatangan rania sedikit membuat mereka berdua tidak nyaman, apalagi sikap rania yang selalu mencari perhatian zayyan membuat kedua gadis itu bergidik ngeri melihat nya. Bukan karena cemburu bukan, namun sikap gadis itu terlalu berlebihan.

Rania duduk di samping zayyan dengan senyuman yang terukir di bibir gadis itu. "Kok kamu udah di sini zay? Tumben enggak ke kelas aku dulu." ucap rania setelah itu dia menyenderkan kepala nya ke bahu zayyan dengan manja.

"Gimana sih pangeran, tuan putri nya ketinggalan kan." sindir raden merilik rania sekilas. Perkataan cowo satu ini suka menyindir orang-orang yang tidak dia suka. Entah apa yang membuat raden membenci rania.

Perkataan raden tidak di hiraukan oleh rania. Rania salah satu gadis yang memiliki paras cantik di sekolah nya, dirinya pun sering di juluki primadona angkatan mereka.

"Zay, aku laper mau makan. Suapin yaa." Pinta rania gadis itu terseyum tulus kepada zayyan. Kemudian mengankat kepala nya dari pundak zayyan menjadi duduk biasa.

Zayyan memberikan satu suapan kepada rania.

"Besok main ke rumah zay, mama aku nanyain kamu terus." ucap rania sembari menguyah makanan yang baru saja zayyan berikan pada nya.

Zayyan mengelus pucuk kepala gadis nya dengan lembut. "Kalo aku enggak sibuk, pasti aku main tungguin aja yaa." ucapan zayyan terdengar sangat lembut di telinga rania.

Pemandangan biasa bagi veloce zayyan si bucin rania, entah apa yang membuat zayyan sesayang itu kepada gadisnya dilihat dari sikap rania saja yang cenggeng, manja, enggak bisa di bentak. Terkadang membuat veloce bingung dengan salah satu anggota nya ini. Ternyata benar kata pepatah. Cinta itu buta.

"Udah yuk la, kita balik ke kelas." ajak dea kepada starla untuk meninggalkan kantin.

"Yuk! Enggak baik juga lama-lama di sini. Nanti gue jadi pesen satu mangkuk mie ayam lagi." Starla pun beranjak dari duduk nya di susul oleh dea.

Kedua gadis itu pun sudah hampir berjalan meninggalkan kantin tanpa memperdulikan orang-orang yang berada satu meja dengan mereka. Namun langkah mereka terhenti oleh perkataan rania.

"Kalian kok pergi, kalian enggak suka aku gabung kalian?" tanya rania kepada mereka berdua dengan suara yang lembut ciri khas dari gadis itu.

Starla dan dea pun menjadi saling pandang karena pertanyaan aneh rania. Sepenting itukah kehadiran dirinya bagi starla dan dea.

"Kalo iya? Lo mau pergi dari sini?" starla mempertajam tatapan matanya kepada rania.

"Starla kamu kenapa? Aku kan cuma tanya." rania menunduk takut karena tatapan mata starla.

Mata rania sudah berkaca-kaca, dirinya yang lembut tidak bisa di kasari apalagi di bentak itu memang benar adanya.

"Gausah takut. Canda doang gue, serius amat idup lo." starla mengelus pundak rania sembari tersenyum.

"Maksud lo apa?" cetus zayyan kepada starla.

Kini rania memeluk zayyan dengan erat dari samping.

"Aku takut." ucap rania dengan suara sedikit gemetar.

Raden memutar bola matanya malas. "Tuan putri. Masih pagi jangan banyak d-"

Dengan cepat aftar menutup mulut raden dengan satu tangan nya. "Berisik den. Lo mending diem aja, yang ada tambah memperkeruh suasana."

Garis FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang