5. Kebiasaan

175 77 114
                                    


-Happy Reading-

Saat ini starla sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu uring-uringan sepanjang perjalanan karena hasan terus menceramahinya setelah melihat dirinya di taman bersama kalandra.

"Abang. Tadi starla udah nolak, tapi dia tetep maksa starla buat pulang bareng dia." ujar starla membela dirinya.

Hasan tetap tidak menghiraukan perkataan adik nya itu dia terus berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Astagfirullahha'ladzim, abang enggak percaya sama adek sendiri." renggek starla masih berusaha menyakinkan hasan.

Starla berjalan cepat menyusul langkah kaki hasan yang sudah tepat berada di depan pintu kamarnya, hendak ikut masuk namun hasan sudah menutup pintu kamarnya terlebih dahulu.

Hasan memang seposesif itu kepada adik Perempuan satu-satunya, karena dia merasa starla menjadi tanggung jawabnya selama abi dan umi tidak mengawasinya di luar sana.

Starla mengetuk pintu kamar hasan berkali-kali.

"Bang buka pintunya, starla minta maaf." pinta starla tulus dari dalam hatinya.

Ketukan pertama belum berhasil membuat hasan luluh. Starla pun mencoba mengetuk pintu yang kedua kalinya.

"Bang ya allah, starla minta maaf."

Ketukan terakhir mampu membuat hasan membuka pintu kamarnya, setelah itu hasan langsung memeluk starla. Kini starla menangis sembari memeluk erat hasan.

"Bang, maafin starla yang belum bisa jaga diri, starla tadi juga di gendong dia terus di bawa ke taman duduk berdua, di beliin es krim tadi juga dia megang tangan starla tapi langsung starla tepis bang." starla berusaha berbicara jujur kepada hasan.

"Abang yang harusnya minta maaf, maafin abang yang belum bisa jagain kamu." ujar hasan lembut kepada starla. Abi hilman selalu mendidik agar bisa menjaga Perempuan, karena dalam islam Perempuan sangat dijaga dan dimuliakan.

Tangisan starla semakin deras setelah mendengar perkataan abang nya.

Hasan melepaskan pelukan nya, dia pun menghapus air mata yang masih mengalir di pipi adik nya itu."Mulai besok kamu berangkat dan pulang bareng abang." jelas hasan kepada adik Perempuan nya itu.

Starla mengganguk mengerti.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedang melihat mereka bibir nya terseyum melihat interaksi kedua anak nya itu.

"Ini baru anak umi," ucap umi hanum bangga.

^.^

"Wa maa tafarroqol ladziina uutul kitaaba, saya lupa ustazah." Starla meremas baju gamis yang sedang ia kenakan sembari meringis kepada ustadzah safa.

Seperti biasa setiap malam bada isya dan pagi sesudah subuh, di pondok pesantren AL-IKHLAS setiap santri harus menyetorkan hafalan nya tanpa terkecuali.

Starla yang sedang meyetorkan hafalanya kepada ustadzah safa, namun sedari tadi selalu salah.

"illaamin ba'di maa jaa'at humul bayyinah." safa meneruskan bacaan starla.

"Nah iya. Itu maksudnya starla hehe." ucap starla mengaruk kepala yang tak gatal.

"Masih suka denger musik ya?" tanya ustadzah safa kepada gadis di depannya.

Starla menganguk. Starla tidak bisa mengatakan apapun, karena benar musik bagi dirinya seperti makanan sehari-hari.

"Saya tidak mengatakan musik itu haram. Tapi saya takut kalo musik bisa melalaikan hafalan kamu la, ustadzah enggak mau itu."

Garis FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang