Husband ⚠️

1.1K 112 56
                                    

Mark sampai di Bandara Incheon, kepulangannya kali ini benar-benar pulang. Mark telah berhasil menyelesaikan spesialisnya dan berada dalam fase lanjutan untuk semakin giat dengan tujuan yang masih sama, membuat Haechan bahagia.

Mark tersenyum lebar, sebelah lengannya berada di dalam saku dan menggenggam sebuah kotak kecil. Hadiah yang akan ia berikan pada Haechan, kejutan sebenarnya karena Mark tidak memberitahukan kepulangannya pada Haechan. Ini sungguh akhir tahun di tanggal dua puluh tujuh, Maek membayangkan wajah sumringah Haechan yang mungkin akan terkejut oh apakah ada kemungkinan jika Haechannya itu malah menangis? Astaga, Mark tidak sabar karena rindunya sudah tidak lagi dapat ia tahan.

Mark menyetop taksi dan bergegas kembali ke apartemen mereka. Jantung Mark berdegup kencang, ingin mendekap erat tubuh yang selama ini hanya ada dalam angan dan relungnya. Mark mengambil kunci-ia memiliki kunci cadangan rumahnya, membuka pintu dan menghirup dalam-dalam aroma yang ia rindukan. Harum dari pembersih lantai yang biasanya Haechan gunakan setiap sore hingga wangi khas Haechan yang menguar dari apartemen milik mereka.

Mark sedikit mengendap-ngendap menyusuri kamar dan ruangan lainnya, sedikit heran ketika tidak mendapati kehadiran Haechan. Apa Haechan belum kembali dari sekolah? Tapi ini sudah nyaris pukul sembilan malam. Taman Kanak-kanak tempat Haechan bekerja saja sudah tutup sejak sore hari. Atau mungkin Haechan sedang mampir makan malam ke suatu tempat?

Mark memutuskan untuk membereskan koper dan juga membersihkan diri sembari menunggu Haechan pulang. Di bawah kucuran air shower Mark kembali mengulum senyum.. dia benar-benar rindu sehingga wangi sabun yang kini dipakainya pun mengingatkannya pada Haechan, selalu Haechan dan hanya Haechan. Pemilik jiwa dan raga seorang Mark Lee. Mark mendengar derit pintu terbuka dan suara percakapan samar-samar dari arah depan, dengan cepat Mark menyambar handuk dan memakai kaosnya asal bahkan tubuhnya masih setengah basah. Mark yakin Haechan sudah pulang.

Langkah kaki Mark terhenti seketika kala melihat Haechan berdiri di pintu masuk namun tidak sendirian, Haechan bersama seseorang namun Mark tidak jelas melihat wajahnya. Keduanya bergumam kecil sehingga Mark tidak dapat mendengar namun Mark dapat melihat sekilas seseorang itu mengusak rambut Haechan dan berpamitan. Haechan mengunci pintu dan mendesah, dengan malas membuka sepatu dan menuju ke arah kamar.

"Ya Tuhan!"

Haechan memekik terkejut bukan main ketika melihat Mark tengah berdiri di balik pintu kamarnya. Jantungnya nyaris berhenti begitu saja! Haechan gugup luar biasa, memikirkan apakah tadi Mark melihat Jeno yang mengantarnya pulang? Sejak kapan Mark kembali?

"Ma-mark??"

Mark sedikit tercenung sebenarnya, ingin bertanya namun Mark memilih mengalah. Ia mengenal Haechan begitu lama, memahami Haechan begitu dalam dan mencintai Haechan begitu luas. Mark tersenyum dan membuka lebar kedua lengannya.

"I'm home. Haechan...."

Air mata Haechan tidak lagi terbendung, Haechan sempat berpikir jika thesis Mark belum rampung karena belum juga mengabari akan kembali hingga penghujung tahun. Haechan terisak dan menubruk Mark, masuk dalam pangkuan sang suami yang juga begitu dirindukan oleh Haechan. Mark menyesap aroma tubuh Haechan, sungguh tidak dapat dikatakan betapa Mark ingin memeluk tubuh sintal sang pujaan hati.

Dahi Mark sedikit mengernyit kala hidungnya mencium aroma asing yang menguar dari tubuh Haechan. Mark tahu dengan jelas aroma tubuh hingga parfum yang Haechan kenakan, namun yang kali ini tercium samar wewangian musk dan sandalwood yang begitu maskulin. Benak Mark mendadak merasa ada sesuatu yang salah namun lagi-lagi Mark tidak ingin mencurigai apapun pada Haechan, Mark sangat mengenal Haechan-nya.

"Kau ganti parfum?"

Haechan melotot, menyadari jika mungkin saja aroma Jeno menempel di tubuhnya saat ini. Bagaimana tidak jika sore itu keduanya lagi-lagi saling melepas hasrat satu sama lain-faktanya sulit bagi Haechan sendiri untuk menghentikan hubungannya dengan Jeno yang begitu perhatian padanya. Namun Haechan sudah melarang Jeno untuk meninggalkan hickey di tubuhnya sejak memasuki bulan Desember. Haechan melepaskan diri dari pelukan Mark dan berdehem namun berusaha bersikap sebiasa mungkin.

WEDDING RINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang