Bab: 49

162 13 0
                                    

Singkatnya, goals yang tercapai bukan serta-merta menjadi happy ending di dalam hidup. Kau percaya kesempatan hanya datang sekali, tapi lupa jika waktu ada batasnya.

***

Kiana sontak terjaga saat mendengar suara, padahal nadanya begitu pelan. Ketika membuka mata, dapat dilihatnya bahwa sang Mama sedang duduk di sisi ranjangnya saat ini.

"Selamat ulang tahun anak Mama."

Yap! Sang Mama adalah orang kedua yang mengucapkannya di hari spesial ini.

Kiana mengerjapkan matanya beberapa kali, lantas menggubah posisinya menjadi duduk.

"Semoga di usia yang baru ini, kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Diberikan kesehatan, kebahagiaan dan rezeki yang melimpah. Semoga semakin sukses, dan apa yang kamu cita-citakan bisa terkabul. Aamiin."

Kiana sontak memeluk sang Mama. "Aamiin. Makasih, Ma." Ujarnya dengan nada bergetar. Jujur, ia terharu mendapat ucapan langsung dari sang Mama. Sebab beberapa tahun ini ia selalu menghabiskan waktunya di kosan dan hanya mendengar ucapan ulang tahun via telepon saja dari sang Mama. Kiana sangat bersyukur tahun ini.

"Mama cuma bisa kasih ini. Maaf kalau jahitannya gak terlalu rapi."

Kiana lagi-lagi dibuat terharu saat sang Mama membuatkannya sebuah baju polos berwarna coklat muda. Kiana tak bisa menahan tangisnya. Sang Papa membelikannya mesin jahit sebab beliau bangga melihat anaknya ingin mencoba hal baru. Alih-alih belajar yang giat, Kiana malah sibuk sendiri dan malah Mamanya yang sering mengotak-atik mesin jahit itu.

Sebenarnya sang Mama yang memintanya untuk mengajari beliau hal-hal dasar menjahit. Kiana juga sering melihat sang Mama menonton tutorial menjahit di YouTube. Menjadi penjahit memang cita-cita sang Mama yang diwariskan padanya, sebab beliau merasa sudah berumur untuk mengejar kembali mimpinya.

Saking excited atas kembalinya semangat menulis Kiana, ia malah lupa dengan kesibukannya di dunia nyata. Ia lupa dengan kegiatan belajar menjahitnya, padahal orang tuanya sudah effort mendukungnya.

"Makasih banyak, Ma. Maaf, aku belum bisa buat keluarga bangga." Sang Mama langsung memeluknya. Kiana memejamkan matanya kuat. "Semua hal yang menurutku baik untuk masa depanku ternyata hasilnya...."

"Jangan disesali. Jadikan semuanya sebagai pelajaran. Positifnya, kamu bisa belajar menjadi lebih kuat. Gak peduli tentang seberapa besar hasilnya. Yang penting kamu udah berusaha untuk mencoba. Mama mau kedepannya kamu lebih konsisten untuk kegiatan apapun yang kamu pilih. Mama akan selalu dukung kamu."

Sesak dan haru rasanya mendengar omongan sang Mama. Ada perasaan lega baginya sebab ia pikir sang Mama akan kecewa dengannya. Padahal Kiana kerap merasa tak pernah puas dengan dirinya sendiri.

"Aku sayang Mama...." Ujar Kiana sebab tak bisa berkata-kata lagi.

***

Di usia yang baru ini, Kiana ingin menjadi lebih produktif. Ia berusaha membagi waktu. Dari pagi hingga siang adalah jadwalnya untuk belajar menjahit secara otodidak. Meski waktu free yang sebenarnya mulai pukul sepuluh sebab harus bantu-bantu bersih rumah dan membantu sang Mama di dapur. Selanjutnya malam adalah waktunya untuk menulis.

Sore ini, Kiana duduk di pelataran belakang rumah, dengan Fauna yang ikut duduk menemaninya sambil menjilat bulu-bulunya.

Medina dan Dania sudah mengucapkannya pagi tadi. Medina yang selalu mengirimkan kalimat panjang ketika ia ulang tahun, dan Dania yang paling simpel dengan memposting fotonya di Instagram dengan caption Happy Birthday. Sementara Balqis masih belum mengucapkannya hingga kini. Positif thinking, mungkin wanita itu sedang sibuk.

Kita Pernah Berhenti (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang