Bab: 53

124 12 5
                                    

Sama-sama dibayangi oleh masalalu, bagaimana bisa coba untuk memulai?

***

Yang membuat Kiana dan Muti mendadak akrab adalah saat keduanya tahu bahwa mereka sama-sama suka K-Pop. Intinya semenjak Muti membuka obrolan malam itu seputar Rama hingga merambat ke foto oppa-oppa yang terpajang di dinding kamar Kiana, pagi ini keduanya mulai kompak.

Mereka berencana akan pergi ke sebuah kafe yang jaraknya lumayan jauh. Yang mereka cari sebenarnya adalah view nya. Letak kafenya di atas perbukitan, hingga mereka bisa menyaksikan pemandangan dari atas sana.

Tidak perlu berjalan kaki untuk mencapai puncak bukit. Ada jalur khusus kendaraan menuju tempat itu, meski lumayan sepi.

Kiana, Muti, Panji, dan Gilang ada di satu mobil yang sama. Sementara Rama dan Kris mengendarai motor di depan mereka.

Melihat Kiana yang sejak tadi sibuk menoleh ke arah luar, Muti lantas bersuara.

"Lo sebelumnya suka jalan-jalan juga gak? Keliling kota misalnya." Tanya Muti.

"Gue jarang keluar." Jawab Kiana.

"Gue juga jarang keluar. Tapi kalau ada temen, gue langsung gas sih. Tapi jujur, kalau kita tinggal di kota yang sama, gue bakal ajak lo keliling, serius!" Muti bereaksi excited.

Kiana tersenyum. "Lo kan ada Panji yang bisa diajak kemana-mana."

Panji dan Gilang sibuk ngobrol berdua. Entah apa yang mereka obrolkan. Seolah dunia hanya milik mereka berdua. Sekarang Kiana mengerti kenapa Muti memaksanya untuk ikut.

"Pret! Asli dia orangnya sibuk banget. Terakhir gue jalan sama dia kayanya sebulan yang lalu. Makanya gue seneng banget Rama ngajak kita-kita ke sini."

Obrolan mereka berhenti saat mendengar gelak tawa Panji dan Gilang. Suntuk mendengar kebahagiaan dua pria di depannya, Muti beralih mengganti musik menjadi lagu K-Pop.

Alunan lagu Bona-bona - Treasure membuat Kiana dan Muti sama-sama bernyanyi meski sambil melihat lirik. Kini gantian, suara Kiana dan Muti yang mendominasi.

***

Mereka berenam kini duduk di satu meja yang sama. Muti saling berhadapan dengan Kiana. Rama dengan Panji, dan Gilang dengan Kris.

Muti yang bersebelahan dengan Panji mengambil kesempatan untuk berswafoto, mengabadikan moment.

Kiana memilih sibuk menyaksikan pemandangan dari atas sini. Ternyata benar, view-nya secantik dan semenenangkan itu.

"Jadi ini yang baru, Ram?" Tanya Kris.

"Untung gue gak izinin kalian bawa pasangan masing-masing. Kalau gak, abis dah pada ngebucin semua." Rama malah mengalihkan obrolan.

"Iyadeh, yang boleh bawa pasangan cuma lo doang." Sahut Gilang sambil melirik Kiana.

Kiana langsung melebarkan matanya, ingin membantah, tapi ia memilih diam. Sebab Rama juga tak menggubrisnya.

"Btw, gue Gilang. Sorry gak sempat kenalan di mobil. Ternyata lo secantik ini ya dibanding diliat dari kaca doang."

"Parah lo, Lang! Jadi dari tadi di mobil lo ngintipin doi lewat kaca. Gila sih, punyanya Rama itu." Sahut Panji.

"Gue Kiana. Sorry baru ngenalin diri juga. Gue sama Rama temenan, kita tetanggaan soalnya." Ujar Kiana to the point. Ia hanya tak ingin membuat orang lain berspekulasi lebih tentang dia dan Rama.

"Loh? Gue pikir cewek baru lo bro!" Sahut Gilang.

Obrolan mereka terhenti sebab makanan pesanan mereka mulai datang satu-persatu. Selanjutnya, mereka sibuk menyantap hidangan masing-masing.

Kita Pernah Berhenti (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang