Sengaja ngirim long text supaya doi respect. Tau-taunya malah dibaca pakai pola zig-zag.
***
Paginya, begitu Kiana keluar dari kamar, dapat dilihatnya bahwa Balqis sudah stand by di meja makan, lengkap dengan sarapan khas go food.
Kiana yang masih setengah mengantuk, menatap Balqis dan makanan itu secara gantian.
"Ini semua lo go food?" Tanyanya. Balqis mengangguk. "Astaga, Qis. Padahal kita bisa masak loh."
"Gue lagi mager. Udah, tenang aja. Kalau suami lagi di rumah, biasanya gue masak kok. Yuk sarapan."
Kiana mau tak mau ikut duduk bersama gadis itu.
"Dari semalam gue lagi nyari-nyari program hamil. Mulai dari segi makanan sih gue coba pagi ini."
Benar saja. Di hadapan gadis itu terdapat semangkuk sayuran hijau. Tak luput dengan buah-buahan.
Kiana tercengang. "Bukannya lo masih mau ngabisin waktu sama sahabat lo?"
Balqis tak menjawab. Gadis itu beralih menikmati makanan di hadapannya.
"Kita udah lama gak saling cerita." Sahut Balqis. Kiana berdehem, mengiyakan. "Gimana kehidupan lo yang sekarang, Ki?"
"Baik. Gue suka hidup gue yang sekarang. Perlahan gue udah mulai fokus ke nulis. Gue pengen secepatnya berhasil dari sana."
"Emang apa yang lo kejar? Lo kan udah nerbitin buku."
"Masih ada beberapa karya gue yang belum terbit, Qis. Gue pengen mereka dapet rumah yang tepat. Gue pengen mereka lolos ke rumah impian para penulis. Penerbit besar."
Balqis mengangguk. "Tapi kalau impian lo mesti terhenti karena lo harus nikah, gimana?"
Kiana menggeleng. "Gue belum bisa nikah kalau mimpi gue belum kewujud."
"Tapi kan lo masih bisa wujudin itu setelah nikah."
"Beda, Qis. Gue gak yakin masih bisa nulis lagi setelah nikah."
"Kenapa?" Tanya Balqis.
"Gue gak yakin ada laki-laki yang betah ngeliat istrinya ngabisin waktu luang bikin cerita novel di depan komputer. Lagipula jadi istri dan ibu rumah tangga itu berat. Lo pasti paham kan?"
"Kalau itu cowok udah sayang dan ngerti sama keadaan lo, mereka pasti nerima lo apa adanya, Ki." Saran Balqis.
"Gue gak yakin, Qis. Lo sendiri, kenapa mutusin untuk berhenti kerja setelah nikah?"
"Ya karena udah ada yang tanggung jawab sama hidup gue."
"Emang lo gak kangen sama uang gaji di setiap bulan?"
"Kangen sih. Tapi ya mau gimana lagi. Suami gue juga ngelarang gue untuk gausah kerja."
"Gue denger katanya di zaman sekarang suami-istri itu harus sama-sama kerja supaya ekonomi mereka stabil."
Balqis mendengkus pelan. "Kalau sampai itu terjadi, gue langsung turun tangan cari kerjaan saat itu juga. Tapi untuk sekarang, gue mau istirahatin badan dulu."
Balqis melanjutkan ucapannya. "Ki, cowok tu gasuka sama cewek yang hidupnya flat. Fokus ngejar karir sih boleh, tapi sesekali mesti sadar, kalau lo juga butuh dikejar."
Kiana yang tadinya sempat terpaku mendengar kalimat mutiara Balqis, mendadak tercengang saat mendengar bagian terakhir.
"Btw, Qis. Lo sendiri gimana?" Tanya Kiana gantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Pernah Berhenti (On Going)
Ficțiune generalăMengejar cita dan cinta bersamaan. Emang boleh seobsesi itu? Kiana yang memiliki nama pena Na Kia adalah gadis muda yang memutuskan mengejar mimpi untuk menjadi seorang penulis. Jika mengincar sang gebetan selalu gagal baginya, maka beralih mengejar...