Bab: 43

196 12 0
                                    

Di usia segini masih saja terasa sulit beradaptasi. Buruknya, hal ini terjadi dengan lingkup keluarga sendiri.

***

Acara pertunangan sang Kakak hari ini berjalan dengan lancar. Paling hanya mengundang tetangga sebelah, keluarga pihak perempuan dan laki-laki, serta teman-teman terdekat sang Kakak. Yang membuat suasana jadi ramai karena Tante mereka. You know lah.

Di sepanjang acara, Kakaknya selalu ditemani oleh dua sahabat dekatnya, hingga Kiana merasa tak perlu bergabung di sana.

Terpancar raut bahagia di wajah kedua orang tua mereka melihat salah satu anaknya sebentar lagi akan lepas menjadi istri orang. Kiana juga ikut terharu.

Ngomong-ngomong, istri kedua sang Papa juga ikut datang di acara ini. Meskipun begitu, kehadirannya murni sebagai tamu saja. Baguslah, setidaknya dia sadar diri untuk tidak mendekati sang Papa. Kiana hanya ingin kedua orang tuanya dekat dan sama-sama bahagia di acara penting ini.

Kiana yang sejak tadi menyibukkan diri dengan menjepret setiap moment kakaknya, kini didekati oleh Tante Ambar, adik Mamanya.

"Kia, harusnya kamu yang temani kakakmu di sana." Ujar sang Tante.

"Udah ada temennya Kak Mia, Tante. Dua lagi." Jawab Kiana fakta. Ia tak bisa berpura-pura nimbrung di circle orang lain, meski circle Kakaknya sendiri.

"Tapi kan tetep aja mereka orang lain. Takutnya Mia butuh sesuatu tapi sungkan minta tolong ke temennya." Jelas Tante Ambar.

Kiana tak menjawab. Pandangannya beralih melihat sang Kakak. Sungkan apanya? Bahkan saat ini ia sedang diberikan minum oleh salah satu sahabatnya.

Melihat tak ada respon Kiana, Tante Ambar beranjak pergi. Baguslah. Mungkin ini terkesan durhaka, tapi dia muak ketika orang-orang tua seperti Tantenya itu ikut campur dengan hidup orang lain. Kiana paham mungkin maksudnya baik. Tapi... Ah, entahlah. Sulit dijelaskan.

Tiba di acara makan-makan, Kiana bisa lega. Sebab orang-orang pasti akan sibuk mengisi perut masing-masing.

Baru saja Kiana berniat hendak mengambil makanan, Fauna tiba-tiba muncul dan mendekati para tamu yang sedang makan.

Karena posisinya di sana Kiana hendak mengambil piring, para Tantenya menyuruh agar ia menggendong kucing itu keluar.

Sial! Kiana jelas tak suka kucing, apalagi menggendongnya. Padahal tadi Kiana sudah mengurungnya di kamar. Bisa-bisanya dia keluar dan mengganggu di sini.

Kiana sama sekali tak bergerak dari tempatnya. Pandangannya beralih mencari keberadaan kedua orang tuanya.

Tapi sayangnya mereka sedang sibuk foto bersama dengan Mia dan calonnya.

"Kia! Malah bengong, ini kucingnya mengganggu loh!" Bentak Tante Ambar.

Shit! Kiana benci dengan moment ini.

Terpaksa ia turun tangan mengambil binatang itu. Belum sempat menyentuhnya, kucing itu kini sudah digendong oleh seseorang.

"Maaf semuanya, ini kucing saya." Ujar Rama sambil menggendong Fauna.

Tante Ambar merespon dengan tersenyum. Kiana muak dengan Tantenya yang satu itu. Bermuka seratus! Senang mempermalukan orang lain, ngejudge, bahkan menghancurkan mental. Terserah orang lain berkata bahwa Kiana adalah gen Z yang baperan. Jujur saja dia tidak cocok dekat dengan orang seperti beliau. Sialnya, dia adik dari Mamanya.

Kiana menuntun Rama untuk membawa kucing itu ke kamarnya. Kiana membukakan pintu, lantas menutupnya kembali saat Rama masuk ke dalamnya. Kiana menunggu di luar.

Kita Pernah Berhenti (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang