Bab : 56

138 11 3
                                    

Bagaimana cara menjelaskan padanya bahwa posisi orang lama itu telah berhasil ia gantikan.

***

Fauna tertidur lelap di ranjang. Lebih tepatnya di samping Kiana. Ada perasaan lega begitu melihat kucing itu kembali ke rumahnya, meski Kiana belum sepenuhnya menyukai hewan. Kiana hanya tak ingin kehilangan, sebab merasa sudah biasa melihat Fauna berkeliaran di rumahnya.

Tepat di hari pernikahan sang Kakak tiga hari lalu, esoknya Fauna menghilang. Entah karena mereka terlalu sibuk dengan acara hingga tak ada satupun yang sadar jika hewan itu telah minggat dari rumah.

Dan beberapa menit lalu, Fauna akhirnya pulang sendiri. Untungnya dia masih ingat rumah. Bukan hanya sang Mama, Kiana juga ikut panik begitu tahu jika kucing milik Rama itu menghilang.

Tak ada yang bisa Kiana lakukan beberapa hari lalu selain berdo'a agar dia kembali. Dan ya, akhirnya do'anya terkabul. Kiana janji, kejadian ini tak akan terulang lagi.

Getaran ponsel di atas nakas membuat Kiana bangkit dan langsung mengecek benda itu.

Garis bibirnya terangkat. Ada kabar baik dari penerbit bukunya. 50 eksemplar bukunya telah dikirim, dan dia bisa mulai menjual dan mempacking bukunya sendiri. Sebab kali ini ia terbit secara self publishing. Hingga saat ini, bukunya sudah dipesan sebanyak 15 di Shopee sejak pre-order. Tidak masalah, Kiana yakin suatu saat nanti bukunya akan laku. Setiap penulis punya rezekinya masing-masing. Dan menurut Kiana, kali ini sudah lebih dari cukup.

Beberapa merchandise untuk novel barunya sudah ia siapkan jauh-jauh hari. Tidak seberapa memang. Itung-itung sebagai rasa terimakasih karena telah membeli karyanya.

Selanjutnya Kiana kembali pada rutinitas yang ia kerjakan selama beberapa hari ini. Melanjutkan tulisan 'Hilang, Jangan dicari' yang kini telah lebih dari 40 bab. Dan hingga saat ini, Kiana belum memublikasikannya. Ia masih semangat untuk melanjutkan cerita ini hingga selesai, tanpa ada pengaruh-pengaruh dari pembaca yang lebih memilih si A berjodoh dengan B, padahal sejak awal Kiana berniat menjodohkannya dengan Z.

Rasa semangat Kiana untuk menyelesaikan cerita barunya kali ini berbeda. Seperti perasaan menggebu-gebu yang secepatnya harus dituangkan melalui tulisan. Merasa seolah jatuh cinta, padahal entah dengan siapa. Kiana cukup menikmati prosesnya kali ini.

Sedang asyik-asyiknya mengetik, Kiana tersentak kala merasa ada sesuatu yang menyentuh kakinya. Ternyata itu Fauna. Hampir saja Kiana menendangnya. Tapi tenang saja, Kiana sudah lumayan terlatih untuk refleksnya semenjak mulai menerima Fauna.

Selanjutnya Kiana beralih mengambil makanan kucing dan menuangkannya di mangkuk berwarna merah. Fauna sontak berlari dan langsung menyantap makanannya. Lama-lama Kiana akan resmi menjadi babu kucing kalau begini jadinya.

***

Seminggu berlalu, tibalah saatnya Kiana mengirim novel-novelnya untuk diurus ke jasa kirim terdekat. Sebenarnya cuaca sore ini berangin, tidak terlihat matahari sama sekali. Tapi tetap saja Kiana semangat untuk mengirimkan novel-novelnya agar bisa sampai di tangan pembaca secepatnya.

Melihat Kiana yang kembali sibuk dengan dunia kepenulisannya, sang Mama ikut bahagia. Tak peduli dengan berapa jumlah penghasilannya, yang penting anaknya bahagia dengan kerja kerasnya sendiri.

"Jangan lupa bawa jas hujan. Takutnya tiba-tiba hujan." Ujar sang Mama.

"Iya, Ma."

"Yakin mau dianter hari ini? Kalau beneran hujan, paketannya nanti basah loh." Ucap sang Mama lagi.

"Enggak, Ma. Tenang aja."

Jujur saja padahal aslinya Kiana adalah gadis yang mageran. Tapi entah kenapa di sore hari yang berangin ini, dia merasa semangat untuk keluar rumah.

Kita Pernah Berhenti (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang