Sophia mengambil sebuah buku majalah yang ia temukan di luar toko kelontong yang ia lewati. Sebuah majalah dewasa yang menampilkan banyak sekali gadis seksi.
"Masa lalu Lo." kata Sophia yang bermuka pucat, kita panggil saja CloneS (Clone Sophia).
"Kenapa gue bisa bertahan? Kenapa gue mati di usia segini? Kenapa ngga dari dulu aja?" Tanya Sophia sambil terus menatap majalah tersebut.
"Ada beberapa hal yang bikin lo bertahan, dan salah satunya adalah yang bikin lo ada di dunia ini." CloneS menatap majalah yang di pegang oleh Sophia.
"Apa sesuatu yag buat gue bertahan itu udah ga ada? sampai akhirnya gue mati dan berakhir di sini." Sophia melihat ke dalam toko kelontong tersebut, ia melihat semua majalah populer yang ada di sana.
"Lo tau? Semakin lo dewasa, tubuh lo tumbuh semakin besar, dan baju lo ga akan selamanya cukup di tubuh lo, tapi bukan berarti baju itu hilang." CloneS mengambil sebuah koran. "Semakin lo dewasa, masalah semakin besar, satu orang dengan kata kata penyemangat ga akan cukup." CloneS menghela nafasnya.
sophia tersenyum kecil melihat sebuah gambar di dalam majalah tersebut. "Manusia itu bukan pakaian, bukan benda mati, semakin kita dewasa, itu artinya mereka juga semakin besar, ini bukan salah mereka yang ga bisa ngasih semangat, ini salah gue karna gamau denger perasaan mereka." Sophia mengelus gambar di majalah tersebut, "Gue terlalu putus asa sampai sampai nutup telinga gue."
"Lo terlalu sering nyalahin orang lain, terlalu sering lari dari fakta kalau mereka ada buat Lo, Lo itu lemah, kalah sama perasaan Lo yang negatif.". Sophia dan CloneS berhadapan satu sama lain, tinggi mereka, wajah mereka, semuanya sama, hanya ekspresi mereka yang bisa membedakannya.
Sophia tersenyum di hadapan CloneS yang datar, ia tau, yang di depannya adalah dirinya dalam versi negatif, dan ia adalah Sophia dengan perasaan Positif.
"Lo lagi ngehasut gue biar tinggal di dunia ini selamanya kan? Karna Lo gamau balik lagi ke dunia yang Lo benci itu." Sophia semakin tersenyum lebar.
"Gue tau kenapa Lo gamau balik lagi ke sana, gue tau luka itu ga akan pernah bisa sembuh." Sophia meremas kertas yang dia pegang.
"Tapi kita harus kembali, ada seseorang yang butuh kita, seseorang yang ga pernah kita anggap." Sophia menunduk, dia merasa bersalah akan sikapnya.
"Seseorang yang selalu ada buat kita, yang ga pernah kita lirik, yang selalu sembunyi di balik bayangan kita. Sebenernya kita ga pernah kesepian, hanya saja kita terlalu menutup diri dari orang-orang di sekitar kita, sempai perasaan kesepian itu semakin besar, hingga menutupi fakta bahwa kita tidak sepenuhnya kesepian." Sophia tersenyum, ia menatap CloneS dan memegang kedua bahunya.
"Lupain semua masalah kita, ada seseorang yang peduli sama kita, dan orang itu butuh kita, kita harus balas Budi, iya kan?" Sophia tersenyum, kedua tangannya meraih kedua telapak tangan CloneS.
CloneS tersenyum kecil, bagaimanapun juga, ia tetaplah Sophia Versi Negatif.
"Lo keren." Noah berada di luar toko kelontong yang Sophia diami. Ia tidak bisa melihat Clone milik orang lain, begitu juga yang lainnya.
"Kayaknya Lo berhasil bikin dia yakin." Noah berjalan beberapa langkah ke arah Sophia.
Sophia dan CloneS melirik pada Noah. "Lo lebih keren, gue yakin Lo lebih dulu tau tentang semua ini." Sophia menghadap ke arah Noah. CloneS dengan cepat menghilang.
"Bisa di bilang gitu, tapi gue ga bisa meyakinkan diri gue sendiri." Noah melihat ke sembarang arah di pinggir Sophia, ia tau CloneS sebelumnya berada di dekatnya.
"Yah, wajar sih, orang Lo yang ini aja udah keliatan negatif, apalagi yang negatif." Sophia meledak Noah.
"Lo bener, dan lagi gua setuju sama diri gua yang lain, gua bakal tinggal di sini selamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transendensi
NezařaditelnéSekelompok remaja dari berbagai belahan dunia menemukan diri mereka terjebak di dunia yang aneh dan tak bernyawa. Mereka tidak tahu bagaimana mereka sampai di sana atau mengapa mereka ada di sana; yang mereka tahu hanyalah mereka ingin melarikan di...