Chapter 7

46 22 19
                                    

Rindu mulai sadar dan
Bara tidur di sampingnya.
Rindu tersenyum menatap
lelaki tampan yang tengah
tertidur begitu damai di
hadapannya.

Dia mencintai Bara hanya saja
Rindu menyadari rasa cintanya
sebatas angan-angan. Rindu
sadar dia hanya bisa mencintai
Bara dalam diamnya yang
entah sampai kapan terungkap
perasaannya padanya.

Rindu mengelus rambut Bara
hingga sang empu bangun
dari tidurnya. Rindu pura-pura
memejamkan matanya tapi
Bara menjahilinya. Ringisan
kecil keluar dari bibirnya Rindu.

"Bara ... rese banget sih Lo!"
Rindu memukul lengan Bara
lembut.

"Nah, ketahuan kan pura-pura
tidur! Padahal udah bangun dari
tadi," cibir Bara.

"Ngapain Lo tidur disini?" tanya
Rindu mengerucutkan bibirnya.

"Terserah gue lah, suka-suka gue.
Mau tidur dimana aja Lo gak ada
hak, ya buat ngelarang gue tidur
disini," cicit Bara sembari mengusap
lembut kepalanya Rindu dengan
tatapan instennya.

"Gue yang larang Lo tidur disini.
Sana pergi!" usir Rindu ketus.

"Gue gak akan pergi ninggalin
Lo lagi. Entar Lo diculik kayak
kemarin. Mulai sekarang Lo kudu
nurut sama aturan gue," kata
Bara menolak untuk pergi ke luar
dari kamarnya.

"Hah? Apa kata Lo? Aturan?!"
ucap Rindu sembari memutar
bola matanya malas. Kenapa
harus mengikuti aturan dia?
Sungguh baginya itu sangat
menyebalkan.

Kelakuan Bara emang selalu
bikin Rindu darting  lama-lama.
Udah akur jadi teman lagi. Eh,
Rindu disuruh untuk menuruti
aturannya.  Tak pernah tertulis
di kamus hidupnya Rindu untuk
tunduk pada aturan seorang
Bara Revano Pramadana.

Cuma itu yang bisa Bara lakukan.
Bara ingin menebus kesalahannya
pada Rindu dulu. Bara tersenyum
tengil dengan ucapannya barusan.

Cakra muncul di balik pintu. Cakra
membawa makanan kesukaan
Rindu. Bara dan Cakra saling
bersaing untuk mendapatkan
Rindu.

"Pororo cantik, udah bangun.
Nih aku bawain bubur ayam
kesukaan kamu. Aku suapin,
ya," ucap Cakra membawa
semangkok bubur ayam
untuknya.

"Thanks you, plankton. Kamu
sengaja beli atau bibi yang
yang masakin?" tanya Rindu
sambil menerima suapan bubur
dari Cakra.

"Gue sendiri yang buat kok!"
jawab Cakra membuat Bara
yang berada di sebelahnya
tertawa mengejek dalam hati.

"Sejak kapan Lo bisa masak?
Haha! Dasar penipu Lo!"

"Lebay banget sih Lo, Kra. Sini
gue aja yang nyuapin Rindu,"
sela Bara merebut paksa
mangkok bubur ditangannya.

"Enak aja. Pergi Lo sana! Lo
ganggu ketenteraman orang
lain ya. Mending keluar sana,"
paksa Cakra menyuruh Bara
keluar.

"Aduh udah deh. Kagak usah
berantem kayak anak kecil.
Lo berdua yang gue usir.
Hush ... hush!" Rindu yang
malah mengusir halus mereka
berdua dari kamarnya.

Rindu turun dari atas ranjangnya
dan mendorong keduanya
pergi keluar dari kamarnya.
Rindu pusing menghadapi
mereka berdua yang kalau
bertemu pasti ujungnya
ribut.

Diluar kamar Rindu aja
Bara dan Cakra masih
terlibat cekcok. Bara
yang sebenarnya gak
suka mencari masalah
tapi jika menyangkut
soal Rindu. Dia gak akan
biarkan siapapun mengusik
Rindu termasuk Cakra
sekalipun.

"Lo selalu berhasil bikin
gue benci, Bara. Lo itu
selalu merebut apa yang
gue punya?" ucap Cakra
sarkas.

"Ngebenci gue apa untungnya
buat Lo, Cakra? Jelas-Jelas elo
yang udah bikin gue jauh dari
Rindu tahu gak sih. Capek gue
debat sama orang keras kepala
kayak Lo," balas Bara ketus.

"Sekarang Lo pengen dapetin
Rindu. Sorry to say, gak usah
ngarep Lo. Ngehalu Lo terlalu
ketinggian. Haha!" Cakra tertawa mengejek.

Bara tak menggubris ucapan
Cakra. Bara pergi tak meneruskan
pertengkaran hebatnya dengan
Cakra. Bara berpikir tak peduli
menghalu ketinggian seperti yang
dikatakan Cakra, tapi dia akan
memberikan bukti pada Cakra.
Kalau Rindu pasti bisa dia dapatkan kembali.

Agra mengajak Bara berbicara
private diruang kerjanya. Agra
sudah mengetahui siapa orang
yang menculik Rindu. Namun,
Agra meminta untuk berhati-hati
demi keselamatan Rindu.

Bara tidak habis pikir dengan
pelaku penculikan berencana
itu. Amarah Bara meledak dan
tidak bisa tinggal diam.

"Kek, aku gak bisa kayak gini
terus. Aku capek, kek," keluh
Bara setelah tahu siapa orang
jahat yang tega melukai Rindu
demi sebuah kekuasaan.

"Kamu tenang Bara. Kakek tahu
kamu gak bisa menjauhi Rindu.
Kakek melakukan ini supaya
kamu paham bagaimana keadaan
hidup Rindu itu terancam," jelas
Agra menenangkan hati dan
pikiran Bara.

"Tapi mau sampai kapan sih
aku nunggu Rindu? Please, aku
nyerah kek. Yang aku mau Rindu
jangan tunangan sama Cakra. Aku
gak rela, Kek." Bara memohon agar
Rindu dan Cakra tidak bertunangan.

"Tunggu saja sampai semua
keadaan aman baru kamu bisa
mendapatkan Rindu kembali,"
ucap Agra Finally dengan
keinginannya Bara.

Selesai bicara soal penculikan.
Bara resah dan saat dia mengisi
tugasnya pun tidak fokus. Ucapan
Agra jadi bahan pikirannya. Bara
mulai lelah dengan semuanya.

"Pokoknya, gak akan biarkan
Cakra tunangan sama Rindu.
Titik," gumam hati Bara.

Rindu sendiri tengah mengamati
jam tangan milik pria misterius
yang telah menculiknya kemarin.
Rindu memandangi jam berwarna
Gold itu dengan seksama.

Rindu seperti mengenali jam itu.
Pikiran Rindu seolah berputar
pada dimensi bayangan waktu
beberapa bulan lalu. Dia pernah
menyenggol lengan seorang pria
yang memakai penutup wajah.

"Jam tangan ini kayak gue kenal.
Kenapa ingatan gue menunjukkan
bahwa jam ini persis dengan pria
yang pernah gue tabrak. Dia itu
sebentar siapa dan mau apa
nyulik gue," pikir Rindu.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu terdengar
nyaring di telinga Rindu. Rindu
menyimpan jam itu, lalu membuka
pintu kamarnya.

"Tidur, Doraemon. Ngapain Lo
ke kamar gue?" tanya Rindu sinis.

"Gak usah ngegas juga kali
ngomongnya. Gue mau kasih
hp Lo yang kemarin gue temuin
di kolong tempat tidur Lo," ujar
Bara mengembalikan handphone
milik Rindu.

"Oh. Makasih udah balikin hp
gue. Udah sana tidur lagi ke
kamar Lo!" usir halus Rindu.

"Hm! Gue gak mau tidur.
Maunya sih nyium Lo," canda
Bara yang langsung kena
tonjok tangan Rindu.

"Rese banget sih Lo. Emang
gue cewek apaan. Ayo sana
pergi tidur ke kamar Lo!" teriak
Rindu tidak menyukai candaan
Bara.

Bara hanya terkekeh melihat
ekspresi Rindu seperti monster.
Kejahilannya memang selalu
buat Rindu terpancing emosi.
Tapi Bara menyukai ini walau
dia sebenarnya bercanda. Kena
tonjokan Rindu udah hal yang
biasa.

Rindu melototi tajam padanya.
Bara masih berdiri bak patung
yang gak sama sekali bergerak.
Rindu jengkel dengan satu
manusia menyebalkan kayak
Bara.

"Kenapa muka Lo, Bar?" tanya
Cakra lewat meledeknya.

"Apaan sih Lo? Gak usah sotoy!"
hardik Bara yang kemudian
melengos pergi ke kamarnya.

"Syukurin, emangnya enak
kena tonjok!" monolog Cakra
merasa puas dengan tontonan
di depan matanya barusan.

Rindu juga tak kalah geram
menatap tajam Cakra yang
masih terlihat senyum-senyum
gak jelas. "Cakra, Lo pergi
tidur juga sana!" ucap Rindu
membuat Cakra kaget saat
gadis itu tiba-tiba membentaknya.









Bara Rindu || HIATUS ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang