Chapter 11

22 8 15
                                    

Agra mendapat laporan dari
pengawalnya yang tengah
jadi mata-mata di sekolahnya
Bara dan Rindu. Ada dua pria
asing yang ingin menculik Rindu.

Pengawal pribadi Agra mengirim
video berdurasi lima detik itu
padanya.  Agra yang tengah
fokus bekerja mendadak hilang
konsentrasi. Agra langsung kirim
video itu pada Bara.

Notifikasi pesan masuk melalui
wa Bara dari Agra. Bara yang
sedang menghabiskan sisa
baksonya tercengang melihat
video itu.

"Rindu di toilet.  Ada orang yang
mau culik dia lagi. Kurang ajar!"
Rindu menggerutu emosi lalu
berlari dari kantin.

"Bara, Lo mau kemana?" tanya
Zeva berteriak memanggilnya.

Bara hanya menoleh sebentar.
Langsung pergi cepat ke arah
toilet siswa khusus cewek. Ya,
benar Bara melihat jelas secara
langsung ketika Rindu berteriak
minta tolong dan pingsan kena
suntikan.

"Mau kemana kalian. Ayo, lawan
gue. Cari mati Lo berdua. Bangsat!"
bentak Bara langsung menendang
kedua pria itu dengan tendangan
sekali tendang.

Bara mencengkram kerah baju
dua pria asing itu lalu memberikan
bogeman di wajah mereka.

Bugh

Bugh

Bugh

"Siapa yang suruh kalian?" tanya
Bara menatap tajam keduanya.

Tidak ada jawaban dari kedua
pria asing itu. Bara kehilangan
kesabarannya dan tanpa rasa
ampun dia melayangkan berapa
kali tonjokan pada mereka hingga
terkapar lemah tak berdaya.

"Bar, buruan bawa Rindu ke
rumah sakit sebelum terlambat!"
ujar Gevandra panik karena
memegang denyut nadi Rindu
yang lemah.

"Lo bawa Rindu aja dulu ke
rumah sakit. Biar gue sama
Gevan yang urus mereka," titah
Emillio suruh Bara hentikan
pertengkarannya bersama
dua lelaki asing itu.

"Rindu Lo harus bertahan. Rindu,
please buka mata Lo.Ya Tuhan,
aku minta maaf karena tidak
bisa jagain dia," ucap Bara
merangkul tubuhnya Rindu
kedalam dekapannya.

"Bara, Rindu kenapa hah?"
Cakra datang ikutan panik
saat tahu Rindu hampir di
culik.

"Lo bantu gue dulu bawa
Rindu ke rumah sakit," jawab
Bara.

"Oke,  sini gue bantuin gendong
dia!" Cakra bantu angkat Rindu
ke mobil Gevandra sahabatnya.

Rindu mendapat pertolongan
pertama. Nyaris nyawanya dia
tak tertolong karena suntikan
yang diberikan pada tubuhnya
Rindu dalam dosis tinggi.

Agra bicara secara private
dengan Bara. Agra melacak
identitas dua pria asing yang
ingin menculik Rindu.

"Kakek tahu siapa orangnya?"
Bara bertanya dan rasa
penasarannya semakin tinggi.

"Tentu Kakek tahu siapa dia?
Tapi Kakek tidak ingin bertindak
gegabah karena terlalu berbahaya
menyingkirkan dia," balas Agra
dengan pikirannya yang harus
hati-hati mengatur rencana.

"Bahaya Kek. Berarti dia ini
memang punya masalah besar
dengan Rindu," ucap Bara.

"Masalah ini udah lama dari
dulu. Dia penguasa yang ingin
menguasai hartanya orangtuanya
Rindu," jelas Agra.

"Menguasai hartanya Rindu, Kek.
Kok bisa!" Bara sedikit kurang
paham apa yang dimaksud Agra.

"Suatu saat kamu bakal tahu
siapa orang itu. Satu hal yang
harus kamu ingat dari Kakek.
Kamu jaga jarak aman dari Rindu
mulai sekarang," tegas Agra.

"Kek, tapi aku gak mau jaga jarak
terus. Capek tahu," keluh Bara.

"Ingat, Bara status kamu itu
kekasihnya Zeva dan Rindu itu
juga akan jadi tunangannya Cakra.
Jangan bantah ucapan Kakek karena
kalian berdua sama-sama punya
pasangan."

Mendengar ketegasan Agra, dia
sebenarnya sedikit kecewa. Bara
benci harus bersaing sama Cakra.
"Cakra terus yang ada dipikiran
Kakek. Kenapa harus dia sih? Jujur,
aku gak suka cara kakek yang kayak
gini," monolog batin Bara.

*Sejam Kemudian*

Bara masuk ke ruang ICU. Kondisi
Rindu belum stabil. Pengaruh obat
bius yang disuntikkan padanya
membuat gadis itu kehilangan
kesadaran cukup lama.

Bara menggenggam jemari tangan
Rindu sesekali ia mengelus lembut
keningnya. Wajah cantik Rindu
terlihat sangat pucat. Bara iba
dengan kondisinya.

"Gue minta maaf sama Lo, Rindu.
Gak seharusnya, gue biarin Lo
jauh dari pengawasan. Kalau Lo
bangun, gue janji gak bikin Lo
kesel lagi deh!" ucap Bara sambil
minta maaf karena merasa bersalah
telah lalai menjaganya.

Setelah selesai meminta maaf.
Bara keluar dari ruangan itu.
Terlihat Cakra yang masuk
bergantian menjenguk Rindu.

Bara lewat ke ruangan dokter
yang merawat kondisinya
Rindu. Terdengar suara Agra
yang tengah berbicara bersama
dokter di dalam sana.

Bara menangkap pembicaraan
dokter itu dan kakeknya. Bara
agak syok saat mengetahui ada
sesuatu dengan Rindu.

"Tolong rahasiakan kondisi
cucu saya, dok!" pinta Agra.

"Iya, Pa Agra tapi yang saya
takutkan kalau bisa saja Rindu
mengalami drop. Kalau bisa
pantau terus chek up darahnya,"
ujar Dokter Arka menjelaskan
perihal kondisi kesehatan Rindu.

"Drop, Rindu drop dan harus
chek up darah. Apa sebenarnya
yang dirahasiakan kakek sama
aku?" pikir Bara yang merasa
ada kejanggalan dengan kondisi
Rindu.

Bara ingin masuk ke dalam tapi
dering ponselnya mengganggu.
Zeva menelponnya dan terpaksa
ia urungkan niatnya untuk tahu
rahasia yang Agra sembunyikan.

Zeva meminta Bara menjemput
dia di sekolah. Bara sebenarnya
gak ingin meninggalkan Rindu.
Dia ingat janjinya pada Agra
untuk berhubungan baik sama
Zeva demi keselamatan hidup
Rindu juga.

[Aku tunggu kamu di sekolah.
Sayang cepetan jemput]

[Iya, sayang iya aku kesana]

"Cie yang main sayang-sayangan.
Rindu buat gue dong!" celetuk
Gevandra.

"Gak usah halu Lo," umpat Bara
seperti biasa menjitak kepalanya.

"Gue mau daftar juga ah," canda
Emillio langsung dapat tatapan
maut paling menakutkan dari
Bara.

Kedua temannya Bara emang
hobi mancing emosi Bara. Mereka
tahu kalau sahabatnya agak
posesif  bila berurusan dengan
Rindu.

Di ruang kerja  Rionaldi Danuarta
atau lebih dikenal Danu, dialah
pria yang menyuruh dua pria
suruhannya untuk menculik
Rindu malah gagal total.

Danu tengah mengamuk
memecahkan semua benda
yang ada di dalam ruangan
kerjanya. Lelaki paruh baya
itu geram dan tatapannya
menghunus tajam ke arah
dua pria suruhannya.

"Aaarhh. Dasar goblok! Ngurus
bocah ingusan aja kagak
becus," gertak Danu sembari
mencengkram erat leher
kedua pria itu hingga kehabisan
nafas lalu dia tendang ke lantai.

"Ampun, Tuan. Saya mohon
jangan siksa lagi. Saya minta
ampun Tuan!" ujar mereka
berdua menunduk ketakutan.

"Kalian pantas mati karena
ketololan kalian. Rencana
untuk menghancurkan hidup
gadis itu gagal." Danu murka.

"Tolong berikan kesempatan.
Kami janji rencana tuan nanti
tidak akan gagal lagi," ucap
mereka bersimpuh di kakinya
Danu.

"Saya tidak akan berikan
kalian ampun sebelum kalian
bawa anak perempuan bodoh
itu kemari. Paham!" perintah
Danu pada mereka.

Tanpa mereka ketahui ada
seorang mata-mata yang
merekam percakapan Danu.
Lelaki itu suruhan Agra juga,
dia agen Intel yang  Agra pimpin.

"Kebusukan kamu sudah
aku record, Rionaldi Danuarta."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bara Rindu || HIATUS ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang