gempa ; jangan pulang dulu ya??

109 18 9
                                    

Happy Reading.



Seorang hakim muda berada di pemakaman, tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mengunjungi seseorang.

Dia memegang sekuntum bunga mawar putih, bunga itu terlihat segar dan terawat.

"Duri, ini bunga yang ke 399 dari kebun kamu.
Kemarin solar beli bibit bunga mawar lagi, katanya mau ditanam dan dirawat biar bisa dibawa ke sini." Gempa mencium aroma mawar itu dengan tenang, ekspresi nya terlihat campur aduk antara sedih dengan senang.
"Abang senang karna bisa kesini lagi, tapi abang tetap aja sedih.
Seharusnya abang.." Gempa menyeka air matanya yang turun lumayan deras itu, ia sudah berkali-kali mencoba membuka lembaran baru dalam hidupnya tapi tetap saja rasanya sakit dan sulit.

Ia menggeleng mencoba membenarkan emosinya, ah karna dia sedang berkunjung ke makam sang adik dia jadi agak terbawa suasana.

Ia meletakkan mawar itu tepat di tengah tanah makam adiknya, sejenak ia mengucapkan doa kemudian dia reflek berdiri karna hujan mulai turun.

"Ah, hujan.." Gempa menatap makam sang adik dengan sendu.
"Abang harus kembali, tak apa kan kamu sendiri lagi??" Gempa tak menunggu jawaban karna jika sang adik menjawabnya maka ada yang salah, kakinya melangkah cepat menuju area luar pemakaman umum itu dan dia segera masuk ke mobil nya.

Mobil itu pergi, meninggalkan kawasan pemakaman yang sudah diisi sejak 20 tahun yang lalu.



"Abang pul—"
"ABANGGG, BANG HALI AMA BANG UPAN MAU NIKAHHHH!!!"

GREP

Gempa sedikit kaget karna blaze dan ice yang memeluk dirinya secara tiba-tiba, keduanya masih kaget karna diberi tau berita tentang halilintar juga taufan yang akan menikah di waktu bersamaan.

"Kita sudah membicarakan ini sejak kemarin.." Gempa mengusap keningnya lelah, dia melihat solar yang baru saja masuk.

"Baru pulang dek, udah sore ni??"
"Banyak proyek di kampus, bang aze ama bang ice enak karna proyeknya cepat selesai.." Solar sedikit tersenyum, nampak jelas raut wajahnya yang kelelahan.
"Udah gapapa, sekarang bersih bersih dan istirahat ya??" Gempa menepuk pucuk kepala solar dengan penuh kasih sayang.
"Hehe makasiii" Solar berlari ke atas sementara gempa pergi ke dapur.

"Kalian berdua sudah makan??" Tanya gempa pada adik kembarnya, mereka mengangguk antusias.
"Kami masak sendiri lhoo" Blaze berucap dengan bangga sedangkan ice hanya mengangguk saja.
"Walaupun tadi agak drama" Ice sedikit tertawa, gempa pun ikut tertawa.
"Kalian harus sering sering belajar memasak, siapa tau abang tiba-tiba nikah nyusul abang kita nanti" Blaze dan ice langsung menggeleng tak Terima.
"ABANG JANGAN NIKAHH, NANTI KAMI BISA GILA KALAU GAADA ABANG"
"aduh, kalian jangan teriak terus terusan.." Tegur gempa, dia akhirnya sadar kalau ada sesuatu yang kurang.
"Dimana adek..??" Tanya nya pada dirinya sendiri, dia segera pergi ke lantai atas untuk mencari si bungsu.

Ada 2 opsi ; kamar duri atau kamar solar

Gempa mengecek kamar duri, dan ternyata solar memang ada disana.

"Aduh sol.." Solar tertidur di kasur duri dengan kemeja abu abunya yang masih ia kenakan serta celana hitam panjang dan kaus kaki hitam.

Yang ia lepas hanyalah jaket, selebihnya ia biarkan.
Gempa menghela nafasnya, solar kebiasaan banget kalau disuruh ini yang dikerjain malah itu.

Gempa mendatangi solar, ia tak ingin membangunkan sang adik karna solar jelas kelelahan setelah mengikuti berbagai kegiatan di kampus. Dia hanya mengecup kening solar dan menyelimuti nya dengan selimut hijau milik duri—

SIDE STORY ; DURI DAN LUKANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang