hancur, sama seperti kaca.

158 17 7
                                    

Happy Reading.



WARNING FLASHBACK!!

Perlahan matahari mulai tenggelam disaat malam menjelang, dan akhirnya duri harus menerima penderitaan juga rasa sakitnya lagi.

Dia tak mengerti soal urusan penyakit atau masalah orang dewasa, dia hanyalah bocah 11 tahun yang tak mengerti apapun selain belajar atau bermain.

Tapi akhirnya dia mengerti juga, segala rasa sakit dan tangisan lirihnya semakin membuat nya mengerti.

Menjadi orang dewasa tak pernah menyenangkan, duri tanamkan kepercayaan itu setelah melihat ayah dan ibunya.

Mereka terkadang bisa romantis dan bisa bertengkar hebat disaat bersamaan.

Orang dewasa emang gak jelas ya??begitulah pikiran duri.



"ayah, ampun..." Rintihan duri tak didengar oleh sang ayah, sang ayah terus saja mencambuk duri menggunakan ikat pinggang nya.

Duri benar-benar tak mengerti, bahkan disaat dia sudah berusaha menjadi anak baik ayahnya masih saja membenci dirinya.

Dia seburuk itu??

Bunyi cambukan terdengar dari gudang, tempat duri mendapatkan
lukisan baru di tubuhnya.

Duri akhirnya memilih untuk diam dan pasrah saja, dia ingin protes tapi pada akhirnya hukuman kejam itu malah bertambah.

Hingga akhirnya..

"DURII!!" Teriakan sang ibu menarik jiwanya untuk kembali pada kehidupan nyata, sang ibu memeluk tubuh duri yang penuh luka dengan erat.
"DASAR BRENGSEK, APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA ANAKMU SENDIRI!??" Bentak ibu pada ayah, ayah pun nampak tak mau kalah juga.
"SUDAH AKU KATAKAN AKU TAK INGIN MEMILIKI ANAK SEPERTINYA!!" Duri takut, apa salahnya sampai ia harus mendengar bentakan yang memekakkan telinga ini??

Sang ibu masih melempar tatapan penuh amarah untuk ayah, dia berbisik lembut ditelinga duri.

"Nak, pergi ke kamar dan obati lukanya sendiri.
Anak ibu kuat kan??" Duri mengangguk lemah, akhirnya dia kabur menuju kamarnya dengan darahnya yang sedikit tercecer di lantai.

"Sakit.." Desis duri disaat ia berkaca, akhirnya ia memilih abai dan ia sibuk mencari kotak obat miliknya.
"Pusing, ini kenapa ya..?"

Dapat duri dengar ayah dan ibunya masih berdebat, duri merasa kacau.

"Kenapa, yah??
Sampai kapan duri harus begini??"

Duri frustasi, dia lupa dimana kotak obatnya dan sekarang dia harus mengobati luka luka ini.

TOK TOK TOK

Duri menoleh ke arah pintu, siapa disana ya??

TOK TOK TOK

Duri akhirnya bangkit dan membuka pintu itu, ternyata yang mengetuk pintu barusan adalah halilintar dan dibelakang halilintar ada taufan, gempa, blaze dan ice.

'Ini kenapa pada rame rame??' Tanya Duri dalam hatinya

"Kenapa bang??ada perlu??"

Bukannya jawaban yang Duri dapat ia justru disudutkan oleh tatapan membunuh milik saudara saudaranya.

GULP.

Duri takut akan tatapan tajam itu, bahkan gempa yang terkenal ramah juga sama halnya dengan yang lain.

Mereka berjalan masuk, membuat duri mundur sampai ia sadar kalau saudara saudaranya memang sengaja membuat dirinya terpojok.

"Dasar pembawa sial."

DEGG.

Halilintar mengatakan duri pembawa sial??

Duri tak tau kenapa tapi hatinya sakit mendengar umpatan halilintar, saudaranya yang lain tak ingin membela dirinya.

"K-Kenapa abang bilang begitu..??" Tanya duri takut takut mengundang tawa sinis dari mereka, ice maju dan mencengkram dagu duri dengan kuat.
"Tak usah sok polos bocah, kalau bukan karna kau pasti hubungan ayah dan ibu akan baik baik saja" Deru nafas ice yang dingin menambah kesan mencekam untuk suasana disana.
"Duri juga gamau mereka bertengkar.." Cicit duri.
"Harusnya kau tak pernah ada dalam keluarga ini."

TIDAK.

Kenapa mereka membenci duri??
Bukan hanya itu, mereka terus menghujani hinaan untuk duri membuat hatinya makin teriris.

Sakit, tak nyaman.

Duri menutup telinga nya, dia takut.

"C-CUKUP!!" Teriakan duri tak dapat menghentikan mereka.
"Kenapa kau berteriak??
Kau takut??
Memang dasarnya kau lemah dan itu tak akan berubah.
Harusnya kau tak pernah terlahir didalam keluarga ini.
Kau harus menjalani hidup dalam berbagai rasa kesepian hahaha.."
Mereka terus menerus mengatakan berbagai ujaran kebencian untuknya membuat dirinya tambah kacau.
"HENTIKAN!!" Teriakan solar membuat atensi mereka beralih pada dua sosok didekat pintu, mereka adalah solar dan ibu.
"Ibu sudah dengar semuanya, jadi begini tingkah 5 sulung deanno??
Ibu tak pernah mengajari kalian untuk membenci saudara kalian sendiri, kalian bisa keluar dan jelaskan semuanya." Ibu mengambil langkah masuk, pandangan nya tertuju pada duri.
"Solar, obati kak duri ya??
Ibu harus mengurus abang abangmu" Solar mengangguk, dia menghampiri duri sambil membawa kotak obat dari kamarnya.

Halilintar dengan yang lain segera keluar menyusul sang ibu, mereka sedang berada dalam masalah besar.

"Kok lukanya makin banyak si kakk??" Solar sibuk membersihkan luka di sekujur tubuh duri, duri hanya diam dan sesekali meringis kesakitan.
"Biasa sol, ayah." Solar mengangguk, diam diam dia menyimpan rasa benci untuk sang ayah karna sudah berani menyakiti kakaknya.
"Kakak, tadi kenapa abang abang datang kekamar??" Duri diam sejenak, ada buliran bening yang turun begitu saja tanpa diminta.
"Kakak kenapa??" Solar menghapus air mata duri dan ia membawa duri kedalam pelukannya yang hangat.
"Bagaimana suasana hati kaka??" Tanya solar dengan lembut.
"..hancur, sama seperti kaca yang dipecahkan.." Solar semakin mengeratkan pelukannya.
"Nangis aja kak, kakak hebat kokk"

Dan malam itu diisi tangisan pilu dari lubuk hati duri.




TBC
MWEHEHE, SEMPAT JUGA AKHIRNYA
LOP YU READERS 🙏🏻😀😀

SIDE STORY ; DURI DAN LUKANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang