5. Kenapa?

59 15 14
                                    

Juan mengeluarkan dua kotak nikotin dari kresek dan menyodorkan salah satunya pada Jiandra yang sedang memetik gitar di beranda Indekos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan mengeluarkan dua kotak nikotin dari kresek dan menyodorkan salah satunya pada Jiandra yang sedang memetik gitar di beranda Indekos. Jiandra melirik sekilas pada bungkusan rokok dan Juan bergantian, sebelum membuka bungkusannya dan menyelipkan sebatang rokok di bibirnya.

"Gak nganter cewek lagi, lu?" tanya Jiandra dengan nada yang terdengar sarkas.

Juan menghela nafas sebelum menyedot batang rokoknya lagi. Pemuda itu tak menjawab pertanyaan Sang teman, hanya fokus menatap langit malam. Pikirannya kembali melayang pada malam saat Jiandra menghadangnya dan menyentak dengan ucapan kasar.

"Gue ngerasa mulai cocok sama Lia," celetuk Juan.

Dalam beberapa menit ke depan, keduanya hanya diam sambil menyesap rokok. Menatap langit malam dengan hembusan asap rokok. Lalu tak lama Jiandra terkekeh, menatap Juan yang keheranan.

"Kayaknya bener ya istilah cinta datang karena terbiasa itu? Lo mulai jatuh cinta karena beberapa waktu ini sama dia terus." kata Jiandra.

Juan tidak membantah. Hampir satu bulan bersama Arlia rasanya tidak buruk. Gadis itu mengandalkan Juan dengan baik, pun Juan begitu. Ia mulai berbagi beberapa cerita pada Arlia, ya meskipun pada akhirnya berujung dengan candaan, tapi itu menghiburnya.

"Congrats, ya!"

Juan menoleh pada Jiandra saat mendengar ucapan yang tanpa konteks itu. Tiba-tiba menyelamatinya? "Untuk?"

"Hubungan lo sama Lia. Gue belum ngasih selamat, kan?" Lanjut Jiandra. "Sekalian pajak jadian lah, ege! Butuh makan gratis nih gue di tanggal tua begini!"

Juan menghembuskan asap rokok dari bibirnya, kemudian mengangguk pelan. Tanpa disadarinya, sunggingan senyum kecil terpantri di sana.

"Besok deh, sekalian ajak Yohan. Gue traktir sarapan Bubur Mang Osa di depan."

"Pajak jadian macem apa traktir bubur? Minimal kwetiaw Solaria lah, monyet!"



*****



Acara Festival yang akan diselenggarakan kampus semakin dekat. Sebagai mahasiswa yang aktif di UKM Musik, Arlia menjadi salah satu panitia untuk mengurus keberlangsungan Festival kampusnya. Waktunya yang biasa ia bagi untuk kuliah-belajar-pacaran kini harus dipangkas lagi untuk kegiatan ini.

"Sibuknya bukan main! Ngalah-ngalahin anggota KPPS buat pemilu aja!" Adalah kalimat yang sering gadis itu ungkapkan beberapa waktu ini.

Belum lagi Lia menjadi salah satu panitia yang bertanggung jawab di divisi perlengkapan. Sudah ia dan tim yang mencari tempat, menatanya, dan menginventarisasi barang-barang yang dipergunakan srlama Festival berlangsung.

"Lia kayaknya kita perlu beberapa tanaman deh biar panggungnya lebih hidup? Masa kosongan gini sih lantainya? Itu juga atasnya cuma dikasih satu lampu doang? Sisi kanan kiri masih kosong gini, Lia. Ampun, deh!"

Sialan. Arlia baru saja duduk sebentar setelah membantu Binar membawa beberapa kardus yang berisi perintilan untuk menghias panggung. Tapi Si Paling Sekertaris Umum bernama Karin itu mulai mengomel lagi dan lagi.

"Coba panggil Deo, masa kosongan gini sih!" Karin dengan alisnya yang menekuk itu menyentak.

"Rin, lo gak liat di belakang banyak dus-dus gede? Itu isinya perlengkapan panggung yang gede-gede. Tenang aja lagi, divisi kita udah nyiapin semuanya. Lo juga pasti udah lihat, kan, design panggung yang di acc?"

Emosi Arlia meledak. Wajahnya merah padam dengan nafas yang terengah. Suaranya yang lantang menarik banyak perhatian anggota lain hingga melihat ke arah dua gadis yang saling melotot.

"Eh, biasa aja dong. Gak usah nyolot!"

"Lo yang mulai duluan, gila!"

Untuk beberapa saat tidak ada yang berani mendekat, namun ketika keduanya mulai saling mendekat dan hampir melakukan kekerasan fisik, beberapa laki-laki menghampiri dan mulai memisahkan Arlia dan Karin. Membuat mereka saling menjauh meskipun kedua mulut itu terus saling berteriak.

"Woy! Stop, stop!" Teriakan lantang dari Juan itu menghentikan suara bising lainnya. Karin segera menepis beberapa tangan yang mencekalnya untuk menerjang Arlia. Begitu pun Arlia yang melepaskan diri dengan wajah yang masih tak bersahabat.

"Urus pacar lo yang bener. Bilangin kerja cepet, di sini gak ada yang santai duduk-duduk kayak dia!" Ucapan sarkas itu yang terakhir diucapkan Karin sebelum berlalu dengan hentakan marah.

Semua orang yang berada di sana terdiam beberapa saat menyaksikan Sang Sekertaris Umum meledak untuk pertama kalinya. Terlihat menyeramkan, dan tentu saja menyebalkan di mata Arlia.

Gadis itu berjalan keluar dari area festival dengan emosi yang masih meletup-letup. Biarlah dia kabur begitu saja untuk menenangkan diri, dari pada bekerja saat emosinya tak stabil dan membuat kericuhan lain.

"Lia, Arlia! Tunggu!"

Arlia tahu itu adalah Juan yang mengejar langkah cepatnya. Dan tepat ketika Arlia menjejakan kaki di area belakang kampus yang cukup sepi, Juan berhasil menarik tangannya untuk berbalik.

Bagus. Arlia merasa dirinya akan tenang jika menumpahkan tangis dan emosinya saat ini kepada Juan. Area ini cukup sepi dan mereka bisaㅡㅡ

"Lo apa-apaan sih bikin ribut kayak tadi?"

ㅡㅡmenenangkan... Apa?!

Arlia menatap Juan dengan tatapan tak percaya. Apa ini? Kenapa Juan malah menuduhnya membuat keributan tadi?

"Sadar gak sih lo bikin suasana di sana jadi gak kondusif, Lia?"

"Lo yang apa-apaan, Juan! Kenapa lo jadi nuduh gue yang bikin rubut di dalem?!"

Tidak. Ini tidak benar. Bukankah Juan menyusulnya untuk menenangkan Arlia? Bukankah seorang pacar harusnya seperti itu?

"Jelas lo yang salah! Karin cuma negur biar lo gak duduk santai, biar kita semua sama-sama kerja keras dan biar cepet selesai semuanya, Lia. Kita harus produktif bareng-bareng." Kata Juan.

"Omongan lo gak jelas, Seano Juan!"

Cukup. Arlia tidak mau semakin murka mendengar tuduhan tak jelas dari pacarnya sendiri. Arlia memilih untuk berbalik dan kembali berjalan menjauh dari Juan.

"Kalo lo belum siap buat berorganisasi dan kerja sama, jangan jadi panitia, Lia!"

Pun jika memang Arlia yang salah, kenapa Juan sebagai pacarnya tidak membelanya? Atau sekedar meredakan emosinya? Kenapa?


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I Want Your Love (Junkyu x Lia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang