Happy Reading!
────⋆⋅☆⋅⋆──Brak!'
Pintu tertutup rapat, disusul oleh suara 'klik' ketika kunci mengunci dengan sempurna menambah suasana berbeda antara Ethan dan Rena di kamar kosnya. Ethan kemudian kembali berjalan mendekat, matanya tidak pernah lepas dari mata Rena, dan mulai mengelus penisnya perlahan-lahan, menggodanya dengan janji akan memberikan yang lebih. Mata Rena terpaku pada gerakan itu. Tubuh sang pria jakung itu berdiri menjulang tepat di depan Rena.
"Mau pegang?"
Suara Ethan yang lebih dalam dan lebih serak karena nafsu berhasil membuat Rena merinding. Ada perasaan malu untuk mengakui bahwa Rena sangat ingin memegang miliknya. Ethan yang membaca mimik wajah Rena, terkekeh kecil. Ia meraih tangan Rena untuk menuntunnya berdiri lalu satu lengannya melingkar di pinggang Rena untuk menarik mendekat sehingga tubuh mereka menempel dan membuat Rena terkesiap.
"Pegang aja gapapa...gue tau lo pengen..."
Bisikan Ethan seolah-olah sihir bagi Rena yang pada akhirnya Tangan Rena, yang awalnya ragu-ragu, akhirnya mengulurkan tangan untuk meraih penis Ethan, sentuhannya mengirimkan sentakan listrik ke seluruh tubuh mereka berdua.
Geraman Ethan seperti sebuah respon primitif, sebuah pernyataan dari keinginan dan kebutuhannya. Suara itu membuat tulang belakang Rena menggigil, dan dia merasakan hasratnya sendiri melonjak ke permukaan. Saat mereka berdiri di sana, tubuh mereka saling berdekatan, tangan mereka saling bertautan, ruangan itu seakan memudar, menyisakan hanya mereka berdua, tersesat dalam gairah dan hasrat.
Tanpa sepatah kata pun, Ethan mulai bergerak, pinggulnya bergoyang dengan lembut, penisnya berdenyut-denyut di tangan Rena. Mata Rena terkunci pada matanya, tatapannya membara saat dia mulai membelai Ethan, sentuhannya mengirimkan gelombang kenikmatan pada keduanya.
Rena tersenyum dan mulai percaya diri untuk menyentuh penis Ethan hingga ia merapatkan genggamannya. "Enak?"
Suara lembut Rena adalah suara terindah bagi Ethan saat ini. Usapan tangannya yang mengelus penisnya membuat Ethan keenakan sampai sempat memejamkan mata.
"Gak usah tanya kek gitu. Jelas-jelas bikin enak....enak banget." Ethan bergumam ditengah-tengah ia mendesah enak. Lalu Ethan menatap mata Rena dalam. Senyum Ethan semakin lebar, dan matanya bersinar dengan dominasi.
"Lo berlutut coba," geramnya, suaranya rendah dan serak.
Rena terkekeh dan tangannya terus bergerak mengelus batang penisnya, seolah-olah menjadi kecanduan.
"Ceritanya mau gue sepongin nih?" Rena bertanya dengan nada menggoda.
"Ya iyalah."
Mereka berdua terkekeh dan saat Rena berlutut di depannya, matanya terkunci pada matanya, tatapannya membara dengan intensitas yang ganas. Penis Ethan, yang berdenyut-denyut karena antisipasi, tampak berdenyut. Lidah Rena, menjulur keluar untuk menggoda kepala penisnya yang berwarna merah muda yang mengkilat akibat cairan pre-cum, mengirimkan sentakan listrik melalui keduanya, dan tubuh Ethan merespons dengan geraman kenikmatan primitif.
Tanpa ragu-ragu, bibir Rena melingkari kepala penisnya, mulutnya hangat dan mengundang. Mata Ethan terpejam, kepalanya terlempar ke belakang dalam ekstasi, saat dia merasakan dirinya ditarik ke dalam dunia kenikmatan murni. Suara isapan lembut Rena, rasa lidahnya yang menari-nari di sekitar kepala penisnya, tidak seperti yang pernah dia alami sebelumnya.
"Ahh mulut lo...enak banget, Ren." Ethan mendesah, tangannya menjambak rambut Rena, tanpa sengaja menariknya lebih dekat. Pinggulnya terdorong ke depan, dan mata Rena membelalak kaget saat penisnya hampir memasuki area pangkal mulutnya, mengancam untuk memasuki kerongkongannya. Ethan tertawa, campuran antara geli dan puas, saat melihat Rena tersedak penisnya.
Namun di balik tawa itu, rasa dominasi dan kendali semakin kuat. Ethan merasakan dorongan untuk mengambil alih, untuk menegaskan kekuasaannya atas Rena. Dia memajukan pinggulnya lagi, perlahan-lahan menariknya kembali sedikit, mengulangi gerakan itu dengan ritme yang lembut namun mendesak.
Rena, yang masih terbatuk-batuk dan terengah-engah, menatap Ethan dengan perasaan kaget dan needy. Matanya terkunci pada mata Ethan, dan untuk sesaat, mereka hanya saling menatap, satu-satunya suara adalah napas Rena yang tersengal-sengal dan hisapan lembut mulutnya pada penis Ethan.
Cengkeraman Ethan pada rambut Rena mengencang, dan dia menariknya lebih dekat, penisnya meluncur lebih dalam ke dalam mulutnya. Mata Rena tidak pernah lepas dari matanya, dan dia mulai menggerakkan kepalanya seiring dengan dorongan Ethan, mulut dan lidahnya bekerja dalam ritme yang sempurna untuk mendorong Ethan lebih dekat ke tepi.
Ruangan di sekitar mereka mencair, menyisakan hanya mereka berdua, tersesat dalam dunia penuh gairah dan hasrat. Udara terasa pekat dengan ketegangan, dan satu-satunya suara yang terdengar adalah isapan lembut mulut Rena dan napas Ethan yang berat.
Saat mereka mencapai puncak gairah mereka, tubuh Ethan mulai bergetar, otot-ototnya menegang untuk mengantisipasi pelepasan. Mulut Rena bekerja lebih cepat, lidahnya menari-nari di sekitar kepala penisnya, dan Ethan merasa dirinya ditarik ke dalam pusaran kenikmatan.
Dengan dorongan terakhir, tubuh Ethan bergetar, dan dia melepaskan semburan kenikmatan ke dalam mulut Rena yang sudah menunggu. Mata Rena tidak pernah lepas dari matanya, dan dia menelan setiap tetes terakhir, mulutnya masih bekerja untuk mengekstrak setiap inci kenikmatan dari tubuh Ethan.
Saat mereka akhirnya terpisah, terengah-engah, mata Ethan terkunci pada mata Rena, dan dia tahu bahwa dia tidak pernah merasakan hubungan yang begitu dalam dengan siapa pun sebelumnya.
"I feel like I'm home," Ethan berbisik dan Rena cekikikan, sedikir terhibur dengan Ethan yang tiba-tiba ngomong berbahasa Inggris. Sorot mata Rena yang biasanya menunjukkan kebencian dan kekesalan Ethan, kini beralih menjadi tatapan kasih sayang.
"You are home, Ethan. You're home with me.
Kemudian dengan lembut Ethan mengajak Rena untuk berdiri, memeluknya sambil menangkup pipi Rena dan menciumnya dengan dalam. Rena melingkarkan lengannya di leher Ethan dan membalaa ciumannya yang tak kalah intens. Ia dengan senang hati membuka mulutnya, membiarkan lidah Ethan untuk masuk, mencicipi rasa sperma miliknya sendiri yang tersisa di rongga mulut Rena.
Rena dan Ethan bercumbu dengan penuh gairah melalui bibir mereka, berciuman hingga suara bibir mereka yang beradu terdengar keras di tengah keheningan. Tangan Rena menyelinap ke dalam kaos Ethan dan merasakan kekokohan dan kekencangan otot-otot dadanya. Ethan mengerang pelan saat jari-jari Rena menelusuri kontur tubuh Ethan, merasakan panas yang memancar dari kulitnya.
Sementara itu, tangan Ethan sibuk menjelajahi lekuk tubuh Rena, jari-jarinya meraba pinggul Rena dengan lembut sambil menariknya mendekat. Dia tahu bahwa Rena sama bergairahnya dengan dirinya.
Tiba-tiba, Ethan melepaskan diri, dadanya berdebar-debar karena kegembiraan.
"Gue udah sange banget, Rena," bisiknya, suaranya serak penuh hasrat. "Do you want to have sex with me?"
Mata Rena terkunci pada matanya, pupil matanya membesar karena gairah. "Of course I would, I really would." bisiknya kembali, suaranya nyaris tak terdengar.
"Please bikin gue lupain cowok gue. Cuma lo...bisa bikin gue puas."
Rena yang memohon membuat sifat atogan Ethan meningkat. Tanpa berkata apa-apa lagi, Ethan menggendong Rena dengan mudah. Mereka ambruk ke atas kasur dengan Ethan berada di atas Rena, hampir menutupi tubuh sang gadis yang mungil itu. Tubuh mereka saling bertautan dalam pelukan, bibir mereka terkunci dalam ciuman penuh gairah saat mereka menyerah pada keinginan mereka.
"Gue bisa buat lo lupa sama cowo lo, bikin lo pengen putus...kalo lo sekarang harus cuma mikirin gue." Bisik Ethan dengan sensual di dekat telinga Rena dan menyapu daun telinganya sebentar yang membuat tubuh Rena menggigil.
» [next part] «
0:00 ─〇───── 0:00
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
KAMU SEDANG MEMBACA
WET IMAGINATION || ENHYPEN HYUNG LINE
Fanfiction-ˏˋ⋆ ᴡ ᴇ ʟ ᴄ ᴏ ᴍ ᴇ ⋆ˊˎ- Thank you for finding this book and for reading my fiction. And this fiction can only be read by readers aged 18+ and please read the rules first before entering into a wet imagination.