Park Jongseong || Om J(g)ay 3

425 19 0
                                    

Happy Reading!
────⋆⋅☆⋅⋆──

Lima hari telah berlalu sejak konfrontasi dengan Mawar, dan ketegangan di antara mereka masih tersisa. Jay merasa frustrasi, terjebak dalam suasana kecanggungan dan penghindaran. Ia membutuhkan pelepasan, sebuah cara untuk melepaskan diri dari tekanan yang menumpuk di dalam dirinya.

Biasanya, Jay menghampiri pacarnya, Sion, untuk bisa melepas oenat dengan bersama cowok manis itu, tapi saat ini dia sedang tidak bisa dihubungi karena sedanf berpartisipasi dalam kegiatan makrab dengan teman-teman kampusnya. Lokasi makrabnya terkenal dengan sinyal yang buruk, sehingga tidak memungkinkan bagi Jay untuk menghubunginya.

Ditinggal sendirian, Jay mencari hiburan dengan cara yang lebih sederhana. Dia menyelinap ke kamar tidurnya, pintu menutup di belakangnya dengan pelan. Pencahayaan kamarnya remang-remang, membuat suasana kamarnya membuat Jay terlihat lebih nyaman dan relax.

Jay menanggalkan pakaiannya, gerakannya cepat dan sedikit terburu-buru. Memamerkan lekuk tubuhnya yang sempurna dengan dada yang kencang dan perut six-pack yang terukir sempurna, hasil workout di gym. Ketika dia berhasil menurunkan celana boxernya, penisnya yang besar itu mencuat keluar dan berdiri mengeras dengan gagah, membuat urat-urat yang menonjol yang mengalirkan darah ke penisnya terlihat jelas.

Dia duduk di atas ranjang king size, matanya tertuju pada layar TV saat dia mulai mengelus penisnya. Gerakannya pada awalnya pelan saat ia menyetel video porno BL lalu makin lama, gerakan tangannya makin mengerat genggamannya dan gerakannya cepat, tangannya bergerak seirama dengan erangan yang keluar dari TV.

Layar menunjukkan dua orang pria yang terjalin dalam pelukan penuh gairah, tubuh mereka bergerak dengan sinkron. Mata Jay menatap penuh nafsu pada adegan itu, nafasnya semakin berat saat dia menjadi lebih terangsang.

"Oh, fuck..." Jay mengerang, suaranya rendah dan serak. "Bangsat enak banget..."

Suara erangan pria itu di TV semakin menambah suasana intim bagi Jay yang menyenangi dirinya sendiri, Tangan Jay bergerak lebih cepat, tubuhnya menegang saat dia mendekati klimaks.

"Ahh Sion....lubangmu enak banget."

Mata Jay terpejam, kepalanya terlempar ke belakang dalam jeritan frustasi yang sunyi saat ia terus mengocok penisnya sendiri dengan intensitas yang hiruk pikuk. Otot-otot di lehernya menegang, jakunnya bergoyang-goyang naik turun saat dia menelan dengan keras. Bibirnya terbuka, dan serangkaian umpatan dan sumpah serapah tumpah keluar, nama Sion terucap dari tenggorokannya seperti sebuah pengakuan.

"Ahh Sion..bajingan..." geram Jay, suaranya rendah dan kasar.

Kakinya bergerak dengan gelisah, bed cover melilit pergelangan kakinya saat ia mengepalkan genggamannya dengan putus asa. Cengkeraman tangannya pada penisnya semakin mengencang, jari-jarinya menancap jauh ke dalam kulitnya saat ia membayangkan saat ia akhirnya akan mengklaim tubuh Sion yang menggoda.

Untuk sesaat, Jay melupakan Mawar, melupakan stres dan ketegangan yang menumpuk di dalam dirinya. Yang terpenting adalah sensasi yang terbangun di dalam dirinya, pelepasan yang berada dalam genggaman. Matanya terpejam, kepalanya terlempar ke belakang, dan mulutnya terbuka dalam erangan kenikmatan.

Dan akhirnya, Jay mengerang keras saat mencapai klimaks, orgasmenya membuat tubuhnya menggigil saat sperma hangatnya menyembur di atas perutnya. Sensasinya sangat intens, luar biasa, dan untuk sesaat, Jay lupa akan hal lainnya.

Ruangan itu seakan memudar, hanya menyisakan suara nafasnya yang terengah-engah dan detak jantungnya yang berdetak cepat. Ketegangan di tubuhnya mulai mereda, otot-otot di leher dan bahunya mengendur saat orgasme menyapu dirinya.

Untuk sesaat, Jay terbaring di sana, matanya masih terpejam, tubuhnya masih bergetar karena gempa susulan klimaksnya. Dan kemudian, perlahan-lahan, dia membuka matanya, ekspresi kepuasan dan kelegaan menyebar di wajahnya.

Namun ekspresi itu hanyalah sekejap, berganti dengan rasa terkejut saat pintu kamarnya terbuka, sepertinya Jay tadi lupa untuk mengunci pintu. Dengan sekejap Jay menutupi tubuh bagian bawahnya dengan bed cover. Lalu muncul lah Mawar, sang keponakan itu memasuki kamarnya sambil tersenyum, membuat Jay kini sangat malu dan ingin bersembunyi.

"Mawar? Ng-ngapain kamu kesini?"

Tanya Jay dengan suara yang ketakutan bercampur malu dan Mawar yang saat ini hanya mengenakan jubah mandi dengan handuk yang melilit di kepalanya terkekeh. Dengan enteng ia mendekati om nya itu dan duduk di tepi ranjang. Matanya menatap sebentar pada layar TV itu sebelum menatap Jay. Didalam hatinya, Mawar mengumpat terkagum saat melihat tubuh atas Jay terpahat dengan sempurna meskipun ia sudah pernah melihat Jay shirtless beberapa kali, membuat dirinya merasakan suatu gejolak yang dimana tangan Mawar sangat gatal untuk menyentuhnya.

"Tadi aku rencananya mau ke dapur dan denger om desah keras. Jadinya aku nguping deh." Ucap Mawar tanpa merasa bersalah. Jay terkekeh meskipun ia masih malu lalu menjewer kuping Mawar sebentar.

"Kok kamu nakal gini sih."

Mawar menepis tangan Jay dan cemberut sambil mengelus kupingnya. "Ish....sakit!!"

Jay hanya tertawa sebelum matanya menatap tubuh Mawar yang mengenakan jubah mandi. Ia sampai mencium bau wangi sabun dari Mawar.

"Kamu habis mandi kah? Malam-malam gini?"

Mawar mengangguk sebagai respon dari pertanyaan Jay. Ia tersenyum jenaka. "Iya, habis onani juga, kayak om."

Perkataan Mawar yang frontal itu berhasil bikin Jay kaget bukan main. Ia menatap Mawar dengan tatapan tak percaya. Apalagi melihat ekspresi Mawar yang seolah-olah tak ada beban untuk berkata hal yang tabu itu ditambah ia sangat percaya diri, membuat Jay yakin bahwa Mawar saat ini sedang tak berbohong.

"Tapi jangan bilang mama papa ya, om."

Jay hanya mengangguk, tak tahu harus merespon apa lagi. Mereka berdua pun terdiam sebentar, sempat tenggelam sebelum akhirnya Mawar membuka suara.

"Om....sering sex sama cowok cantik itu?"

Mawar bertanya dengan Jay yang memposisikan dirinya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Iya. Abisnya, kamu tau sendiri om cuma turn on sama cowok, gak bisa sama cewek."

Jawaban. dari Jay dengan suara santai membuat alis Mawar terangkat.

"Oh ya? Masa sih om gak turn on sama cewek? Emangnya om udah pernah lihat minimal video cewek onani gitu?"

"Udah pernah, cuma om gak ngaceng. Om udah pernah nonton cewek onani beberapa kali dan tetep sama aja."

Mawar terdiam untuk memproses memahami jawaban Jay.

"Tapi lihat cewek naked secara langsung, udah pernah?"

Pertanyaan Mawar membuat Jay sempat terdiam sebelum ia menggelengkan kepala dengan pelan, tanda bahwa ia belum pernah lihat karena tidak kepikiran dengan itu. Yang Jay pikirkan bahwa Jay paham dirinya hanya bisa terangsang oleh pria manis seperti Sion dan memenuhi hasrat seksual Jay dengannya saja, tanpa mencari tahu lebih dalam lagi apa yang membuat Jay tidak bisa jatuh cinta, bahkan tidak bisa terangsang oleh wanita manapun.

Mawar pun terdiam memikir sebelum akhirnya ia menjentikkan jarinya, membuat Jay yang sempat melamun sedikit tersentak dan menatap Mawar dengan kebingungan. Mawar tersenyum jenaka, seperti ia mendapatkan sebuah ide lalu menatap Jay.

"Om mau gak lihat cewek naked langsung buat nguji apa om bisa turn on atau enggak?"

Pertanyaan Mawar membuat Jay sangat terkejut. "Jangan bilang kalo kamu mau naked di depan om."

Mawar pun tertawa mendengar perkataan Jay yang sedikit kesal itu dengan ide Mawar yang sebenarnya udah terbaca jelas oleh Jay.

"Aku aja mau bilang itu, om."

      » [next part] «
0:00 ─〇───── 0:00
     ⇄   ◃◃   ⅠⅠ   ▹▹   ↻

WET IMAGINATION || ENHYPEN HYUNG LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang