Park Jongseong || Om J(g)ay 4

505 16 0
                                    

Happy reading!
────⋆⋅☆⋅⋆──


Hari demi hari telah berlalu dan perkataan sang keponakan membuat terus terngiang-ngiang di pikiran Jay. Meskipun Mawar sudah mengonfirmasi bahwa perkataannya itu hanya bercanda, namun berhasil membuat Jay deg-degan dan merinding.

Menatap kumpulan-kumpulan foto Mawar saat masih bayi di album yang Jay pangku, bibir Jay mengukir senyuman tipis, melihat dan merasakan bagaimana Mawar tumbuh dengan sangat baik. Jay masih ingat betapa hecticnya dulu sang kakak alias mamanya Mawar mengurus bocah kecil itu pada saat Jay masih SD kelas 6. Hingga sekarang, Mawar tumbuh menjadi seorang wanita cantik dengan baik.

Saat menutup album itu, Jay mengusap-usap wajahnya dan terdiam termenung. Dirinya masih mengenakan kemeja putih dan celana kain hitam. Dirinya belum sempat ganti pakaian dan membersihkan diri setelah pulang kerja di jam 1 dini hari akibat lembur. Dan akhirnya setelah mengumpulkan niathya, Jay beranjak dari sofa ruang tamu setelah meletakkan album foto di bawah meja.

Jay melangkah dengan santai untuk menuju lantai dua dan melewati lorong rumah yang sepi. Namun, sebelum Jay meraih pintu kamarnya sendiri, samar-samar Jay mendengar suara lirihan yang membuat kening Jay berkerut dan sedikit ketakutan.

Tidak mungkin itu suara hantu, pikir Jay. Namun, saat ia menajamkan pendengarannya, terdengar seperti suara desahan seorang wanita yang membuat Jay semakin bingung. Asumsi bahwa tidak ada orang tua Mawar yang berada di rumah ini karena sedang pergi ke luar kota, kemungkinan suara itu berasal dari kamar Mawar. Sehingga Jay mencoba berjalan menuju kamar keponakannya itu.

Sampailah di depan pintu, barulah suara desahan seorang wanita terdengar jelas, berasal dari dalam kamar Mawar. Jay semakin dibuat merinding, bukan karena takut, namun karena alunan erangan itu yang terdengar indah di telinga Jay. Saat menempelkan telinganya di pintu, Jay paham bahwa suara erangan itu tidak seperti suara yang keluar dari benda elektronik, melainkan suara yang secara langsung keluar dari bibir seseorang.

Apakah itu suara erangan Mawar?

Jay pun bertanya-tanya didalam pikirannya. Untuk memastikannya, Jay menekan gagang pintu itu dengan pelan yang tidak menimbulkan suara. Setelah pintu itu terbuka, Jay mulai melakukan aksinya untuk mengintip.

Dan, asumsi Jay benar, bahwa pemilik suara erangan yang indah itu milik Mawar, keponakannya sendiri. Bola mata Jay melebar dan pupilnya membesar, seketika aliran darahnya berdesir cepat seiring jantungnya berpacu sangat cepat. Jay menelan ludahnya dengan kasar, membuat adam apple nya bergerak saat Jay melihat sesuatu yang tak diduga.

Melihat bagaimana Mawar dalam keadaan telanjang dan menutup matanya dengan penutup mata sedang masturbasi. Kakinya terangkat dan tangan kanannya bekerja untik menggerakkan dildo keluar masuk ke vaginanya dan tangan kirinya meremas payudara yang terbilang besar.

"Eunghh om Jay~"

Jay semakin tambah terkejut saat bibir cantik itu meloloskan erangan menyebut namanya, membuat Jay menjadi tegang. Ia tidak menyangka bahwa ia melihat wanita telanjang secara langsung untuk pertama kalinya. Jay menjadi bingung dengan dirinya sendiri, meskipun Jay sering bertemu banyak wanita cantik diluar sana yang lebih cantik dan sering memakai pakaian terbuka untuk menggoda Jay, ia tidak terangsang dengan itu. Namun, saat melihat keponakannya sendiri, Jay menjadi merasakan sesuatu yang asing baginya. Suatu perasaan yang Jay tidak bisa jelaskan.

Jay terdiam terpaku menatap Mawar yang masih fokus menyenangi dirinya sendiri tanpa tahu bahwa Jay berdiri di kusen pintu kamarnya, berkecamuk dengan pikirannya apakah ia memilih untuk pergi atau justru...bergabung dengan Mawar?

Seperti itu adalah sebuah undangan yang menggiurkan dan membuat Jay tersihir, kaki jenjangnya memilih untuk mendekati Mawar setelah ia menutup pintu kamar di belakangnya tanpa suara. Dalam diam, Jay berdiri di dekat ranjang yang dimana Mawar berbaring di sana. Dengan lembut tangan Jay menggantikan posisi tangan Mawar untuk menggerakkan dildo itu keluar masuk pada intinya

Mawar seketika tersentak kaget dan beringsut mundur. Ia terburu-buru menyingkirkan penutup mata. Ketika dia membuka matanya, tatapannya terkunci pada mata Jay, dan ekspresinya sangat gugup.

"Om Jay!" serunya, suaranya nyaris tak terdengar seperti bisikan. "Om kenapa ara disini?"

Jay merasakan pipinya memerah saat dia membeku, tangannya masih memegang dildo. Dia tidak tahu harus berkata apa, tidak tahu bagaimana menjelaskan tindakannya.

Mata Mawar menyipit, wajahnya pucat. "Om udah ada disini sejak kapan?"

Jay menelan ludah, berusaha menemukan suaranya. "Baru saja masuk ta-tadi......," katanya terbata-bata. "Om gak maksud ganggu kamu....cuma tadi om denger kamu desah, desah nama om malahan."

Suara Jay jadi melembut dan tersenyum tipis sambil mengelus kepala Mawar. Ia duduk di sampingnya lalu meletakkan mainan sex itu ke nakas.

"Aku....aku minta maaf banget, om," ucapnya dengan canggung, wajahnya memerah. "Aku gak bermaksud kayak gitu... Aku cuma..."

Jay mengangkat dagu Mawar, sehingga kepalanya menghadap ke arahnya. "Gapapa, Mawar. Om...cuma kaget aja kamu desahin nama om kayak gitu."

Kemudian Jay beralih menangkup wajah pucat Mawar akibat tertangkap basah dan jempolnya mengusap lembut pipinya. "Om gak bakal marah kok kamu ngelakuin kayak gini. Kamu udah dewasa dan pasti ada kebutuhan yang kamu bisa penuhi."

Tanpa peringatan, wajah Jay mendekat ke wajah Mawar, matanya menatap dalam ke wajah Mawar. Nafas Mawar tercekat di tenggorokannya saat merasakan kedekatan yang tiba-tiba, jantungnya berdegup kencang. Sebelum ia sempat memproses apa yang sedang terjadi, bibir Jay menyapu bibirnya, lembut namun tegas. Tekanan lembut itu membuat Mawar menggigil, dan mata Mawar membelalak kaget.

"Om Jay?" bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

Tapi Jay tidak merespon. Ia malah memperdalam ciuman itu, bibirnya bergerak perlahan dan dengan sengaja menempel di bibir Mawar. Keterkejutan awal Mawar berganti dengan sensasi berdebar-debar di dadanya, dan ia merasa dirinya melebur dalam ciuman itu. Kelopak matanya terkulai, dan ia memejamkan mata, mengeluarkan desahan pelan.

Saat dia rileks ke dalam pelukan, bibir Mawar mulai bergerak bersamaan dengan bibir Jay, tekanan dan pelepasan lembut mereka mengirimkan percikan-percikan kenikmatan ke seluruh tubuhnya. Dunia di sekitar mereka melebur, menyisakan hanya mereka berdua, tenggelam dalam momen yang manis dan lembut.

"Mmm..." Mawar bergumam, suaranya teredam di bibir Jay.

Tanggapan Jay adalah mengencangkan pelukannya, lengannya melingkari pinggang Mawar sambil menariknya mendekat. Ciuman itu semakin dalam, bibir mereka bergerak selaras, hubungan di antara mereka berderak seperti aliran listrik.

Setelah mereka berdua kehabisan udara, mereka menarik diri dan terengah-engah. Jay menempelkan keningnya ke kening Mawar sambil menatap mata cantiknya dengan dalam dan bergairah, seolah-olah Jay mulai terangsang.

"Om udah ngaceng ini..mau gak bantuin om rasain gimana ngewe sama cewek?"

Mawar terkejut lalu ia tertawa kecil sambil mengelus rahangnya. "Mau banget."

» [next part] «
0:00 ─〇───── 0:00
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻

WET IMAGINATION || ENHYPEN HYUNG LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang