2 Minggu setelah kejadian dimana Michaela bertemu dengan Argitara, Ariella jatuh sakit. Penyakit leukimia mielositik akut yang sudah diidap oleh Ariella selama 3 tahun ini, kambuh.
Leukemia mielositik akut sangat rentan mengidap pada orang dewasa hingga lanjut usia.
Michaela benar-benar khawatir dengan keadaan neneknya, ia mengurus semua administrasi rumah sakit, sekaligus mengurus neneknya yang hanya bisa terbaring lemah diatas hospital bed.
Neneknya tidak rutin untuk kemoterapi, sehingga. Kemungkinan untuk bisa sembuhnya hanya beberapa persen saja, dokter sudah memberitahu Michaela jika sekiranya Ariella tidak bisa disembuhkan, Michaela harus siap untuk kehilangan dunianya.
Michaela bingung harus menghubungi ayahnya bagaimana. Karena, dirinya pun tidak memiliki nomor telepon Argitara, ataupun keluarga yang lain, sekiranya bisa untuk dihubungi.
Ariella hanya tinggal berdua saja bersama dengan Michaela, terkadang. Shani datang untuk menjenguk Michaela. Shani, ia sudah dikabari oleh Michaela bahwa neneknya jatuh sakit dan sekarang sedang dirawat dirumah sakit. Tetapi, Shani tidak bisa menjenguknya sekarang juga, sebab. Saat Michaela memberikan kabar buruk itu, Shani sedang ada pekerjaan kantor diluar negeri.
" Tuhan. Jika memang engkau akan mengambil Oma dariku, aku ikhlas, Tuhan... Aku tidak ingin melihat Oma berjuang sakit-sakitan untuk sembuh dari penyakitnya. Tolong temukan jalan terbaiknya, Tuhan, aku mohon..."
Michaela menadahkan tangannya, meminta pertolongan. Saat ini, ia hanya bisa berdoa dan berdoa untuk kebaikan neneknya. Jika memang Ariella masih bisa terselamatkan dari penyakitnya yang sedang menyerangnya saat ini, Michaela bersyukur. Namun, apabila Ariella sudah waktunya untuk kembali kedekapan-Nya. Michaela ikhlas.
Melihat tubuh Ariella yang harus dipasang banyak alat-alat rumah sakit, Michaela tak tega. Jika boleh, ia yang menggantikan posisi Ariella.
Lebih baik Michaela yang pergi meninggalkan dunia, daripada Oma. Papah tidak membutuhkan Michaela, tetapi. Papah membutuhkan Oma.
-
Butiran air mata itu turun mengalir membasahi pipi Michaela, air mata itu turun deras seperti derasnya air terjun.
Rasanya, baru beberapa jam lalu Michaela berdoa meminta jalan terbaik untuk neneknya kepada Tuhan. Sekarang, doa itu sudah dijawab oleh-Nya.
Michaela dititah dokter untuk ikut keruangan dokter. Michaela menurut, dan. Dokter berucap kalimat yang mampu membuat hidup Michaela hancur, sehancur-hancur nya.
" Sebelumnya. Maaf, dek, saya beserta dokter dan perawat-perawat yang lain sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan penyakit nenekmu. Namun, Tuhan lebih menyayangi beliau, Tuhan sudah memanggil beliau. Ibu Ariella dinyatakan telah tiada pada hari Jumat, pukul 16.25 WIB. Tolong sampaikan berita buruk ini kepada keluarga yang lain, ya? Segera sediakan tempat peristirahatan terakhirnya. "
Tangis Michaela pecah, ia tidak bisa menjawab sepatah katapun ucapan dokter. Ia mengangguk lesu dan segera beranjak dari ruangan tersebut, lalu. Menelepon Shani dan memberitahu tentang kabar meninggalnya Ariella.
Setelah itu, ia meminta Shani untuk mencari nomor telepon Argitara. Argitara berhak tahu tentang kabar ini, walau bagaimanapun, Argitara tetap anak Ariella.
Tak membutuhkan waktu yang begitu lama, Shani sudah memberi pesan yang berisi nomor Argitara.
Dengan cepat, Michaela menelepon nomor tersebut. Hanya beberapa detik saja, telepon itu sudah diangkat oleh Argitara.
" Hallo. Ada apa, dengan siapa ya? "
" Hallo, Pah. Aku Michaela, aku hanya ingin menyampaikan kabar buruk, Oma. Oma telah tiada, tolong segera kerumah sakit sini. Aku akan memberikan lokasinya. "
Telepon itu dimatikan sepihak, Michaela segera sharelock lokasinya saat ini. Ia masih harus mengurus administrasi Ariella disini, walau handphone-nya sudah bergetar hebat karena puluhan telepon dan pesan yang terkirim kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Michaela.
Short StoryMichaela Azzara. U. si gadis periang yang menyimpan banyak luka didalamnya. Based on a true story.