6

444 68 1
                                    

Sepertinya dia memang cocok disandingkan dengan Palung Mariana.

Lucas menatapku dan segera memergokiku sedang memandangnya. Itu membuat aku dengan bodohnya segera mengalihkan wajahku yang membuat aku malah tampak lebih bodoh lagi. Dia sudah melihat aku melihatnya, jadi buat apa aku menghindar? Ada apa denganku?

Sebelum segalanya menjadi lebih canggung, untungnya Glen sudah datang dengan membawa Sheri bersamanya. Aku segera berdiri meninggalkan tangan Lucas yang sedang ada di kepala. Aku mendekati dokter wanita itu dengan agak terburu-buru, sekedar memastikan kalau apa yang dikatakan Lucas salah besar.

Meski di dalam hati, delapan puluh persen perasaanku sudah menyatakan Lucas tidak salah. Dia tidak mungkin sampai mendatangkan Sheri kalau memang dia mengada-ada.

"Dokter, kau masih mengingatku?"

Sheri menatap sejenak dan mengangguk. "Halo, Nyonya Benton, bukan?"

Aku tersenyum dengan agak masam, tapi tidak mengatakan apa pun. "Ya. Bukankah harusnya tidak ada kesalahan dengan apa yang aku dan suamiku lakukan saat itu? Kau sendiri yang mengatakan kalau segalanya sangat aman terkendali. Tidak mungkin ada sesuatu yang bisa membuat aku berada di tempat tidak nyaman. Seperti saat ini."

Lucas tersenyum miring mendengarnya.

Aku mengabaikannya. "Jadi katakan sekarang, Dokter. Kenapa tuan Sanford bisa mengakui bayi yang sedang aku kandung adalah anaknya?" Aku menyentuh perutku dengan posesif, hanya dia satu-satunya yang aku miliki, tidak akan kubiarkan siapa pun merebutnya dariku.

"Nyonya Benton ...."

"Itu tidak mungkin benar, bukan?"

"Aku minta maaf, Nyonya Benton. Karyawanku sepertinya melakukan kesalahan dengan tidak sengaja membuat barangnya terukar saat dia sedang memindahkannya. Tuan Sanford juga sudah memberikan protes padaku dan kami sudah melihat CCTV bersama. Dan memang tertukar."

Mendengarnya membuat lututku lemas. Aku kehilangan udara dalam paru-paruku rasanya. Jadi maksudnya, aku akan benar-benar terlibat dengan Lucas karena sekarang aku mengandung anaknya? Apakah segalanya hanya mimpi?

Pria yang selama ini hanya kulihat ada di surat kabar dan televisi, akhirnya akan berada dalam kehidupan nyataku. Aku ingin berteriak rasanya.

"Untuk lebih jelasnya, saya membawa rekaman CCTV nya, Nyonya." Sheri menyentuh tasnya, menyatakan di sanalah benda itu berada.

"Tunjukkan padaku."

Sheri sudah meletakkan laptop yang dia keluarkan dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja. Dia kemudian membuka dan menyalakannya. Mencari rekaman CCTV dan aku yang masih berdiri menatap ke layar laptop dengan mulut sibuk mengunyah ibu jariku. Daat kulihat di sana bahwa suster yang melakukan tugasnya entah bagaimana malah jatuh dan menyebabkan barang bawaannya juga berantakan. Dia merapikannya dengan berantakan kemudian. Seolah waktu mengejarnya. Napasku tertarik menatapnya.

Aku menunjuk ke laptop. "Di mana wanita itu? Aku akan menuntutnya."

"Sudah diamankan di kantor polisi. Dia di penjara tiga tahun karena kelalaian," Glen yang menimpali. "Apakah anda masih ingin menambahkan tuntutan? Saya akan membantu anda."

Aku memandang Glen. Menggaruk pelipisku. Tiga tahun cukup lama sebagai hukuman hanya karena kesalahan yang tidak disengaja. Tapi dia melawan Lucas jadi sudah pasti dia mendapatkan balasan yang setimpal. "Tidak perlu," timpalku akhirnya.

Gontai langkahku mencari tempat aku duduk. Kemudian memantapkan diri duduk di sofa tunggal yang cukup jauh dengan tempat Lucas duduk. Aku memandang ke bawah tidak dapat menemukan suaraku lagi. Segalanya tenggelam ke dalam perasaan yang penuh dengan cobaan. Aku sudah merelakan semuanya. Meniatkan pergi ke desa dan hidup bertani di sana. Tapi nampaknya jalan takdir yang dibangunkan untukku belum selesai memberikan siksaannya.

Aku hanya memainkanku jemariku dengan tidak pasti.

Sheri dan yang lainnya jelas menatapku, menunggu apa yang akan kulakukan selanjutnya. Tapi aku sendiri tidak dapat pasti tahu apa yang sebenarnya aku inginkan. Yang pasti hanya satu, aku tidak ingin terlibat dengan Lucas. Tapi ancaman Lucas sangat mempan padaku yang membuat aku tidak berkutik. Dan aku tidak mau kehilangan anakku. Apalagi sampai membuat anakku memiliki orang lain sebagai ibunya. Aku tidak akan pernah bisa tenang dalam hidup ini dan tidak akan ada lagi kebahagiaan.

Satu-satunya alasanku masih bertahan dalam hidup adalah anakku. Jadi bagaimana mungkin kuizinkan mereka mengambilnya dariku?

"Karena segalanya sudah jelas, aku tidak membutuhkanmu lagi di sini, Dokter. Selanjutnya, kami akan menanganinya sendiri. Glen, antar dokter Sheri ke rumahnya." Ada kepuasan dalam suara Lucas yang kudengar. Meski sekarang dia harusnya melihat betapa terpuruknya aku. Tapi dia tidak dapat menahan betapa menyenangkannya dia dalam kemenangannya.

Itu memberikan gebrakan tidak menyenangkan padaku. Kebahagiaannya menjadi sumber kekesalanku. Jadi aku melakukan satu-satunya yang aku pikirkan saat ini. Dan aku mengangkat pandanganku, tersenyum ke arah Lucas dan menghapus kelegaan di wajahnya, digantikan dengan kebingungan.

"Tunggu," ucapku menahan dokter Sheri pergi. Dokter Sheri berhenti, dan Glen pun berbalik menatap dengan penuh tanya. "Aku ingin melakukan tes DNA."

Dokter Sheri terdiam.

Lucas memejamkan mata dengan kesal.

Sementara Glen tampak memberikan kepuasan di wajahnya. Seolah bosnya mendapatkan lawan yang setimpal.

"Bukankah katanya bisa melakukan tes DNA meski sedang mengandung?" aku bertanya, jelas tahu jawabannya. Hanya menikmati saat-saat terfrustasi di wajah Lucas.

Sheri menatap Lucas, mencari jawaban apakah dia harus melakukannya.

"Kau tidak mungkin menolaknya, kan ... Lucas? Bagaimana pun penting benar-benar membuktikan kalau aku mengandung anakmu atau tidak."

Lucas mendesah. "Terserahmmu. Yang terbaik menurutmu saja. Tapi selama itu kau harus tinggal di sisiku menjadi wanitaku. Karena tes DNA membutuhkan waktu untuk hasilnya keluar. Aku tidak mau kau lari dari penjagaanku dan terlibat sesuatu yang buruk dengan orang lain tanpa aku di sisimu. Jadi kau hanya harus terus ada di sisiku sebelum kita benar-benar ada di tahap di mana kau harusnya memang menjadi perempuanku."

"Menjadi perempuanmu?"

"Itulah yang aku inginkan. Aku membutuhkan seseorang untuk melawan ibuku dan mantan tunanganku yang tidak terima aku memutuskan pertunangan dengannya. Jadi sebaiknya lakukan peranmu dengan baik atau tes DNA itu tidak perlu lagi dilakukan." Mata Lucas menajam.

Tampaknya dia sedang tidak berada dalam fase bisa diajak bekerja sama. Jika terus mendorongnya pada paksaan, yang bisa terjadi malah dia berbuat nekat dan aku sendiri yang bisa merugi. Jadi sekarang aku hanya harus bersikap penurut dan membuat dia tahu kalau aku akan mengikutinya.

"Baiklah, seperti yang kau mau saja."

Lucas menggerakkan tangan memberikan perintah. "Tes DNA nya, kapan bisa dilakukan?"

Sheri menatap kami berdua seksama. Dia mengangguk kemudian. "Mungkin minggu depan. Aku akan mempersiapkan segalanya dan saatnya tiba, aku akan memanggil kalian untuk datang ke rumah sakit di mana aku bekerja. Tapi rumah sakitnya ada di pelosok, itu akan membuat sedikit tidak nyaman dengan alat seadanya. Yang aku sendiri tidak dapat memastikan bisa melakukannya dengan benar."

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang