18

297 63 1
                                    

"Seharunya tidak. Saya sudah mencari tahu tapi mereka sama sekali tidak terhubung. Itu yang saya tahu." Glen yang menjawab.

"Lalu, apa yang ...."

"Tentu saja dia sudah tahu soal hubungan kita." Lucas mengatakannya dengan senyuman penuh arti. Dia tampak puas. "Tadinya aku akan coba mencari cara untuk membuat dia tahu. Agar dia menyerang. Tapi salah satu dari wanita itu pasti mengatakan padanya dan dia tidak bisa tinggal diam. Dia harus ikut campur untuk membuat suasana menjadi lebih memanas. Bagus, sangat bagus. Melempar satu batu dan mengenai dua burung. Ini hasil yang begitu sempurna."

Aku hanya menatapnya melihat dia benar-benar puas dengan melihat ibunya ada di sana. Sudah terlalu lama di kecewakan, terlalu lama dimanfaatkan membuat dia tidak memiliki jejak kasih sayang sama sekali. Bahkan menyebutnya ibu saja tidak. Apalagi matanya, itu menunjukkan dingin dan tidak menyenangkan pada wanita itu.

Entah berapa banyak kesalahan yang dilakukan wanita itu sampai Lucas berakhir seperti ini padanya.

Lucas menyadari tatapanku. Dia menatap balas padaku kemudian. "Kenapa? Kau mulai takut padaku?"

Aku menggeleng. Meraih tangannya dan membiarkan tangan itu ada di pipiku. "Aku di sini, Lucas. Kau tidak sendiri lagi. Aku akan selalu di sini untukmu. Aku janji, selama hidupku, aku akan selalu bersamamu. Selama hidupmu kau tidak akan pernah kehilanganku."

Lucas yang mendengarnya tersenyum dengan agak muram. "Aku pikir kau akan sama seperti mereka-mereka yang mengatakan kalau aku durhaka. Mereka tidak tahu apa yang aku lalui sampai bisa ke posisi ini dan apa yang dia perbuat selama ini padaku sampai aku begitu membencinya. Mereka hanya tahu kalau dia seorang ibu, dan ibu tidak akan pernah salah pada anaknya. Bukankah itu sangat memuakkan?"

"Ibu juga manusia. Dia bisa saja salah. Apalagi aku sendiri adalah salah satu orang yang percaya pada kisah masalalumu di mana wanita itu memang tidak akan pernah punya perasaan. Sampai sekarang juga sama. Dia ada di sisimu, jelas karena kau memiliki segala yang dia butuhkan. Jika sampai kau kehilangan segalanya, dia pasti juga akan dengan mudah meninggalkanmu seperti di masalalu. Karena matanya menunjukkan semua itu."

"Terima sudah mengatakannya. Dan terima kasih karena sudah mengerti." Lucas memainkan pipiku dengan ibu jarinya, membuat aku mendorongnya beberapa kali. Tapi dia tetap melakukannya dan sepertinya itu menjadi hobi barunya. Aku tidak mencegahnya lagi.

Mataku sibuk menatap keluar, melihat peti mati Tony yang sudah diangkat dan di bawah ke permukaan tanah. Peti itu dibuka dan dapat kulihat beberapa orang segera muntah-muntah. Aku yang berada di dalam mobil dan berjarak cukup aman saja merasa dingin di tenggorokan dan perutku, apalagi mereka.

Bahkan mantan ibu mertuaku sudah mengeluarkan seluruh isi perutnya sepertinya.

Ibu Lucas masih bertahan berdiri tanpa memperlihatkan perut mual sama sekali. Tapi aku dapat melihat wajah hijaunya menahan aroma memuakkan itu. Aku hanya dapat meringis melihat mereka semua.

Setelah dokter selesai memasukkannya ke kantong mayat dengan agak kewalahan karena tubuh itu memang hanya menyisakan sedikit daging saja. Mereka kemudian membawnaya pergi, menyisakan mantan ibu mertuaku yang sudah menangis dengan deras dan ibu dari Lucas yang sibuk menepuk-nepuk punggung wanita itu.

Lucas membuka sabuk pengamannya.

"Kau akan pergi?"

"Tentu saja. Aku perlu menyapa ibuku, bukan?"

Aku juga membuka sabuk pengaman. "Aku juga akan ikut turun denganmu."

"Kau yakin?"

"Aku tidak mau kau melawan mereka sendirian."

Lucas hanya tersenyum dengan gelengan. Tapi dia tidak mencegahku. Lucas hanya keluar lebih dulu dan segera menghampiri wanita itu dan ibunya. Mereka tampak terkejut menemukan Lucas ada di sana.

Senyuman ibunya segera terkembang, meninggalkan Leola dan segera menghampiri putrnya. "Lucas, kau di sini, Nak."

"Aku tidak tahu kau sekarang memiliki hobi yang sedikit aneh, Vicky." Lucas memang tidak pernah memangil ibunya dengan ibu. Dia menyebut nama dan itu jelas bukan jenis panggilan agar mereka lebih dekat. Melainkan sejenis panggilan yang memberitahukan betapa besar jarak di antara mereka.

Senyuman Vicky tampak sedikit aneh, tapi senyuman itu tidak memudar. "Apa yang kau katakan, Lucas?"

"Melihat orang menggali mayat. Bagus, itu cocok denganmu. Jika kau mau, aku bisa membangunkan makam untuk kau jaga dan menjaga keluarga mereka yang sudah mati juga. Ada beberapa tanah kosong yang bisa dijadikan bisnis makam. Tertarik?"

"Jangan bercanda, Lucas. Kau membuat ibumu ini sedikit malu. Meski kau menyayangiku, mana mungkin kau dengan tega membuat aku harus mengurus mayat. Itu mengerikan. Aku melakukan ini juga demi nama baikmu sendiri. Orang lain salah paham padamu, aku coba membuat mereka mengenalmu lebih baik. Karena kau jelas bukan orang yang seperti itu."

"Oh, ya?"

Leola maju bersama putrinya. Tadinya mereka hanya berdiri diam mengamati. Tapi tahu saat ini tepat untuk bicara, mereka tidak menyiakan. Leola yang segera mengambil peranan suara terbesar. Dia menatap padaku yang baru mereka sadari juga ada di sana. Sakit hatinya dalam menatapku tidak pernah berubah. Apalagi sekarang setelah melihat mayat putranya. Seolah akulah yang menyuruh cacing-cacing itu memakan habis tubuhnya.

"Ibumu sudah menjelaskan pada kami semua, kalau kau sama sekali tidak terlibat dengan apa yang terjadi pada Tony. Hanya perempuan itu pelakunya. Jadi kami hanya akan menuntutnya dan membuat dia membayar atas perbuatannya di penjara. Soal anakmu, kau tetap bisa mendapatkan hak asuhnya setelah dia lahir nanti. Jadi jangan melindunginya, lalu kami janji tidak akan menyentuhmu."

Lucas tertawa mendengarnya. Saking lucunya dia dengar, sampai aku bisa melihat airmata pria itu jatuh. Dia mengusapnya dengan geli. Kemudian dia meraih tubuhku dan membawaku dalam dekapannya. "Kau tidak tahu, kami satu paket."

Vicky mengepalkan tangannya dengan marah. Dia menatap padaku dan membenciku. "Apa yang sudah kau perbuat pada anakku sampai dia seperti ini? Dia bukan orang yang akan melakukan hal semacam itu. Kau harus melepaskannya dan mempertanggung jawabkan perbuatanmu sendiri. Jika kau memang menyayangi anak dalam kandunganmu, jika memang Lucas ayahnya. Bukankah harusnya kau tidak membuat dia berada di penjara? Kau bisa masuk sendiri dan aku janji akan merawat anakmu dengan baik. Meski dia tidak akan pernah menjadi bagian dari keluarga, tapi dia akan menjadi anak di belakang punggung keluarga kami. Hanya sejauh itu yang dapat kulakukan untukmu dan anakmu."

"Maksudmu, kau mau membuat anakku menjadi anak haram yang bahkan nama ayahnya tidak dapat diberikan?" kutanya dia dengan penuh kemarahan.

"Apa yang kau inginkan? Kau hanya anak yatim piatu dengan latar belakang yang sangat buruk. Aku sudah mendengar soal ayah dan ibumu. Kau harusnya tidak lupa dari mana kau berasal. Membuatku merawat anakmu saja sudah sangat menguntungkanmu."

Aku menekan kepalaku mendengarnya. "Dia memang iblis, Lucas. Bukan seorang ibu sama sekali."

Lucas menatapku dengan seringaian.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang