4

482 71 6
                                    

Mobil masuk ke area parkir yang memiliki atap. Aku keluar dari mobil sebelum Glen berlebihan dengan membukakan aku pintu. Menatap ke rumah pribadi Lucas. Kurasakan rumah itu begitu menenangkan. Hidup di sini sepertinya akan cukup baik. Karena tenang dan jauh dari tetangga. Rumah ini sangat besar dengan halaman yang juga luas. Di perjalanan ke sini, aku hanya menemukan pohon pinus tanpa ada rumah lain. Itu mungkin makanya disebut rumah pribadi. Karena kau satu-satunya yang tinggal di sini.

Lucas sendiri sudah turun dan mendekatiku. Dia berdiri di sisiku dengan desahan lega. "Suka rumahnya?"

"Biasa saja," jawabku ketus. "Di mana dokter Sheri?"

"Kau sangat perhatian, Dea. Kau bahkan masih ingat nama dokternya?"

"Dia baik dan perhatian. Tentu aku mengingatnya."

"Benarkah?"

"Katakan, di mana dia?"

"Tidak sabaran. Kau tahu, sifat tidak sabaran tidak pernah baik bagi hidup."

Aku memandangnya penuh peringatan.

"Baik, baik." Lucas menatap jam tangannya. "Dia harusnya masih dijalan sekarang."

"Bukankah rumah sakitnya harusnya dekat? Kita bahkan sudah sampai, bagaimana dia bisa ...."

"Oh, kau belum mendengarnya."

"Mendengar apa?" perasaanku buruk mendengarnya.

"Dia melakukan kesalahan dengan mengganti sperma jadi dia mendapatkan hukuman. Dia berada di pelosok sekarang dan untuk sampai ke sini membutuhkan waktu empat jam. Jadilah dia harusnya berada di jalan sekarang."

Aku dibuat melongo. Empat jam? Dan dia tidak mengatakan apa pun sebelumnya. Tapi sebelum aku bisa mengatakan protesku, dia sudah melangkah masuk dan menyuruhku mengikutinya yang membuat aku kesal.

Memandang ke belakang, Glen sudah menunggu di sana dan mempersilahkan. Seolah aku akan melarikan diri.

Dengan langkah setengah kesal, aku masuk ke dalam rumah. Menatap seluruh tempat itu yang sama sekali tidak bisa disebut biasa. Dengan banyak prabotan mahal dan barang-barang yang begitu lengkap. Saat mendongak, aku akan menemukan balkon lantai dua. Kemudian dengan tangga yang terbuat dari kaca, juga jendela-jendelanya yang juga terbuat dari kaca. Tempat ini cukup terbuka, tapi di kiri dan kanannya hanya ada pepohonan.

Melangkah lagi, aku menemukan ruang tengahnya yang memiliki televisi besar. Dengan sofa berwarna putih pucat. Aku mengamati rumah itu dengan seksama. Area dapur yang terhubung dan beberapa pintu yang sepertinya juga akan membawa aku keluar.

Lucas sendiri segera duduk di sofa dengan tenang, aku menatapnya, memperhatikannya.

"Kau harus mandi, kau akan sakit kalau terus seperti itu?"

"Aku akan menunggu dokter Sheri terlebih dahulu."

"Dia tidak akan melarikan diri."

"Aku takut kau mengatakan sesuatu padanya, aku harus di sini sampai dia datang dan tidak lengah." Aku berkeliling dengan tangan bersedekap dingin, mengabaikan kebutuhanku pada air hangat dan juga pakaian kering.

Lucas berdecak. "Kau sungguh berlebihan." Dia berdiri dan bergerak ke arahku yang segera mengambil posisi terjauh darinya. "Aku akan memasang perekam video dan suara di sini selagi kau tidak ada. Bagaimana? Kau tidak kasihan pada tubuhmu sendiri yang tampak seperti ... kucing tercebur."

"Kau—"

Dia mengangkat kedua tangan. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kau sungguh buruk."

Dengan perkataannya yang begitu kentara akan ketidaknyamanan, aku akhirnya menatap diri sendiri dan menemukan tubuhku meman benar-benar buruk. Dingin juga membuat aku bisa-bisa mati beku. Aku memegang perutku, merasakan keinginan besar untuk melindungi calon bayi yang ada di dalam sana. Aku tidak boleh egois. "Di mana kamar mandinya?"

Lucas memberikan senyuman semanis beludru. "Di lantai atas. Aku akan mengantarmu."

"Bukankah harusnya ada kamar mandi pelayan? Biar aku mandi di sana saja."

"Tidak ada."

"Kau tidak memiliki pelayan?"

Lucas memikirkannya. Mengetuk dagunya seolah dia harus berpikir keras pada pertanyaan sederhana seperti itu. "Apa aku harus memilikinya?"

Mengepalkan tangan, aku berusaha mengatakan pada diri sendiri kalau berhadapan dengan Lucas, anggap saja berhadapan dengan anjing bodoh. Tidak ada keuntungan membuat masalah dengannya apalagi sampai mengomentari segala bentuk hidupnya yang jauh berbeda denganku. Karena dia memang dari dunia yang berbeda. Dia dan aku tidak akan pernah sama. Itu makanya tidak perlu masuk terlalu dalam untuk membuat diri sendiri sakit hati. "Karena tidak ada perempuan di sini, aku asumsikan kau juga tidak punya pakaian perempuan. Jadi bagaimana aku akan mengganti pakaian basah ini?"

"Kau bisa memakai punyaku. Atau kau bisa memakai handuk saja. Senyamanmu."

Rasanya aku begitu gatal ingin menyemprot ke arahnya. Apalagi dengan wajah tanpa dosa yang dia tunjukkan. Pria ini sungguh mengikis seluruh batas kesabaranku yang selama ini sudah aku bangun dengan begitu tingginya. Hanya dalam semalam sikap sebagai wanita baik-baik yang memiliki sopan santu hancur hanya dalam waktu beberapa jam saja. Pria ini sepertinya memang pandai menghancurkan reputasi orang lain.

"Ayo, ikut denganku." Lucas berdiri dan sudah melangkah ke arah anak tangga kaca itu. Dia melangkah dengan bibir bersiul seolah dia menjadi manusia paling bahagia hari ini.

Ya, dia bahagia. Akulah yang berduka.

Entah apa yang dia inginkan padaku, yang membuat dia sampai harus membawaku ke sini. Aku bisa asumsikan bukan sesuatu yang baik. Karena sepertinya dalam setiap langkah Lucas, tidak ada kebaikan di dalamnya. Seolah langkahku mengarah ke ranjau berbahaya yang bisa meledak kapan saja.

Aku mengikutinya dengan langkah gontai. Berjalan di belakangnya dan memperhatikan dari belakang. Dia hanya mengenakan celana panjang kain dan juga kemeja hitam yang membuat dia tampak begitu mempesona dalam kesederhanaan. Beberapa kali aku mendengar berita tentang Lucas yang lewat di ponsel atau televisi yang ditonton mertuaku. Dan kutemukan banyak skandal pada kehidupannya.

Beberapa tentang wanita, dan beberapa tentang perusahaan-perusahaan yang sudah dia hancurkan. Lucas sepertinya suka bermain dengan banyak wanita. Dia memainkan hampir semua wanita yang dianggapnya menarik. Meniduri mereka kemudian membuangnya dengan sembarangan.

Tony juga pernah mengatakan padaku soal satu ruangan dengan Lucas, di mana jika kau berada di acara yang sama dengannya, itu menjadi kebahagiaan tersendiri yang tidak dapat digantikan dengan apa pun. Pengaruh Lucas pada kota ini cukup besar. Apalagi dia membangun kerajaan bisnisnya sejak masih muda. Ayahnya memfasilitasi sedikit dan kemudian dia dapat mengubah semua itu menjadi uang yang luar biasa banyaknya.

Ayahnya bangga padanya, tapi sayang, pria itu sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dalam penyakit mematikan yang membuat Lucas sepertinya kehilangan arah hidupnya. Ayahnya adalah sandaran hidupnya, satu-satunya cocok yang berarti baginya. Karena hanya ayahnya yang selalu ada di sisinya selama ini. Mereka seperti dua pria yang melawan dunia.

Beberapa media mengatakan, mulai dari kematian ayahnya, Lucas mengubah hidupnya menjadi mengerikan.

***

Tungguin e-booknya yaaa
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku : 35k

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang