9

288 54 1
                                    

Sejak malam itu, aku dan Lucas tidak membahasnya lagi. Lebih karena aku tidak mau mendengar kelanjutannya. Soal perselingkuhan aku selalu sensitif. Aku membenci fakta itu dan benci pada pelakunya. Jadi aku juga ikut benci pada wanita yang melahirkan Lucas. Wanita yang merasa bisa menguasai seluruh harta anaknya dan melarikan diri kembali dengan selingkuhannya.

Kenapa aku mengatakan demikian? Karena aku sendiri pernah melihat wanita yang adalah ibu Lucas sedang bermesraan dengan pria yang tampaknya lebih muda darinya. Aku dan Tony yang melihatnya. Saat aku membahasnya dengan Tony, dia mengatakan lebih baik kami tidak ikut campur ke masalah orang yang lebih berkuasa. Karena itu hanya akan menyakiti diri sendiri.

Apalagi kami tidak terlalu mengenal Lucas selain fakta pria itu berkelakuan buruk. Siapa tahu meski di luar dia membenci ibunya, tapi di dalam dia haus akan kasih sayang pada wanita yang melahirkannya. Jadi Tony meminta jalan aman.

Tapi aku sendiri tahu kalau Tony memeras wanita itu. Membuatnya mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi menutup mulut pada apa yang dia lihat. Aku terlambat tahu, saat aku tahu dan mengatakannya pada Tony, dia meneriakiku dan mengatakan agar aku tidak ikut campur.

Jadilah aku melupakannya. Sampai aku bertemu dengan Lucas dan melihat sendiri dengan jelas kalau dia sama sekali tidak haus kasih sayang ibunya. Dia malah terlihat sangat muak dengan wanita itu. Seolah jika dia bisa mengganti darahnya, dia akan melakukannya.

Melihat ketidaksenangannya itu, aku memutuskan tidak membahasnya lagi dan hanya memakan makanan yang dia buatkan untukku. Yang membuat aku begitu puas karena memang rasanya enak sekali. Tidak salah dia mengandalkan dirinya, tampaknya dia memang pandai dalam segala hal.

Aku baru saja selesai mengenakan pakaian saat pintu kamarku diketuk, aku bergerak ke sana dan membukanya. Menatap Lucas yang sudah tampil dengan sempurna di hadapanku. Dia memang merasa kalau penampilannya itu biasa dan kasual menjadi ciri khasnya, tapi yang dia tidak tahu, dalam balut pakaian yang nampaknya sederhana, pria itu memiliki sesuatu dibaliknya yang akan membuat orang lain segan padanya.

"Siap berangkat?"

Aku mengangguk. Dia kemudian mendekat dan melingkarkan syal dengan warna putih pudar. Aku meraih syal itu dan menyentuhnya dengan dua jari. Merasakan tebal kainnya dan hangat.

"Di luar sangat dingin, lindungi lehermu."

Hanya anggukan yang dapat kuberikan. Meski kadang aku kerap ingin mempertanyakan, kenapa dia bersikap lembut padaku. Tapi pertanyaan itu selalu tertahan di tenggorokan.

Kami berjalan kemudian keluar rumah. Untuk pertama kalinya aku meninggalkan rumah ini setelah hampir satu minggu aku berada di dalamnya. Bukan karena Lucas tidak mengizinkan aku keluar. Hanya saja ku memang tidak memiliki tujuan lain. Apalagi dengan segala keperluan yang sudah disediakan Lucas untukku. Apa pun yang aku butuhkan yang memang tidak rumit sama sekali, sudah ada di rumah itu. Jadi ke mana aku harus pergi.

Apalagi Lucas memang sering ada di rumah. Pria itu hanya beberapa kali pergi dan itu pun kembali dengan cepat. Aku tidak sendirian dan keberadaan Lucas menjadi peneman yang memang aku butuhkan. Meski memang pria itu lebih banyak bergulat dengan pekerjaannya, tapi selama aku duduk di luar, dia akan selalu ada di sisiku.

Glen membukakan aku pintu mobil. Aku melangkah masuk dengan Lucas yang mengikutiku. Kami berencana pergi ke rumah sakit karena Sheri sudah menunggu kami untuk melakukan tes DNA. Ya, aku masih keras kepala dengan tes DNA itu. Bukan karena aku tidak percaya Lucas, juga bukan karena aku meragukan Sheri.

Kesalahpahaman di masa depan, itu yang aku hindari. Aku tidak mau Lucas malah salah berpikir anak yang kukandung anaknya. Dan membuat dia pada akhirnya kecewa saat tahu itu bukan anaknya. Perubahan sikap orang lain, aku tidak menyukainya.

Apalagi Tony juga seperti itu. Aku memang tidak bisa membandingkan mereka karena mereka jelas orang yang berbeda. Mereka tidak sama. Keputusan dan tindakan mereka berbeda.

Hanya aku sedang ingin berhati-hati saja. Untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan di masa depan.

"Aku dengar kau akan melakukan akusisi pada Bank Erliar?" aku membuka percakapan, menatap padanya yang tadinya sibuk dengan laptopnya. Menunggu dia tidak sibuk lagi dengan benda itu baru bicara, rasanya tidak akan mungkin. Jadi aku menyela pekerjaannya.

"Ya. Kenapa?"

"Apa itu akan berhasil?"

"Hampir seratus persen. Hanya menunggu beberapa waktu saja sampai aku mendapatkan semuanya. Beberapa hari lagi pengumuman presiden baru di bank itu akan diumumkan. Jadi kalau kau tanya berhasil, aku akan memberikan jawaban saat pelantikan."

"Bagaimana dengan karyawannya?"

"Kenapa kau peduli? Kau mengenal seseorang?"

Aku meremas tanganku. Mengangguk padanya.

"Siapa? Kau ingin aku mempertahannya, maka itu yang akan kulakukan."

"Kau sungguh akan melakukannya?"

"Ya. Kenapa aku berbohong padamu."

"Aku ingin bekerja di sana, bisakah kau memberikan aku pekerjaan?"

"Apa?"

"Aku ingin bekerja, Lucas," aku mengatakannya dengan lebih tegas sekarang. Tadi aku dipenuhi dengan keraguan tapi sekarang tidak.

"Apa kau bosan di rumah?"

"Sedikit. Tapi aku ingin bekerja lebih karena aku ingin memiliki penghasilanku sendiri. Jika kau berkenan, kau bisa menemptkan aku di mana saja. Aku akan menerimanya. Selama tidak terlalu berat untuk wanita hamil."

"Kau tidak perlu memiliki penghasilan sendiri. Aku bisa memberikan apa pun yang kau inginkan. Selama kau menginginkannya, aku akan memberikannya."

"Bukan begitu Lucas. Aku hanya tidak mau jika nanti kau sudah tidak ada di sisiku. Seperti yang amit-amit, semoga tidak terjadi padamu, kecelakaan Tony. Aku bisa memiliki uangku sendiri. Dan aku bisa pergi dengan harga diri tinggi. Tidak seperti saat aku pertama melihatku di jalan waktu itu. Bukankah aku tampak menyedihkan saat itu?"

"Tidak menyedihkan sama sekali. Kau cantik."

Aku memandangnya, agak merasa berlebihan dengan bagaimana pujiannya terlayang padaku.

Dia yang sepertinya sadar baru saja mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan berdeham akhirnya. "Yang ingin kukatakan adalah, kau tidak perlu khawatir. Jika aku mati, semua uang dan hartaku akan menjadi milik anak kita. Aku menyerahkan semuanya padanya. Dan tentu saja kau sebagai ibunya akan mengelola semuanya dengan baik."

"Tunggu, anak dalam kandunganku menjadi ahli warismu?"

"Ya. Kau pikir aku akan menyerahkannya pada siapa? Dia satu-satumya darah dagingku. Jadi dialah yang berhak atas semuanya."

"Kau bisa memiliki anak di masa depan."

Lucas diam dengan seribu jawaban di wajahnya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (MIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang