"Malam adalah tempat dimana orang-orang membuka topengnya.
ya,topeng yang ia pakai pada siang hari untuk menipu semua orang, bahwa dia selalu terlihat baik-baik saja padahal nyatanya tidak".|°Quotes off the day °|
•••
Heningnya malam membuat suasana di sekitarnya semakin sunyi.Hanya ada suara hewan-hewan malam yang terdengar saling bersahutan bagaikan sebuah melodi untuk menggambarkan malam ini.Tak hanya itu,suara rintik hujan pun kini mulai turun membasahi bumi di malam yang sunyi,membuat udara dingin mulai menyeruak memasuki sela-sela kulit .Ceri,gadis itu sedikit menggosokkan kedua tangannya untuk menghalau dinginnya angin malam di tambah hujan yang kini semakin lebat mengguyur bumi.
Dia mengambil segelas susu hangat yang memang sudah tersedia di meja kecil yang ada di sampingnya dan sedikit meneguknya membiarkan air dengan rasa manis itu mengalir membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
Ketukan pintu mengalihkan atensinya yang sedari tadi tengah asik memandang lurus jendela kamarnya yang menampilkan betapa derasnya hujan mengguyur bumi hari ini, ketukan pintu tersebut disusul dengan suara seseorang yang amat ia kenal
"Nak,boleh ibu masuk?." Ya suara itu milik Mirna ibu dari Ceri, mendengar itu Ceri lantas berjalan membukakan pintu untuk sang ibu
Terlihat ibunya itu tengah membawa semangkuk makanan kesukaannya, melihat apa yang ibunya bawa membuat matanya berbinar cerah,ah ibunya ini tau saja udara dingin memang cocok untuk makan makanan hangat seperti bakso yang saat ini ibunya pegang itu
"Buat Ceri?." Tanyanya dengan mata berbinar Mirna yang melihat ke antusiasan dari anaknya hanya tersenyum dan mengangguk singkat
"Iya untuk kamu." Balas Mirna seraya menyodorkan semangkuk bakso dengan asap yang masih mengepul dari makanan itu,wangi khas bakso menguar memasuki hidung Ceri membuat perutnya berbunyi dan bunyi itu membuat Mirna terkekeh geli,Ceri hanya menunduk malu perutnya memang tidak bisa di ajak kompromi melihat makanan saja sudah berbunyi.
"Sudah sekarang kamu makan,keburu dingin engga enak nanti."
"Terimakasih ibu,tau aja hujan-hujan gini enaknya makan bakso." Ucap Ceri dengan cengengesan
"Udah-udah cepat di makan ibu mau ke dapur dulu." Ucap Mirna kemudian berlalu pergi ke dapur seperti yang ia bilang tadi, melihat itu Ceri menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan menuju tempat ia duduki tadi meletakkan semangkuk bakso di meja kecil yang ada di samping tempat duduknya,kemudian dengan semangat ia memakan bakso itu sembari melihat hujan melalui jendela kamarnya.
Dengan mengayuh sepeda berwarna pink miliknya Ceri menyusuri jalan setapak desa tempat ia dilahirkan sampai sebesar sekarang.Rumah Lia, itulah tujuan Ceri kali ini menemui sahabatnya yang sudah lama ia tidak jumpai semenjak mereka lulus dari sekolah dasar, setelah menempuh perjalanan sekitar beberapa menit ia akhirnya sampai di rumah Lia.Rumah sahabatnya itu tidak berbeda jauh dengan rumahnya,hanya sedikit lebih besar saja dimana di depan rumah itu terdapat taman kecil milik ibu dari Lia yang memang suka mengoleksi bunga.
Ceri kemudian memarkirkan sepeda kesayangannya tepat di depan rumah itu dan mengetuk pintu rumah tersebut,tidak membutuhkan waktu lama sang pemilik rumah pun membuka pintu dan muncul lah seorang gadis dengan jepit rambut kelinci yang terpasang rapih di kedua sisi kepalanya
"Ceri? tumben,ada apa?." Tanya gadis itu dengan mengerutkan dahinya Ceri mendengar pertanyaan dari gadis itu sedikit sedih
"Ngga boleh ya?." Balas Ceri
"Eh bukan gitu maksud aku,udah yuk masuk aja kita ngobrol di dalem." Ajak Lia dengan menggandeng tangan Ceri
"Kamu duduk di sini dulu aku mau ngambil minum sama cemilan di dapur." Ucap Lia setelah menyuruh Ceri untuk duduk di sofa ruang tamu yang berada di rumah gadis itu dan kemudian ia berlalu pergi untuk mengambil makanan dan minuman di dapur.
Ceri hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan itu,ia menatap sekeliling rumah sahabatnya ini ternyata banyak sekali perubahan, tidak seperti terakhir ia lihat.Pandanganya terpaku pada sebuah figuran foto yang terdapat dua orang gadis kecil yang memakai seragam merah putih dimana salah satunya ingin memukul gadis dengan rambut di kuncir dua menggunakan bantal kecil di tangannya,keduanya tampak terlihat bahagia.
Ceri merekah kan senyumnya melihat foto tersebut,itu adalah foto dirinya dan Lia sewaktu mereka sekolah dasar dimana kala itu mereka sedang bermain bersama di kamar Lia yang memang tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama.
"Ngapain kamu senyum-senyum sendiri?." Ucapan itu mengagetkan Ceri yang tengah tenggelam dalam lamunannya
"Ngga ada kok." Balasnya. Lia hanya menganggukkan kepalanya mendengar balasan Ceri
"Ngomong-ngomong tumben kamu kesini,ada yang mau di dibicarain?." Tanya Lia bukan bermaksud apapun, sahabatnya ini memang jarang sekali berkunjung ke rumahnya dan tiba-tiba saja hari ini ia datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu
"Ngga ada kok,cuma pengen main aja ." Balasannya dengan tangan yang memasukkan cemilan yang Lia bawa tadi ke dalam mulutnya,Lia menganggukkan kepalanya singkat mendengar balasan dari sahabatnya yang menurutnya ada sedikit kebohongan di dalam ucapan tersebut
"Kamu ngga mau lanjut sekolah?." Pertanyaan itu membuat tangan Ceri yang ingin mengambil camilan berhenti,kemudian ia menolehkan kepalanya ke arah sahabatnya yang kini menatapnya dengan muka serius.
"Lanjut sekolah? jangankan buat sekolah buat makan aja aku harus tau diri,Li." Setelah mengucapkan itu ia sedikit menghembuskan nafas pelan sebelum ia melanjutkan kata-katanya
"Aku juga pengen buat melanjutkan sekolah kayak anak-anak seusiaku, tapi apa boleh buat.Ekonomi di keluargaku ngga cukup buat aku melanjutkan sekolah,bisa makan setiap hari aja aku udah bersyukur aku ngga mau nambahin beban ibu apalagi masih ada Zio yang juga harus sekolah.Cukup aku aja yang putus sekolah, ngga untuk Zio setidaknya kalau aku ngga bisa bahagiain ibu semoga Zio bisa,hanya dia harapan aku satu-satunya kali ini ." Ucapan itu membuat Lia merasa bersalah akan pertanyaan nya tadi
"Maaf, harusnya aku ngga nanya kayak gitu." Ucap Lia dengan wajah bersalah
"Gak papa aku ngerti kok." Balas Ceri seraya tersenyum manis
"Daripada sedih kita nonton aja yuk,hari ini Upin Ipin ada episode baru tau." Ucap Lia dengan antusias
"Ayuk Ayuk." Balas Ceri tak kalah semangat, akhirnya kedua gadis itu pun menonton TV dua botak kembar dengan sesekali tertawa melihatnya.Semoga saja mereka terus bersama selamanya tanpa adanya perpisahan dalam persahabatan sampai mereka tua kelak.
Dan tanpa mereka sadari dari balik tembok ruangan itu ada wanita paruh baya yang memandang mereka berdua dengan senyum hangatnya.
Hay Hay gimana nih kabarnya? Semoga baik ya 😄
Semoga kalian suka sama part kali ini 💃
Jangan lupa vote and komen biar aku semangat buat nulis🔪 💕♥️🙇🏻♂️
Aku senang banget part kali ini nembus 1000 kata ahayyy💃
Ngga nyangka sih 🤧🤧Maaf kalau alayy tpi aku nyadar kok kalau aku emang sedikit alayy inget ya cuma sedikit👀🔪
Udh deh gitu aja
Salam sayang dari penulis pemula ini 🧕🏻💕Update tunggu rameee 🙇🏻♂️🐥
KAMU SEDANG MEMBACA
CERILLA ZXYA
JugendliteraturJANGAN LIAT AWALNYA AJA!! COBA DEH MENJELAJAHI LEBIH DALAM LAGI CERITA INI SIAPA TAU SUKA TERUS JADI KETAGIHAN DEH Kisah gadis desa yang putus sekolah di umurnya yang baru menginjak 13 tahun dan dia juga merupakan anak yang tumbuh tanpa sosok ayah d...