05. The Damn Door

6.1K 544 18
                                    

G W E N

Keesokan harinya seperti biasa. Begitu juga hari berikutnya lagi. Bangun terlambat, mandi, bersiap dengan pakaian, perhiasan, dan makeup, menghadapi pertanyaan Bonita yang bodoh untuk sarapan, dan datang ke Jefferson terlambat.

Not a big deal for me.

And TGIF.

Dari dua malam kemarin Steven tidak pulang. Kurasa ia berangkat lagi. Entah kemana kali ini. God, aku terdengar seperti janda merindukan suaminya.

"Sarapan, Gwen?" Tanya Bonita

"Tidak, bo-bo. Makan malam," aku memutar mataku.

Dia tertawa seperti orang bodoh, "baik. Pancake dengan sirup maple?"

"Mmm...sup krim asparagus seperti dua hari yang lalu? Apa itu cocok untuk sarapan? Itu masakan terenakmu sejauh kau bekerja disini," jawabku cepat. Aku duduk di meja makan lalu menyalin pekerjaan rumah Biologi yang sudah difoto Flo--salah satu kutu buku pintar sumber PR ku--tadi malam.

"Sup krim asparagus? Wah, Gwen. Aku rasa Mrs. Dolce yang membuatnya. Aku tidak bisa membuatnya," jawabnya dan aku terus menyalin.

"Mrs. Dolce? Bukannya dia libur setiap Rabu dan Jumat?"

"Memangnya dua hari lalu hari apa?"

Aku menghela napas, "Rabu, Bonita bodoh," lalu kembali melanjutkan.

"Kalau begitu siapa yang membuatnya?"

Aku terdiam. "Kau biarkan orang berambut keriting itu memasak untukku?" Styles memasak untukku? Boleh juga.

"Harry! Oh, Tuhan dia sungguh tampan!" Ia langsung berteriak seperti anak lima tahun ber-fangirl ria. "Apa yang kau lakukan dengannya?" Tanya kami secara bersamaan. Aku menjelit.

Dia menjawab duluan, "hanya berkenalan dan menunjukan dapur."

Thank God. Thank God?

"Kau membiarkannya masak untukku? Kemana kau? Bagaimana jika ada racun atau semacamnya?" Aku berpura-pura panik.

"Aku--"

"Tunggu. Mengapa kita mengobrol? Sudah, sudah. Aku pergi dulu. Pesankan aku Pepperoni Pizza untuk nanti malam, jika kau pulang larut," pesanku padanya.

Dia lebih satu atau dua tahun dariku, Steven membiayai kuliahnya. Dan prestasinya? Well, aku tidak terlalu peduli. Sedikit diatas rata-rata, mungkin.

"Baik, Gwen. Semoga harimu menyenangkan," dia mendekat dan hendak memelukku, seperti biasa.

"Ew, bo-bo. Apa harus setiap hari aku bilang 'jangan memelukku'!" Teriakku dan dia tertawa. "George!"

George keluar entah dari mana, "Selamat pagi Gwen. Kau ingin pakai--"

"Mobilku."

Ia langsung menuju halaman depan untuk mengeluarkan mobil. Aku membereskan tasku dan mengikutinya.

Ketika sudah sampai di Jefferson High, aku menyuruh George mencari parkir, dia kebingungan, tapi menurutinya. Aku menunjuk kunci, mengisyaratkannya untuk memberikannya padaku, dia kebingungan. Oh, bodoh. Tidak mungkin kan aku ingin stir nya?

"The key, George."

"Tapi--"

"Aku butuh mobil, George."

"Tapi Mr. Kruger menyuruhku tidak membiarkanmu pergi ke tempat-tempat sendirian," ujarnya, takut, tidak manly bukan?

"Aku harus pergi nanti. Aku tidak mau merepotkanmu," aku memasang wajah pura-pura baikku.

How to Get 11 Out of 10 [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang