29. Raconteur

4.3K 475 99
                                    

G W E N

Pesawat ini sampai di Cleveland, Ohio dengan selamat. Aku dan Harry adalah penumpang yang paling awal turun karena Harry berjalan cepat. Dari tadi selama di pesawat ia tetap tidak berkicau. Aku? Well, aku selalu tidur di pesawat.

Setelah mengambil bagasi, Harry mendapatkan sebuah taxi dan menyebut Cleveland Clinic. Supirnya mengangguk dan kami duduk dengan hening. Demi tupai rasanya aku ingin sekali mengajak Harry bicara dan membuatnya tersenyum. Bisa beri aku ide?

Keheningan yang membunuhku ini selesai setelah Harry membayar taxi dan supirnya menurunkan ketiga koper kami. Aku ternganga melihat bangunan ini. Cleveland Clinic, rumah sakit tebaik dunia ini sangat memukau. Aku pikir tadinya ini mall dan bukan rumah sakit.

 Aku pikir tadinya ini mall dan bukan rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Interiornya didominasi warna putih. Semuanya tampak bersih dan rapi. Aku menoleh ke atas dan terdapat balkon di tiap tingkatnya. Ini benar-benar mall.

Tanpa bertanya ke nurse station, Harry sudah tau tempat yang ia tuju. Aku rasa Harry meng-sms Amy bahwa kami telah tiba dan Amy memberi tau kamar Steven.

Setelah keluar dari lift, mataku langsung menyorot Amy yang sedang duduk di koridor. Langkah kaki kami nampaknya mengalihkan perhatian, membuat mulutnya tersenyum lega saat melihat kami.

"You made it," kata Amy lalu memelukku dan Harry.

"Apa dia tidur?" Tanyaku.

"Tidak, dia bangun. Tadi aku bilang aku ingin membeli kopi. Masuklah. Aku yakin kalian merindukannya," ucap Amy dengan mata berkaca. I knew it! Dari awal sudah kuduga bahwa Amy mempunyai perasaan terhadap Steven.

"Kau mau masuk?" Tanyaku pada Harry.

"Akan lebih baik jika kau bicara berdua terlebih dahulu," saran Harry. Aku mengangguk mengerti apa tujuannya. Hubunganku dengan Steven masih belum diperbaikki.

Aku masuk ke dalam. Dindingnya juga bewarna putih, tetapi setiap furniturnya bewarna cokelat kayu. Berjalan sekitar tiga langkah, aku dapat melihat Steven yang terbaring di ranjang. Kulitnya terlihat kasar dan bibirnya sangat pucat. Ia terlihat sangat lemah dan tidak sehat.

"Steven," panggilku, ia menoleh dari televisi yang sedang di tontonnya.

"Gwen?" Senyumnya mengembang ketika ia melihatku. Ia merentangkan kedua tangannya, mengisyaratkanku untuk mendekat dan memeluknya.

Kau tau perasaan itu dimana kau melihat orang yang kau sayangi dalam kondisi lemah tak berdaya. Apa yang kau lakukan? Terharu? Matamu berkaca-kaca? Menangis? Itulah yang aku lalukan sekarang.

Aku berlari ke arahnya dan menimpa dirinya dengan setengah badanku. Steven melingkarkan kedua tangannya di punggungku dan mengelusnya. Tangisanku mengalir dengan deras di pipi, lalu jatuh ke leher Steven. Tubunya sangat dingin, tapi aku masih merasakan kehangatan dalam pelukannya.

How to Get 11 Out of 10 [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang