PLEASE READ
This story contains a lot of swear words and sex scenes in certain parts. I've warned you here and in the story description, so there will be NO warning or author's note as a sign at the chapters that contains those things.
Ceritanya emang udah selesai, tapi vote dan comment kalian tetap berharga! So please leave feedback if you read this story. Aku masih bales comment kalian kok (kalau emang bisa dibales). I really appreciate it. Thanks x
~•~
"We're done, okay?"
"Ta—ta—ta—tapi kenapa Gwen? A—apa sa—salahku?"
"Oh My God, Gillian, look at you. Kau bahkan terlihat seperti monyet Yucatan."
"Apa? Jadi apa ma—maksud hubungan kita selama dua hari ini?"
"ToD."
"ToD? Siapa dia?"
"Oh, God. Gunakan Internetmu, bodoh."
"A—a—pakah ia be—begitu terkenal sa—sampai dia ada di—di google?"
"Shut up Gillian Seasons--"
"It's Gillian Swanson," protes laki-laki berkacamata tebal; minus 2,5 dan silinder 1,25 itu. Gwen tahu itu dan baginya itu memalukan.
"Whatevs, okay? Yang penting kita berakhir, dan bYE!"
"Bisakah setidaknya kita berciuman untuk te—terakhir kalinya?" Laki-laki itu memonyongkan kedua bibirnya dan mengarahkan kedua tangannya ke gadis tadi.
"Eww, kiss your own ass," jawab gadis itu lalu dengan jijik lalu berjalan menghentak lantai dengan heels-nya menjauhi Gillian Swanson—dengan rambut pirang lurus bergoyang ke kanan dan kiri—menuju lokernya. Ia melempar asal buku-buku yang ia pegang karena ia tidak pernah peduli dengan isinya, dan langsung membanting pintu loker dimana ia langsung menemukan kedua temannya.
"Have nice-two-days-relationship with Gillian Swanson, Miss Kruger?" Tanya salah satu temannya yang memiliki rambut lurus bewarna hitam dan memiliki poni rata yang hampir menutupi kedua matanya.
"Shut up, Helen," Gwen menjitak kepala temannya itu, membuat Helen mengelus-elus kepalanya karena kesakitan.
"Well, any reviews?" Tanya teman yang lain, Carmen. Yang satu ini memiliki rambut gelombang tetapi bewarna cokelat kekuningan dengan poni miring.
"Umm-really really bad kisser, disgusting, eww," Gwen menghitung dengan jarinya, "nasty, eww, and a-very-not-good-scene-to-look-at. Aku menggunakan obat tetes mata setiap selesai melihatnya."
"That's it?" Tanya Helen.
"Oh, satu lagi. Ia menganggap aku jodohnya hanya karena nama depannya dan nama depanku sama-sama dimulai dengan G dan berakhir dengan N," Gwen memutar kedua bola mata.
Carmen dan Helen tertawa puas. Bagaimana tidak? Tempo hari lalu Gwen memberi mereka dare yang bagi Carmen sangan menjijikan, dan bagi Helen sangat mendebarkan.
Gwen menyuruh Carmen untuk meneliti bagian-bagian kodok—membunuhnya, merobek badannya, dan mengeluarkan organ-organ tubuhnya—sehingga Gwen dapat menyelesaikan proyek Biologinya. Sementara itu Helen diberikan dare untuk mengecat rambutnya bewarna merah menyala—lebih norak dan tidak seoke Rihanna tempo dulu—sepulang sekolah. Dan sebenarnya, Helen membuang napas lega karena kedua orang tuanya tidak ada di rumah saat itu. Jadi, menurut Helen, semua sudah impas. Bahkan tidak terlalu.
"Kau langsung pulang ke rumah, Gwen?" Tanya Carmen sekarang bersandar di loker.
"Umm—aku ingin main ke rumah Helen, tapi besok aku ada ujian Kimia," jawab Gwen memainkan rambutnya.
"Tumben kau belajar, aku bahkan tidak tertarik," sahut Helen yang memiliki kelas Kimia bersama Gwen.
"Apakah ada tornado di Toronto sehingga aku perlu belajar?" tanya Gwen sarkastis. "Steven meng-SMS ku tadi. Hari ini dia pulang dan aku harus—kau tau, belajar menjadi sebuah konotasi untuk membaca komik."
"Well, well, terserahlah. Kau memang sial harus ujian—tapi kami akan pergi ke mall untuk manicure," ujar Carmen. "Bye Gwen!" seru Carmen dan Helen seraya melambaikan tangannya.
"Bye!" Seru Gwen tersenyum lebar, lalu mengubah ekspresi menjadi datar, setelah teman-temannya pergi. "Bitches," desisnya. Gwen hendak membuka ponselnya sebelum seorang gadis—berkaca mata yang tidak kalah tebal dengan Gillian Swanson, berkepang dua, memakai rok 15 cm di bawah lutut, menggunakan manset dan kaus kuning kusam bertuliskan 'Happy Earth Day!'—dan ini bahkan bukan Hari Bumi—mendekatinya dan menjambak rambut pirangnya dari belakang.
"ARGHH!" Teriak Gwen kesakitan. Reflek ia memegangi rambutnya lalu berbalik. "What the hell?!"
"Kau tau apa yang telah kau lakukan?!" Tanyanya nyaring sambil mendongak karena Gwen jauh lebih tinggi darinya.
"Umm-- bertemu dengan penghuni neraka yang berkepang dua?" Gwen pura-pura bingung dengan meletakkan telunjuk di dagu sambil menatap langit-langit koridor sekolah.
"Dasar pelacurr!!!" Pekik gadis itu yang membuatnya tambah terlihat seperti orang bodoh.
"Shut up, child."
"Kau! Kau! Kau—"
"Adalah anak terkeren di Jefferson High," sahut Gwen.
"Bukan! Tapi Kau! Kau adalah—"
"Anak terkeren di seluruh jagad raya."
"Diam!" Gadis berkepang itu sudah mulai kesal dengan menjambak rambutnya sendiri.
"You're wasting my time, dan aku sudah tau aku keren," Gwen hendak berjalan tapi gadis itu menghalanginya dengan membuka kakinya lebar, membuatnya tampak lebih konyol.
"What do you want? Sumbangan untuk membeli baju baru, hmm?"
"Bukan! Dengarkan aku!"
Bodoh, dia bisa saja bicara dari tadi, batin Gwen. "Okay, aku kasihan denganmu, bocah. Kau punya satu menit."
"Kau telah menyakiti hati pujaanku, Gillian Swanson. Dan kau harus mengganti—"
"Celana dalam polka dot-mu, bocah?" Gwen melihati kukunya, tak tertarik dengan pemandangan yang ada di depannya.
"Arghhh! Sekarang beri tau aku apa yang kau lakukan sehingga Gillian bisa suka padamu!"
"Kau mau tau jawabannya?" Gwen mempunyai ide yang tiba-tiba muncul di otaknya.
"Ya, tentu aku mau."
"Well, dengan membuka loker ini kau akan tau," jawab Gwen menunjuk loker miliknya dan mengedipkan sebelah matanya pada Ursula Haynes—nama gadis itu.
"Benarkah?" Tanyanya penuh harapan, Gwen menagngguk.
Ursula menginjit lalu membuka loker Gwen, dan otomatis loker Gwen yang isinya bisa dikatakan overload dan berantakan itu berjatuhan diatas kepala Ursula, mengingat Ursula yang pendek dan loker Gwen berada diatas kepalanya. Anak-anak yang masih berada di koridor langsung teralihkan perhatiannya dan tertawa pada Ursula.
Urusula segera melindungi kepalanya dengan tas punggung yang ia pakai—tapi itu tentu tidak membantu, kan?
Gwen segara mengobrak-abrik buku-buku yang berjatuhan itu. "Hmm, no, no, no, nooo, no, bloody hell no, no and yap! Chemistry!" Gwen mengangkat buku kimianya tinggi dengan senyum bangga tanpa dosa lalu melenggang keluar dari gedung Jefferson High.
"GWEN KRUGEEEEEEEEEER!!"
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Get 11 Out of 10 [Harry Styles]
Viễn tưởngGwen Kruger. Gadis kaya raya manja yang sangat nakal dan sulit diatur, membuat ayahnya yang selalu sibuk bekerja kewalahan dibuatnya. Sampai suatu saat, ia mendatangkan salah satu pegawai terbaiknya; Harry Styles. Laki-laki tampan pekerja keras dan...