3. Pergi dari rumah

5.7K 419 0
                                    

Capella digambarkan menjadi seseorang yang baik hati, selalu ramah, dan suka menolong orang lain. Dilihat dari sifat Capella sebenernya tidak cocok dengan Helen, sifat tersebut sangat bertolak belakang. Apakah karena itu, Helen masuk ke raga Mona, alih-alih Capella?.

Mona keluar dari kamarnya dan meninggalkan kedua orang tua Capella yang pingsan di dalam. Beberapa hari ke depan ia akan pergi, ia tidak akan kembali ke rumahnya sampai om dan tantenya mencarinya sendiri. Sementara waktu ia harus mendapatkan uang. Ia tidak biasa hidup miskin.

Lewat ekor matanya Mona melihat seseorang yang sedang menatapnya di balik hordeng transparan di kamar lantai dua.

Dalam cerita, Capella memang tidak tahu kejahatan yang dilakukan orang tuanya kepada orang tua Mona. Tapi entahlah apa yang akan dipikirkan Capella jika tahu orang tuanya pingsan dengan luka lebam di dalam kamarnya. Mona menggedikan bahu tidak peduli, lagi pula ia adalah tokoh antagonis, bukankah sudah tidak heran jika ia jahat?.

✧✧

Bunyi tulang terdengar saat Mona meregangkan badannya.

Saat ini ia sudah di hotel dan membeli sedikit perlengkapannya. Sungguh menyusahkan mempunyai uang sedikit.

Tangan lentiknya dengan lincah mengetik kode-kode yang tidak diketahui oleh orang biasa.

Ting

Suara notifikasi terdengar di handphone barunya. Ia tersenyum puas saat melihat nominal yang tertera. Lain kali ia akan membobol lagi sistem keuangan perusahaan milik orang tuanya yang dikelola oleh Gamma, lebih tepatnya tangan kanannya. Setelah mengenal judi online Gamma memang tidak terlalu tertarik untuk mengurus perusahaan.

"Kayaknya harus beli apart" Gumamnya.

Matanya terus menelisik untuk memilih apartemen yang akan di tempatinya. Oh dan satu lagi. Web yang semula menampilkan apartemen sekarang berpindah ke dark web. Situs untuk transaksi barang ilegal.

✧✧

Setelah mengantarkan dokter, Capella kembali ke kamar orang tuanya. Dirinya mendudukan diri di tepi kasur dan menatap kedua orang tuanya dengan sendu.

"Mama sama Papa kenapa bisa gini?" Nada sedih terdengar jelas dalam pertanyaan tersebut.

"Ini gara-gara Mona sayang, kamu jangan deket-deket dia ya, dia jahat"

"Iya, ma"

Capella tak menyangka jika Mona tidak hanya membullynya, tetapi juga menyakiti orang tuanya. Capella akan menerima jika itu hanya menyakiti dirinya tapi tidak dengan orang tuanya. Ia memaafkan Mona selama ini karena berpikir jika Mona kekurangan kasih sayang dari orang tuanya.

"Apa perlu aku laporin hal ini ke polisi?" Sambung Capella.

"JANGAN" Ucap Gamma dan Adhara bebarengan.

"Kenapa? Apa karena Mona masih di bawah umur? Mama Papa tenang aja aku bakal laporin pas dia umur 18"

Gamma dan Adhara saling melirik.

Akan sangat merepotkan nanti jika Mona sampai dipenjara. Bisa saja Mona melaporkan mereka berdua, mereka tahu Mona tak sepolos itu. Apalagi setelah perlawanan yang pertama kali dilakukan selama mereka tinggal bersama. Mereka harus lebih berhati-hati.

"Intinya jangan ya, Mona kan masih keluarga kita. Ini mungkin karena emosi dia yang masih labil makanya kelepasan"

Gamma menganggukkan kepala, arti setuju akan ucapan istrinya.

"Kenapa Mama sama Papa sebaik ini sih? Aku jadi makin bangga jadi anak Papa sama Mama" Ungkapnya sembari merentangkan tangannya untuk memeluk Mama dan Papanya.

Di tempat lain Mona sedang melihat adegan yang membuatnya ingin muntah. Dirinya sedari tadi sedang memantau manusia-manusia di rumahnya setelah ia meretas cctv. Tetapi malah disuguhkan adegan seperti ini.

"Tapi, seharusnya itu posisi aku kan?"

Tak dapat membohongi dirinya sendiri, jika sebenarnya ia juga ingin di posisi Capella. Mempunyai orang tua utuh yang menyayangi anaknya.

Di kehidupan sebelumnya ia tak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Ia sudah di panti asuhan sejak kecil ditambah panti asuhan itu juga tak ramah sama sekali dengan anak-anak. Setelah dari panti kalian pasti tau apa selanjutnya.

Helaan nafas terdengar.

Perasaannya sesak. Ia tak menyukai perasaan seperti ini.

Tangannya dengan cepat mengetik kode-kode untuk meretas perusahaan kakeknya, ia tak ingin merasakan perasaan seperti tadi terlalu lama.

Dirinya ingin membobol sistem keuangan milik kakeknya, anggap saja sebagai tebusan karena kakeknya memilih acuh akan kejahatan Gamma, padahal kakeknya adalah seorang yang penuh kewaspadaan. Sudah pasti ia memiliki beberapa kemungkinan saat kecelakaan terjadi pada anak keduanya dan istrinya.

Diingat lagi acuhnya kakek Mirzam dalam kejahatan ini karena ada Capella. Ia terlampau sayang pada Capella, hingga tak ingin mempermasalahkan lebih jauh jika memang prasangkanya benar terkait peristiwa yang terjadi pada orang tua Mona.

I WANNA BE PROTAGONIS! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang