Bab 14.

2.4K 106 10
                                    

Ketika aku terbangun keesokan paginya disaat Kely sudah berangkat kerja, dimana pikiranku bahkan badanku merasa sangat lelah. Semalam aku tak bisa tidur karena ada dua alasan. Pertama, apa yang kupikirkan setelah pembicaraanku dengan Kely. Maksudku, sekarang dia tahu segalanya, antara aku dan Justin. Alasan kedua yaitu kencan hari ini. Yah.. aku merasa pusing hanya karena memikirkan hal itu tadi malam.

Aku merangkak keluar dari tempat tidur lalu berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Dan pada saat aku keluar, ternyata ini sudah hampir tengah hari. Cepat-cepat aku menarik keluar apa pun yang bisa kutemukan pertama kali dalam laciku. yaitu sweter dan celana jins. Dan kurasa ini kombinasi yang baik. Aku meraih tasku lalu menuju lantai bawah dapur. Tentu saja ada catatan lain dari Ibuku di lemari es.

Ibu mendapat wawancara di tempat kerja lain, dan mungkin akan kembali sore nanti.

_love mom.

Aku melepas posit itu dari lemari es, melemparnya ke tong sampah. Sebelum berbalik pergi, aku mengingat ternyata aku belum memberitahu ibuku tentang aku yang tak akan berada dirumah untuk makan malam nanti. Jadi... Dengan mengamati dapur, membuka laci di sana-sini untuk menemukan tumpukan posit.

Aku meraih spidol dan menuliskan catatan untuk ibuku lalu menempelnya di lemari es.

Aku tidak akan pulang untuk makan malam..

Aku meletakkan tumpukan posit itu kembali dimana aku menemukannya. Tiba-tiba ponselku berdering. Aku merogok tasku untuk mengambil ponselku, dan tentu saja itu dari Justin.

"Hai." Jawabku segera.

"Hanya Hai? Bahkan tidak ada ucapan selamat pagi?" Ucapnya menggoda.

"Itu Lebih baik daripada kau! Aku bahkan tidak mendapatkan balasan hy." Jawabku dan dia tertawa.

"Haha okey..okey. Selamat pagi felin dan aku berada di luar."

"Aku akan keluar sebentar lagi." Jawabku dan menutup ponselku. Aku melirik jam yang tergantung di dinding dapur, sepuluh menit sebelum tengah hari. Ini sangat tepat waktu. Aku meraih kunciku sebelum menuju pintu keluar.

Aku berjalan ke Porsche Justin yang terparkir dijalan, dan segera masuk. Tentu saja, seperti hari-hari kemarin dia membungkuk dan berusaha untuk mencium pipiku, tapi aku menghindarinya lagi.

"Aku akan menciummu di pipi suatu hari nanti". Ucapnya yakin.

"Ya kuharap kau berhasil. Tapi tidak hari ini." Jawabku dan ia menyeringai.

"Apakah kau lapar?" Aku mengangguk. Tentu saja aku lapar, aku belum makan apa-apa sejak makan malam terakhir.

"Apa yang ingin kau makan?" tanyanya.

"Mmm ... mungkin kau bisa memberiku surprise akan hal itu" Jawabku dan ia mengangkat alis.

"Baiklah kalau begitu." Jawabnya tersenyum kemudian mulai menjalankan mobilnya di jalan.

Tak lama kemudian, ia berhenti ditempat parkir disebuah restoran kecil. Mungkin hanya sepuluh menit berkendara dari rumahku. Justin keluar dari mobil dan berjalan ke restoran.

"Hey... Justin, kau di sini lagi". Seorang wanita tua menyambutnya dan memberinya ciuman di pipi.

"Bagaimana kabarmu hari ini Margaret?"

"Kurasa lebih baik daripada hari kemarin, tapi ini membunuhku"

"Kau harus pensiun sekarang. Apa kau tak berpikir begitu?"

"Apakah kau memanggilku sudah tua Justin? Aku masih memiliki banyak energi yang tersisa dalam diriku!" Justin tertawa.

"Tidak, kau secantik saat pertama kali bertemu denganmu." Mereka tertawa. Kemudian wanita tua, maksudku Margaret melihatku.

Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang