Bab 4

3.5K 109 1
                                    

Seperti yang kuduga sebelumnya, semua orang yang ada di sekolah ini sangat sibuk membicarakan putusnya hubungan antara Justin dan Susan. Kurasa makin lama pembicaraan itu semakin menjengkelkan. Aku tidak mengerti, bagaimana orang-orang ini sangat sibuk sekali bergosip mengenai suatu hal yang tidak penting. Dan terlebih lagi, kurasa itu bukan urusan mereka. Dan yang paling menyedihkan buatku, karna ini masih baru awal hari sekolah dan sekarang aku harus berurusan dengan orang-orang yang sibuk berceloteh seperti itu.

Aku melemparkan tasku di atas meja lalu duduk kemudian membaringkan kepalaku di atas tasku. Aku mencoba untuk mengabaikan percakapan semua orang dalam kelas ini. Kurasa ini adalah pertama kalinya aku sangat berharap mempunyai iPod atau semacam pemutar musik untuk menghilangkan kebisingan di kelas ini. Tapi sekuat apapun aku berusaha untuk mengabaikan percakapan semua orang, tapi itu tidak berhasil. Karna mau tak mau aku menguping apa yang mereka katakan.

"Apakah kau serius? Kemarin? Dihalaman? Aku tidak percaya dia benar-benar melakukan itu!" Seorang gadis di depanku mengatakan hal itu kepada kelompok teman-temannya.

"Yeah! kau harus melihatnya. Itu sangat memalukan" Gadis lain menjawab.

"Apakah kau tidak merasa kasihan pada Susan?" Satu lagi berbicara, "Jika aku jadi dia, aku pasti sangat sedih sekali jika dipermalukan seperti itu. Dibuang begitu saja di depan sekolah?"

"Tapi kita semua sudah tau itu'kan? yang satunya lagi angkat bicara, "Maksudku, kita sedang berbicara tentang Justin Lewis disini. Dia sudah memacari banyak gadis disekolah ini?"

"Mungkin lebih dari dua puluh." Seseorang menjawab.

"Apakah menurutmu dia putus dengannya karena ia telah menemukan gadis lain?"

"hemm,, mungkin saja Susan mempunyai kesalahan. Kita semua tahukan? bahwa semua gadis yang berpacaran dengannya hanya karena uang."

"Ya, tidak satupun dari mereka yang benar-benar serius atau apapun. Tapi menurutmu, siapa yang akan jadi target berikutnya?" tanyanya.

"Mungkin beberapa gadis bodoh yang ingin mempunyai pacar kaya, yang siap melemparkan diri padanya."

"Hei Elaine, kenapa kau tidak mencoba jadi pacarnya saja. Kaukan selalu bermimpi memiliki pacar yang kaya raya bukan?" candanya.

"Apa?" jawabnya tersinggung. "Aku mungkin bermimpi seperti itu. tapi jujur, aku tidak ingin seseorang yang seperti Justin Lewis menjadi pacarku. Yah memang sih, dia cukup menarik tapi mari kita lihat fakta disini. Apakah ada seseorang yang ingin bersamanya jika kelakuannya seperti itu?"

"Yap aku setuju." Bisikku dibawah napasku. Dan tiba-tiba semua orang terdiam. O'ohh,, apakah mereka dengar apa yang barusan kukatakan?

Perlahan-lahan aku mendongak menatap sekelompok gadis yang ada di depanku. Siap memberikan penjelasanku padanya. Tapi kulihat mereka bahkan tidak melihat kearahku. Mereka semua terfokus pada pintu masuk kelas. Lalu mereka bergumam dan berbisik sesuatu ketelinga masing-masing. Aku tidak tahu apa yang mereka katakan. Dengan perlahan-lahan aku melirik ke arah pintu dan terlihat Justin sedang menuju ke arahku, atau lebih tepatnya menuju ketempat duduknya yang ada disampingku. Dia duduk di kursinya dan semua orang yang ada dikelas ini mulai berbicara sekali lagi dan tentu saja itu tentang dia. Kurasa mereka berbicara cukup keras, mungkin itu sengaja dilakukan agar diperdengarkannya pada Justin. Tapi kurasa dia terlihat seperti tidak peduli. Seolah-olah ini bukan hal yang baru baginya.

Tiba-tiba ia mengintip ke arahku, cepat-cepat aku memalingkan muka. Oh Siall,, !! kenapa aku harus menghindar? kurasa aku tidak menyembunyikan apa pun. lalu aku melihat kembali ke arahnya. Ternyata dia masih menatapku, dan aku juga. Ok kurasa ini sedikit canggung. tidak. tapi ini benar-benar sangat canggung.

Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang