Bab 13.

3K 155 17
                                    

Kami baru saja mulai memasuki bulan Desember, dan kupikir ini sangat luar biasa mengetahui ternyata kami sudah berada disini kurang lebih dari sebulan. Entah bagaimana, Kely dan aku berhasil meyakinkan Ibuku untuk tidak meninggalkan rumah kecil kita ini. Yah, kita akan berusaha cari cara untuk menghadapi bulan berikutnya. Apapun akan kita lakukan untuk mendapatkan uang lebih, mungkin kami bisa menyisihkan ataupun melakukan diet untuk berhemat.

"Aku yakin, kau pasti sudah sangat dekat dengan Justin kan!! Dan kau masih tidak ingin memberitahuku apa sebenarnya yang terjadi diantara kalian!" Kely mulai mengusikku saat kami berjalan menuju ke kantin diminggu berikutnya.

"Apa maksudmu Kely?"

"Jangan pikir aku tidak tahu. Ibu bilang padaku bahwa Justin datang berkunjung kerumah kita. Ayolah Felin katakan padaku! Aku ingin tahu." Desak Kely.

"Tidak ada yang terjadi." kataku malas.

"Kau berbohong" Tukasnya cepat tak terima jawaban yang kuberikan."Trus apa maksud Justin sampai-sampai dia memberikan mobil kerennya padamu?". Aku menghela napas berat saat mengingat apa yang terjadi setelah itu.

Flashback...........

Begitu Justin mundur dari ciuman kami, sontak aku bertindak seperti biasanya. Menjadi panik. Aku pun mendorongnya sekeras mungkin agar menjauh dariku. Aku memalingkan muka, dan merasa wajahku memerah sampai menjalar keseluruh tubuhku. Aku mendengar Justin tertawa. Sontak aku memukulnya, memberinya tatapan mengerikan yang berarti kematian.

"Ya ampun Felin, tenanglah. Okey. Itu hanya ciuman." Ucap Justin dengan suara geli saat dia berhenti tertawa.

"Ini bukan hanya soal ciuman!" Desisku. "Dan jangan pernah melakukannya lagi. Aku bersumpah, aku akan menendang barang berhargamu, jika kau seperti ini lagi".

"Ayolah, kau juga menikmatinya kan." Dia tersenyum. Senyum yang membuat jantungku berdetak cepat lagi. Aku benci mengakuinya, tapi dia memang benar. Aku menikmatinya, bahkan berharap bisa menciumnya lagi. Ya sepertinya otakku sudah tak beres.

"Tidak, aku tidak menikmatinya.!!" Tukasku sambil menggeleng untuk meyakinkan.

"Mm, kau yakin ...". Godanya lagi.

Tapi aku tak peduli, hanya melonjak dari sofa dan melotot ke arahnya, semua yang dia lakukan hanya tersenyum polos padaku.

"Apa?" Tanyanya bigung.

"Sebaiknya kau pulang saja sekarang. Aku harus bersiap-siap untuk makan malam". Aku mengambil dua cangkir kopi dari meja dan berjalan ke dapur.

Jelas Justin tidak menyentuh kopinya sama sekali, jadi aku membuangnya ke wastafel dan cepat-cepat mencuci cangkir.

"Kau tidak menawariku untuk tinggal makan malam?" Justin mengikutiku dan bersandar dimeja yang ada disampingku. Aku mengintip kearahnya.

"Aku tak pernah berharap memiliki tamu untuk makan malam saat ini. Jadi, aku tak siap" Jawabku dengan alasan apa pun yang bisa kupikirkan.

"Aku tidak mengharapkan pesta yang mewah di sini Felin." Jawabnya.

"Kely akan segera pulang." Aku meletakkan dua cangkir ke rak pengering lalu mengeringkan tanganku dengan handuk.

"Jadi?" Jawabnya dan aku menatapnya sambil mendesah.

"Please, tinggalkan rumahku saja hari ini ok." Dia menatapku sejenak, lalu mengusap rambutnya, membiarkan sebuah desahan kecil lolos dari bibirnya.

"Baiklah" Kemudian Justin berjalan kembali ke ruang tamu dimana ia meraih jaketnya. Aku sudah menunggunya di depan pintu saat dia muncul kembali. Dia memakai sepatunya kemudian melihatku tanpa mengatakan apapun.

Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang