10. RUMAH FARAH

184 92 35
                                    



اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Dzikir adalah senjata dan perisai yang membentengi diri dari penyakit dan musibah

●●●

●●



Happy Reading

"Terimakasih nggih, Gus, Ning. Hati-hati di jalan." Ahmad berterimakasih seraya menatap Aura yang tak bosannya selalu menundukkan kepalanya.

"Sudah kamu sharelock rumahnya Farah, dek?" tanya Fathan memastikan.

"Oh iya bentar.... Sudah."

"Oke." Fathan mengambil handphonenya dan menekan aplikasi chat berwarna hijau untuk membuka map yang sudah dikirim oleh Aura. Mobil yang ditumpangi Fathan dan Aura pun melaju dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Farah berada. Hingga membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai.

Tok... tok... tok...

"Assalamu'alaikum, Farah!"

Aura mengetuk pintu depan rumah Farah. Sekarang Fathan sedang berdiri di belakang Aura, ia masih ingin menemani Aura untuk memastikan Aura sudah berada di dalam rumah Farah dengan aman, baru dia akan beranjak pergi dari sana.

Pintu terbuka perlahan menunjukkan Farah yang hanya memakai celana pendek dan baju tidur, membuat Fathan yang berada di belakang Aura kelabakan dan segera mengalihkan pandangan serta membalikkan badannya. Aura yang menyadari Farah hanya memakai celana pendek pun otomatis langsung kaget dan menatap Fathan dengan terkekeh.

"Wa'alaikumsalam, kok lo lama banget sih, Ra. Udah gue tunggu dari tadi, yuk masuk!" ajak Farah agar Aura masuk ke dalam rumahnya.

"Hihi maaf ya... Bentar, Rah." Aura pun membalikkan badannya dan menghadap ke arah Fathan yang sedang terus beristighfar.

"Kak, aku masuk dulu ya," pamit Aura yang membuat Fathan menatap adiknya dan mengangguk. Aura pun menyalami tangan kakaknya dan menghampiri Farah kembali.

"Nanti kalau sudah mau pulang telepon kakak aja ya!" pinta Fathan yang membalikkan badannya dan masih terus menatap lantai sebelum berjalan kembali ke mobil.

"Iyaa, kak!"

Aura dan Farah pun masuk ke dalam rumah Farah. Aura hanya mengikuti langkah Farah yang akan membawanya ke lantai atas.

"Kita mau kemana?" tanya Aura.

"Mau ke kamar gue dong, kemana lagi?" tanya balik Farah.

"Emang ngga apa-apa ngerjainnya di kamar kamu? Boleh?"

"Boleh lah, ngga apa-apa, yuk!"

Setelah mereka berdua naik ke lantai dua rumah Farah, lalu masuk ke dalam kamar yang memiliki nuansa warna biru langit. Membuat pandangan Aura menyapu ke seluruh isi kamar Farah. Hampir dari semua perabotan di dalamnya mendominasi warna biru langit dan putih.

"Kamu suka warna biru ya, Rah?"

"Iya, suka banget gue. Apalagi birunya terang kaya gini, bikin mata gue seger."

"Iya sih bener."

Farah menyalakan televisi di dalam kamarnya dan mengaturnya untuk bisa menonton film.

"Loh, kita mau ngerjain tugas kelompok kan, Rah? Kok malah nyalain televisi?" tanya Aura bingung.

"Hahaha... iya ya. Gue lupa Ra, sumpah." Farah tertawa merutuki kebodohannya sendiri. Aura hanya bisa menggelengkan kepalanya memaklumi perbuatan Farah.

AndA  ||ON GOING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang