"kenapa kita tidak langsung membunuhnya saja?" tanya Gavin sambil mengikat tangan Jampa.
"akan lebih mudah jika kupanah dari jauh" Gavin melucuti semua senjata yang ada di tubuh Jampa."ada satu hal yang ingin aku tanyakan kepadanya" jawab Devnand dengan matanya menatap kosong ke arah tubuh Jampa yang tersungkur di tanah dengan tangannya sudah diikat ke belakang punggungnya.
"Jampaaa....." Viktor menahan amarahnya. Mendengar ucapan dari Devnand membuatnya yakin untuk beberapa saat kedepan Jampa tidak akan dibunuh.
"dia seimbang denganku" ucap Viktor dalam hati melihat fisik dan gerak tubuh Gavin.Nyawa mereka berdua bisa terancam kalau dia keluar membantu Jampa sekarang. Dengan pertimbangan yang sudah matang, dia menunggu sampai kesempatan yang menguntungkan datang. Dari jarak yang tidak terlalu jauh dia terus mendengar dan mengamati mereka.
Berjarak beberapa langkah dari Jampa, Devnand duduk di batang pohon yang telah tumbang.
"lihat pohon – pohon ini Gavin! mereka mengorbankan daunnya untuk tetap bisa bertahan hidup. Sama seperti kita manusia, ada masanya kita harus merelakan sesuatu yang berharga demi melanjutkan kehidupan" kepalanya menengadah ke atas dan tangannya menyambut daun – daun yang berguguran."apa maksudmu Devnand?" tanya Gavin yang dari kemarin siang sudah dipenuhi rasa penasaran.
"aku akan menceritakan suatu rahasia yang selama ini hanya diketahui oleh kepala suku saja" Devand mulai menjelaskan, kepalanya memutar ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka.
Viktor mendengar samar – samar apa yang diceritakan oleh Devnand kepada Gavin. Dia tidak berani untuk berjalan mendekat, kuatir mereka akan mengetahui keberadaannya. Dia mencoba menangkap sebisa mungkin apa yang disampaikan Devnand.
Lenguhan Jampa yang sudah mulai sadar mengehentikan beberapa patah kata yang baru saja keluar dari mulut Devnand.
"kau sudah sadar anak muda" Tegur Devnand, penjelasannya yang belum sempat dimulai membuat Gavin makin kebingungan."kau pasti kepala suku Sherpa, ayahnya Sera. Melihat kalian hanya datang berdua ke hutan ini, membuatku semakin yakin kalau hal ini tidak boleh diketahui oleh orang banyak" tebak Jampa mecoba mengangkat kepalanya dengan posisi tubuh yang masih tersungkur. Gavin dengan pedang terhunus berdiri tegak di samping badan Jampa.
"hhaahaahaa, kau pemuda yang cerdas" puji Devnand tanpa membenarkan apa yang diduga oleh Jampa.
"siapa namamu?" tanya Devnand melanjutkan."tidakkah Sera memberi tahu namaku kepadamu?" Jampa menggerak - gerakan tangannya yang diikat.
"putriku? dia tidak pernah membahas apapun tentangmu. yaa, setidaknya bukan dengan mulutnya. Kau pasti heran kenapa aku bisa mengetahui hal ini bukan? Ohh ya, hari ini putriku sangat sibuk. Sepertinya dia tidak bisa datang menemuimu" Devnand bicara dengan nada bangga.
"sebelum mengeksekusimu aku ingin menanyakan satu hal" tambah Devnand sambil mendekatkan kepalanya ke arah Jampa."aku telah memberitahu kepala suku Manang mengenai perihal ini, kalau sampai nanti malam aku tidak kembali ke desa, besok bisa kupastikan pamanku akan datang bertamu ke rumahmu" ancam Jampa dengan wajah serius.
"hmmmmm, selain cerdas kau juga pemberani" puji Devnand yang memasang wajah serius mencoba memikirkan langkah selanjutnya.
"jadi Kalden adalah pamanmu? dimana dia sekarang? kenapa dia membiarkan salah satu anggota sukunya melanggar aturan desa? setahuku dia adalah orang yang tegas. Kalau dia sendiri yang datang menjemputmu kesini, kau akan ku lepaskan" tanya Devnand.Jampa yang mendengar hal itu sontak terkejut hebat, begitu juga dengan Viktor yang sekarang sudah semakin dekat dengan posisi Jampa berada. Kenapa pria gendut ini bisa mengenal Kalden? pertanyaan yang muncul secara bersamaan di kepala Viktor dan Jampa.
"Kalden telah meninggal 5 tahun yang lalu" jawab Jampa singkat.
"bagaimana kau bisa mengenalnya?" tambah Jampa, matanya menyadari ada sesuatu.Baru saja Jampa selesai bicara, sebuah anak panah melesat langsung menancap di batang pohon tempat Devnand bersandar. Panah itu tertancap tepat diatas kepalanya.
"anggap saja itu untuk membalas kebaikanmu karena tidak langsung membunuh keponakanku, selanjutnya anak panahku akan menancap di antara kedua matamu" Viktor tiba – tiba keluar dari balik sebuah pohon dengan posisi sudah siap untuk menembakkan anak panahnya yang kedua.Mereka semua sangat terkejut termasuk juga dengan Jampa. Gavin yang mengetahui bahwa kepala suku mereka dalam kondisi berbahaya tidak berani melakukan pergerakan apapun. Dia dengan cepat meletakkan pedangnya dan mengangkat tangan.
"hei kau, lepaskan ikatan tangan Jampa!" perintah Viktor kepada Gavin, matanya masih fokus membidik Devnand.Bagi penduduk desa, kehilangan kepala suku adalah sebuah bencana yang besar. Untuk saat ini dia hanya bisa menuruti apa perintah Viktor.
Setelah ikatan tangannya terlepas, Jampa langsung berdiri dan mengambil pedang milik Gavin dan pisau kecil miliknya. Tiba – tiba dia melangkah mendekati Devnand dengan pedang di tangan kanan dan pisau kecil di tangan kirinya. Tanpa memedulikan keberadaan Viktor dan Gavin dia menghunuskan pedang yang digenggamnya ke leher kepala suku Sherpa itu."aku akan bertanya kepadamu, aku tidak peduli kalau kau adalah ayah Sera atau bukan, kepala suku Sherpa atau bukan. Jadi jawablah pertanyaanku?" matanya merah membara. Aura membunuh yang sangat kuat membuat bulu - bulu di tubuh Devnand bergidik.
"Jampa, apa yang kau lakukan, kalau kau membunuhnya, desa Manang dan Sherpa bisa berperang" tegur Viktor mencoba membujuk Jampa
"arahkan saja panahmu ke kepala pria yang ada di belakangku ini paman" jawab Jampa singkat tanpa memalingkan wajahnya dari Devnand.
"apa yang terjadi pada ayahku malam itu? apa yang telah kau lakukan kepadanya? kenapa dia tewas bersimbah darah seperti itu?" tanya Jampa, tangannya terlihat menggigil, dia berusaha sekuat mungkin menahan diri untuk tidak menebas leher Devnand.
Dalam hidupnya baru kali ini Devnand merasakan kengerian yang seperti ini. Tubuhnya terasa dingin namun dari pori – porinya keluar keringat yang cukup deras. Dengan lidah yang terbata – bata dia menjawab pertanyaan Jampa.
"apa maksudmu? apa Kalden sudah tiada? aku tidak mengerti sama sekali apa yang kau bicarakan" jawab Devnand.Mendengar jawaban dari Devnand membuat kesabarannya hilang. Jampa melayangkan pedang yang digenggamnya itu ke arah leher Devnand.
"jangan berbohoonggg!!!""tidakkk" Gavin berteriak......

KAMU SEDANG MEMBACA
JAMPA : Hunter From Himalayan Valley
Ficção HistóricaPetualangan pemuda tampan bernama Jampa. Anak dari seorang kepala desa bernama Kalden. Tinggal di desa dengan sistem kekerabatan yang unik. Kisah ini menyajikan petualangan yang mendebarkan dengan berbagai intrik yang menghiasinya. Misteri dari sebu...