PEMBURU

14 4 0
                                    

Setelah masuk cukup dalam, Jampa mulai mengendap dibalik semak - semak sembari meraih busur panah yang tergantung di punggungnya. Jampa tahu, rusa memiliki pendengaran yang sangat tajam, sehingga suara sekecil apapun akan membuatnya lari menjauh. Dia memutuskan untuk menunggu sejenak, berharap ada tanda - tanda keberadaan rusa. Setelah lama menunggu, namun tanda - tanda yang diharapkan tak kunjung datang. Jampa kemudian bangkit berdiri sambil menghela napas.
"Sepertinya perburuan hari ini akan berlangsung lama"

Tekad mendapatkan seekor rusa untuk dibawa pulang membuat dia terus berjalan menyusuri hutan. Biasanya dia tidak pernah berburu sampai sejauh ini. Dari kejauhan terlihat aliran sungai yang berada tidak jauh di luar hutan perburuan. Terus berjalan, dia sampai di sebuah tebing yang tidak terlalu tinggi. Untuk mencapai sungai dia harus menuruni tebing itu terlebih dahulu. Dia menggunakan akar - akar yang tumbuh bergelantungan dari atas tebing sebagai pegangan dan batu - batu yang melekat pada dinding untuk pijakan. Dengan cara itu dia berhasil menuruni tebing. Didorong oleh rasa haus, Jampa langsung berlari - lari kecil mendekati sungai. Saat ini matahari berada tepat diatas kepalanya, pantulan cahaya dari sungai sangat menyengat mata. Setelah minum beberapa teguk, dia menoleh ke seberang sungai, terlihat pohon beringin besar tumbuh di pinggiran sebuah hutan.
"sepertinya akan nyaman jika beristirahat disana" ucapnya dalam hati.
Dengan dalam hanya selutut, Jampa melangkah pelan menyeberangi sungai. Tangannya merogoh ke dalam tas kulit yang diikat di pinggangnya, meraih sepotong roti gandum yang sebelumnya sudah disiapkan sang Ibu. Duduk bersandar di pohon beringin, Jampa menyantap rotinya dengan sangat lahap. Semilir angin diiringi suara riak air tersusun menjadi nada alam yang terdengar merdu. Jampa yang hanya ingin istirahat sejenak, sekarang malah tertidur. Waktu terus berjalan, matahari semakin turun ke arah barat.

"Akar menjadi tempat duduk, batang dijadikan sandaran, daun yang rindang tempat berteduh dan dahan - dahan rimbun tempat burung membangun sarang"

Di desa Manang, hampir semua penduduk desa berada di ladang gandum yang saat ini sedang dipanen. Hidup tertib dan rukun sudah terpatri di setiap jiwa masyarakat suku Manang. Pengaturan kerja yang dibuat oleh para tetua desa selalu dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Sebagian orang terlihat menggunakan sabit memotong batang gandum, sebagian lagi membawa batang gandum yang sudah dipanen ke tempat pengirikan. Amer yang dari pagi tadi ikut membantu, saat ini sedang memukul - mukul batang gandum untuk mengirik bijinya.
"gandum tumbuh subur di tahun ini" ucap Amer dengan terus memukul batang gandum dengan sebuah tongkat.
"cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sampai musim semi mendatang" jawab Lora
"sebagai tetua desa, kau sudah bekerja dengan baik Lora" puji Amer sambil menyeka keringat dari wajahnya.
"begitu juga denganmu Amer, Kalden pasti bangga kepadamu" tambah Lora
"apakah menurutmu begitu? apa yang kulakukan belum seberapa jika dibandingkan dengan Kalden, tapi aku berjanji akan selalu berusaha" jawab Amer dengan wajah tersenyum.
Ikut tersenyum Lora berkata "kau sudah lelah Amer, biarkan orang lain yang melanjutkan"
"semua orang juga sudah lelah Lora, pergilah ke desa, pastikan saja malam ini kami mendapat imbalan yang setimpal" sahut Amer sambil mengedipkan matanya kepada Lora.

Suatu hal yang susah payah dicari datang menghampiri dengan sendirinya. Dari dalam hutan di balik semak - semak muncul satu sosok yang tidak terduga. Rusa yang sedari pagi dicari Jampa saat ini berada di balik pohon beringin tempatnya bersandar. Air yang beriak seakan memanggil - manggil rusa itu untuk datang menghampirinya. Panas matahari membuat pemburu dan buruan sama - sama tergoda oleh air yang menyejukkan. Suara gemerisik di balik punggungnya sontak membangunkan Jampa dari tidurnya. Bergerak pelan sambil menahan nafas, dia mencoba mencari tombaknya.
"sial.." umpat Jampa dalam hati, melihat tombak dan busur panahnya tertinggal di seberang sungai. Saat ini hanya sebilah pisau yang tergenggam erat di tangan kanannya.
"ini saja tidak cukup" ujarnya dalam hati sambil menoleh ke arah pisaunya. Berusaha tidak membuat suara sekecil apapun, dia saat ini hanya bisa waspada.
"kalau itu beruang akan sangat berbahaya berada dalam jarak sedekat ini" gumam Jampa.
Beruang dan harimau adalah binantang yang selalu dihindari oleh para pemburu. Selain memiliki bobot yang besar, mereka termasuk binatang buas yang bisa menjadi sangat berbahaya apabila merasa terancam. Dilengkapi cakar dan taring yang dapat merobek daging dan menghancurkan tulang, seorang pemburu bisa kehilangan nyawanya dalam sekejap.

Dalam ketenangan dia mencoba memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Berniat mencari tahu binatang apa yang berada di belakangnya, Jampa bangkit berdiri, perlahan dia mulai menggerakkan kakinya. Dengan diameter batang mencapai 4 meter, membuat berjalan mengitari pohon beringin ini terasa sangat jauh, apalagi dalam keadaan seperti ini. Hanya beberapa langkah kecil yang berhasil dilakukannya, kemudian terdengar suara hentakan di belakangnya, seperti sesuatu yang menghantam tanah. Jampa sangat kaget kemudian menoleh kebelakang. Terlihat sepasang mata yang menatap ke arahnya. Tidak bisa berkata - kata, dia hanya bisa menyaksikan sosok itu melompat sambil memutar badan di depan Jampa sebelum kembali masuk ke dalam hutan.

"sambar.." ucap Jampa dalam hati. Jenis rusa berukuran besar dengan tinggi 1,4 meter diukur sampai bahu dengan ciri khas bulu kasar yang tumbuh disekitar tenggorokannya.

Tubuhnya belum bisa digerakkan karena efek kejut yang baru saja diterimanya. Jantungnya masih berdegup kencang, tubuhnya seketika lemas. Dia terduduk, bersandar kembali ke batang pohon. Tatapan matanya terlihat kosong begitu juga dengan pikirannya. Mencoba keluar dari kondisinya saat ini, dia mulai menarik nafas dalam - dalam, mengeluarkannya secara perlahan. Beberapa kali diulangnya hingga tubuhnya mulai terasa hangat dan jantungnya sudah berdetak normal. Tidak menunggu lama, dia langsung berlari untuk menjemput tombak dan busurnya. Batu - batu yang tajam di dalam sungai menggores punggung kakinya. Satu goresan di kaki kirinya cukup dalam sehingga membuatnya merasa kesakitan. Setelah menyeberangi sungai, dia melirik ke arah kaki kirinya.

"tidak terlalu parah" ucapnya sambil merobek baju yang dipakainya.
Dengan tergesa - gesa, Jampa duduk menutup lukanya dengan kain dari bajunya, kemudian meraih busur panah dan tombaknya.
"kau tidak akan ku lepaskan, lihat saja" tekadnya

Berjalan cepat memecah aliran air, Jampa kembali melintasi sungai, pandangannya hanya tertuju pada satu arah. Adegan saat rusa jantan itu melompat ke dalam hutan masih terbayang jelas di matanya. Posisinya sekarang sudah berada disamping pohon beringin besar. Kaki kanannya sudah terangkat, mengayun ke depan hendak masuk kedalam hutan. Belum sampai menyentuh tanah, tubuhnya membeku, kakinya tak kuasa dipijakkan, ada sesuatu yang menahannya.
"jangan masuk ke dalam hutan itu!" terdengar suara berbisik di telinganya.

JAMPA : Hunter From Himalayan ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang