Sasha dan Sate Padang

32 2 0
                                    

Hari itu, Sasha melangkah dengan ringan di sepanjang koridor Plaza Senayan. Perut besarnya hampir mendekati sembilan bulan terlihat menonjol di balik dress putih yang manis dan longgar. Langkahnya disertai senyum lebar yang tak bisa ia sembunyikan setiap kali matanya menangkap pakaian bayi di etalase toko. Di sampingnya, Kak Sissy berjalan santai sambil sesekali menahan tangan Sasha yang terlihat terlalu bersemangat.

"Pelan-pelan, Sha," Kak Sissy memperingatkan dengan lembut, "Kamu bawa beban tambahan, jangan lupa."

Sasha tertawa kecil, "Aku nggak bisa tenang, Kak. Lihat deh, dress kecil itu lucu banget!" Sasha menunjuk sebuah dress merah muda dengan pita di bagian dada.

Kak Sissy tersenyum, merasa terharu melihat betapa bahagianya Sasha kali ini. "Sha, buat new born baby, lebih baik kita pilih pakaian yang netral aja. Bayi cepat banget tumbuhnya, nggak lama dress ini pasti udah nggak muat."

Sasha mengangguk setuju, meski matanya masih terpaku pada dress merah muda itu. "Kakak benar deh. Tapi aku nggak bisa nahan diri, ini semua terlalu menggemaskan!"

Mereka melanjutkan perjalanan, masuk ke salah satu toko bayi yang penuh dengan berbagai pakaian dan aksesori mungil. Sasha memilih beberapa setel pakaian dengan warna-warna lembut seperti putih, krem, dan abu-abu. Sesekali dia menoleh ke arah Kak Sissy, meminta pendapatnya, dan mereka berdua tertawa bersama ketika menemukan sesuatu yang sangat lucu.

"Ini beneran momen yang beda, Kak," ujar Sasha saat mereka sudah berada di kasir. "Kehamilan pertama aku nggak sempat melakukan hal-hal kayak gini. Sekarang rasanya aku bisa lebih siap."

Kak Sissy mengangguk, merasakan kesedihan kecil di hati mengingat kehamilan pertama Sasha yang berakhir tragis. Namun, melihat wajah adiknya yang cerah dan penuh harapan, ia tahu Sasha sudah move on dan menerima semuanya dengan lapang dada.

Kak Sissy mengamati Sasha yang hamil besar berjalan dengan langkah yang agak lambat, berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya sambil menahan perutnya yang semakin berat, menyusuri lagi etalase demi etalase di toko perlengkapan bayi.

Siang itu, rambut panjangnya yang biasanya tergerai rapi, hari itu hanya diikat asal di bagian belakang, seakan menambah kesan santai namun tetap cantik. Namun, wajahnya terlihat sedikit berkeringat karena gerah, sesekali ia mengipas-ngipas dirinya sendiri dengan tangan kosong.

Kak Sissy, yang berjalan di sampingnya, terus mengawasi Sasha dengan cermat. "Sha, kamu baik-baik aja, kan? Nggak apa-apa kalau mau istirahat sebentar."

Sasha tersenyum, mencoba meyakinkan kakaknya, "Aku baik-baik aja, Kak. Cuma memang sekarang gampang banget gerah. Tapi lihat ini deh!" Sasha tiba-tiba berhenti di depan etalase yang memajang deretan sepatu rajut kecil-kecil. "Lucu banget, kan?"

Dengan semangat, Sasha mengambil salah satu sepatu rajut berwarna krem dari rak, lalu menawarkannya ke arah perutnya yang besar. "Kamu mau ini nggak, Nak?" Sasha berbicara dengan lembut sambil mengelus perutnya. Kak Sissy yang melihat adegan itu tak bisa menahan tawa.

"Kamu pasti bakal bakat belanja kayak Mamanya," ujar Kak Sissy sambil menggelengkan kepala, masih tersenyum lebar. "Sha, Sha, kamu tuh nggak berubah dari dulu. Selalu punya mata yang tajam buat hal-hal kecil yang lucu."

Sasha tertawa, ikut menikmati momen itu. "Biar ada yang bantuin aku habisin bonus tahunan Ale, Kak. Siapa tahu nanti dia juga bisa negosiasi harga lebih baik dari aku."

Kak Sissy tertawa lagi, "Ale harus siap-siap, kayaknya bakal ada dua Sasha di rumah nanti. Satu Mama, satu Mini Mama!"

Sasha terkekeh sambil mengelus perutnya. "Tapi kan seru, Kak. Lagipula, belanja buat si kecil ini bikin aku semangat dan lupa sama rasa lelah."

Little Call Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang