Chapter 3

16 4 0
                                    

Cuaca di luar gedung tidak terlihat bersahabat hujan mengalir deras membasahi kaca-kaca dari tempatnya berada. dea dapat melihat seberapa deras itu. Suasana di kantor saat ini terlihat sunyi, hanya dirinya sendiri. Gadis itu kali ini harus lembur lagi, dia berfikir kenapa yang lain tidak pernah terlihat lembur. Dia selalu beranggapan bahwa hanya dirinya sendiri yang lembur. Walau dia bisa saja lanjut mengerjakan pekerjaaanya di rumah, tapi gadis itu terlalu malas untuk membawa pulang pekerjaan di rumah. Dia hanya ingin pulang dan beristirahat. Pekerjaan biarlah itu menjadi perkerjaan, di rumah dia hanya ingin bersantai dan beristirahat.

Suara Guntur benar-benar mengagetkan gadis itu, beberapa kali Guntur terdengar dan itu masih saja membuat dea kaget. Dia selalu mengumpat setiap kali terdengar Guntur, bahkan walau pekerjaanya sekarang sudah selesai dia tidak bisa beranjak dari tempatnya. Karena hujan yang deras membuatnya harus menunggu.

Cahaya di ruangan ini sedikit remang, hanya lampu yang berada di mejanya saja yang menyala. Gadis itu memperhatikan dan mendapati bahwa bukan hanya dirinya saja yang bekerja lembur, dia melihat lampu yang masih menyala di ruangan bossnya. Kaca ruangan itu terlihat buram sehingga orang tidak dapat melihat isi dari ruangan itu dari luar.

Sekitar tiga puluh menitan hujan di luar terlihat semakin pelan, Guntur pun bahkan tidak terdengar lagi seakan-akan waktunya telah habis. Dea membereskan barang-barangnya kedalam tas, setelah selesai memasukan dea beranjak pergi tapi tidak lupa gadis itu singgah ke ruangan bossnya untuk berpamitan. Ini mungkin adap sebagai bawahan.

"permisi pak" ucap gadis itu setelah mengetuk pintu. Namun, tidak ada tanggapan dari dalam ruangan bosnya. Gadis itu pun membuka perlahan pintunya dan memasukan sedikit kepala kedalam ruangan mengintip kedalam.

"pak?" panggil dea lagi, kali ini dea masuk kedalam ruangan. Gadis itu tidak melihat bossnya di meja kerjanya. Namun saat hendak berbalik. Betapa kagetnya dia melihat sosok yang sedang duduk di lantai memeluk lutut, kepala yang menunduk menutup wajahnya dengan lututnya. Tangan pria itu yang berusaha menutup telinganya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Gadis itu melihat seksama dan menyadari bahwasanya pria yang sedang meringkuk itu adalah bossnya. Perlahan gadis itu melangkah kearah pria itu, dia dapat mendengar bagaimana bossnya itu bergumam dengan pelan namun tidak jelas.

Gadis itu kini berlutut di hadapan bossnya, bahkan keberadaan dea di depannya tidak diketahui pria itu. perlahan dea mengenggam tangan pria di depannya yang sedang menutup telinga. Merasakan sebuah sentuhan pria itu menoleh ke asal sentuhan. Sekarang dea dapat melihat dengan jelas wajah itu, air mata yang mengalir membuat mata pria itu bengkak. Pria yang selalu mengintimidasi lawan bicaranya itu, terlihat tidak berdaya. Sekarang siapa yang terlihat seperti bayi? Rasa iba muncul dari pikiran dea tangan pria itu gemetar sejati-jatinya. Apa yang harus di lakukan oleh dea saat berhadapan dengan keadaan seperti ini?

"tenanglah, tenanglah tidak apa-apa. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja, tidak ada yang perlu di takuti lagi" bisik gadis itu. Dea mendekatkan badannya kearah pria itu sambil memeluknya, tangannya dia gunakan untuk mengelus kepalanya pelan. Seakan pria yang sedang di pelukannya saat ini seorang bocah yang rapuh.

Dea terus mengelus kepalanya, merasakan sebuah sentuhan membuat pria itu tenang. Tangisnya kini berhenti, ketakutan pria itu kini telah menghilang. Dan saat itu dia merasa sangat lelah, kepalanya terasa berat setelah apa yang terjadi. kini pria itu kehilangan kesadaran di pelukan dea sehingga menyodorkan badannya didekapan gadis itu.

***

Tempat ini bunga dandelion masih bertebaran mengikuti arah angin. Suasana yang terlihat asri tempat yang cocok untuk menenangkan stress. Seorang pria masih tetap berada di bawah pohon yang rimbun. Angin menghantam pohon tersebut, membuat daun-daun bergoyang seakan sedang menari. Kali ini pria itu masih saja duduk memeluk lututnya. Menopang dagu sambil menatap kearah hamparan rumput, tempat yang menurutnya nyaman. Entah berapa lama dia dapat berada di sini, dunia mimpi dunia yang diciptakan oleh imajinasi pria tersebut.

LADY DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang