Chapter 4

11 3 0
                                    

"apa kau akan kembali ke rumah mu?" tanya Adrian. Kini mereka berdua sedang duduk berhadapan, memikirkan apa yang harus mereka lakukan. Apa yang harus mereka katakan. Apa yang harus mereka bicarakan. Rasa canggung benar-benar menguasai. Adrian khawatir jika dea akan bertanya tentang kejadian itu, bingung harus menjawab apa saat gadis itu akan bertanya. Sedangkan dea dia tidak tau apa yang harus dia katakan. Saking banyaknya pertanyaan gadis itu hanya memilih untuk diam.

"sepertinya tidak, aku akan pergi ke minimarket untuk membeli pencuci muka dan sikat gigi" jawab dea, hanya itu yang dapat dia katakan. Jika dia harus pulang untuk saat ini dia akan terlambat untuk kembali bekerja. Dia juga tidak ingin untuk izin walau sekarang dia kelelahan.

"kalau begitu ikut saya" ucap pria itu memerintah. Gadis itu kebingungan apalagi yang akan pria ini lakukan, sangat sulit untuk membaca pikiran pria itu.

"kemana pak?" Tanya dea yang tidak dijawab oleh Adrian. Kesan dinginnya kini kembali, ah lagi-lagi pria itu mendominasi lawannya. Dea hanya mengikuti pria itu dari belakang entah kemana dia akan membawanya, sesampainya di luar. Gadis itu melihat sekeliling, gedung-gedung terlihat tidak berpenghuni. Suara ramai ibu kota seketika terdengar hening. Hanya beberapa kendaraan yang masih berlalu-lalang, udara dingin kini mulai menusuk kulit mereka berdua.

Dea memperhatikan jamnya kini telah pukul tiga pagi. Tidak mungkin dia akan menaiki kereta sekarang, jam operasional kereta akan dimulai jam 5. bajunya sekarang terlihat sedikit berentakan begitupun dengan pria di depannya itu. Dari belakang dea memperhatikan bagaimana kameja pria itu yang telah kusut. Pria itu terlihat tinggi, jika dilihat dari belakang dia terlihat sangat gagah. Bahunya yang bidang, pingangnya yang kecil. Ah kalau bukan karena tempramentnya, pria di depannya akan terlihat sangat sempurnya.

Langkah mereka terus melaju hingga dea tau dengan pasti gedung yang mereka hampiri, 'Big star Tower' sebuah gedung apertement bintang 5 yang terletak di ibu kota, terdiri dari 30 lantai gedung ini benar-benar hanya akan dihuni oleh para orang kaya. Gadis itu mulai berfikir apakah bosnya itu tinggal di sini? jika benar maka bosnya benar-benar sangat kaya. Melihat dari luar saja telah dapat dilihat bahwa arsitektur bangungan itu sangat mewah. Gedung ini juga tidak jauh dari gedung kantor tempat mereka bekerja, hanya dua blok dari sini.

Lihatlah bagian dalam itu, lobinya luas dikelilingi oleh warna emas. Sofa besar di taruh di dalam loby sebagai tempat duduk. Membandingkan dengan gedung apertemen dea, 10x jauh berbeda. Gadis itu tidak dapat membayangkan bagaimana apertement bossnya itu? Bakal semewah apa? Jika dilihat dari lobby yang begitu mewah ini. Orang kaya benar-benar mempunyai level yang berbeda pikir dea.

Keheningan kembali, di dalam lift suasana terasa sangat canggung. Dea masih bingung apa yang akan dilakukan oleh bosnya itu. Gadis itu bahkan berusaha untuk tidak membuat sebuah gerakan yang menarik perhatian pria di depannya. Dia masih khawatir jika pria itu akan memarahinya. Rasa penyesalan terlintas dibenak dea, seharusnya dia menolak ajakan pria itu. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Pintu lift terbuka, mereka kembali berjalan dan berhenti di depan sebuah pintu.

Pria itu memencet nomor pin untuk membuka kunci pintu, dan pintu pun terbuka. Pria itu masuk kedalam, dea sempat berfikir sejenak apakah dia harus masuk kedalam? Apa tidak masalah baginya berkunjung ke rumah seorang pria di pagi buta? Jika teman-temannya tau mungkin akan menjadi skandal yang heboh di kantornya.

"apa yang kau pikirkan? Masuklah" Tanya Adrian yang sempat bingung melihat gadis itu berhenti di depan pintu. Itu membuat dea tersadar dari lamunannya.

"permisi" seru dea. Yang mulai melangkah masuk kedalam apertementnya. Dea tersentak dengan isi dari ruangan itu, apa benar ini sebuah tempat tinggal? Gadis itu melirik kesana kemari melihat sekeliling dalam gedung ini. Tingkahnya dapat dengan mudah dibaca oleh Adrian, wajah itu, kerutan didahi gadis itu benar-benar terlihat kebingungan. Tapi, Adrian tidak berusaha untuk mengatakan apa-apa. Menjelaskan hanya akan membuat pertanyaan baru yang akan muncul.

Dea berfikir keras, di mana dekorasi emasnya? Dan apa ini? Ruangan ini benar-benar kosong. Hiasan lampu mewah yang terbuat dari kristal benar-benar tidak dia jumpai. Apertemen ini kosong benar-benar kosong, seakan rumah ini belum selesai didekor. Dia tidak melihat satu pun perabotan sama sekali, kecuali kain gorden abu polos yang menutupi jendela. Suasana di sini seperti berada di dunia lain. Bahkan apertemen dea masih terlihat penuh jika dibanding dengan apertemen ini.

Gadis itu bingung tidak ada kursi, tidak ada meja. Apa sekarang dia harus melantai? Dia sekarang benar-benar kebingungan harus bertingkah seperti apa, Ekspresi apa yang harus digunakan. Dea memandang kearah pria itu, mata mereka saling memandang. Ini pertama kalinya Adrian membawa seseorang kerumahnya rumah ini selalu kosong, tidak ada apapun di sini. Jika ingin makan Adrian akan memilih untuk pergi makan di luar. Hanya ada air putih di rumahnya, terletak di dapur. Barang-barang dapur masih tersusun rapi tapi tidak tersentuh. Ruangan yang selalu dia sentuh adalah kamarnya, Hanya itu yang sering dia gunakan. Jika pulang kerja dia hanya akan masuk kedalam kamarnya tidur dan bangun lalu berangkat kerja. Pria itu sangat monoton, prinsipnya dia tidak perlu membeli barang yang tidak dia gunakan. Prinsip itu membawanya pada hasil seperti ini.

"apa rumahmu memang selalu kosong seperti ini pak?" kali ini dea tidak bisa untuk tidak bertanya. Melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan bayangannya membuat dia harus bertanya.

"aku hanya membeli barang-barang yang ku butuhkan saja, lagian ini tidak sekosong itu. Dapur dan kamar ku masih memiliki barang yang dapat digunakan" jawab Adrian.

"jadi maksud bapak kamu hanya menggunakan dua tempat itu?" Tanya dea. Pria itu hanya membalas dengan anggukan. Jujur saja dea sempat berfikir apa semua pria seperti ini? Gadis itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Pria depannya saat ini benar-benar aneh. Bukan sejak awal dia memang aneh, perasaan aneh itu selalu terlintas belakangan ini.

"aku akan memberimu pilihan, bolos kerja atau berangkat kerja?" Tanya Adrian. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya mendengar pilihan yang diberikan bossnya, tentu saja saat ini dia berfikir untuk bolos kerja. Tapi dia harus menemui klien hari ini, dan itu sangat penting bagi dea. Makanya dia tidak ingin bolos besok dan meninggalkan kesempatan itu. Tidak tau apa yang akan terjadi jika dea gagal mendapatkan kerjasama itu, pria di depannya mungkin akan memakinya lebih dan lebih keras lagi.

"aku harus bertemu klien besok" ucap dea sambil menghela nafas. Gadis itu benar-benar ingin istirahat dengan benar, semalam tidurnya tidak nyemak. Karena harus mengurus seseorang yang sedang sakit dan seseorang itu sedang berada di depannya, terlalu banyak kejadian hari ini.

"okey, istirahat saja di kamar itu" seru Adrian sambil menunjuk sebuah pintu berwarna hitam. Mata dea mengikuti arah tunjuk itu. Sekarang dia tau bahwa bosnya hanya ingin dia untuk beristirahat di rumahnya. Jujur dea sedikit khawatir jika dia akan dilecehkan oleh bosnya.

Dea berjalan kearah pintu yang di tunjuk dan membukanya melihat dari luar. Terdapat sebuah ruang yang besar, namun memiliki prabotan yang minim kasur, lemari, dan meja belajar yang standar. Dengan prabotan seminim ini dan ruang yang besar, membuat kamar ini terlihat sangat luas. Bahkan untuk manaruh dua meja billiar masih akan memiliki ruang sisa di sini.

Dea pun berbalik melihat kearah Adrian "lalu bapak?" gadis itu berkata dengan pelan. Dia tau jika kamar ini milik Adrian. Dia bisa melihat jas yang tergantung di tiang baju yang terletak di samping pintu.

"aku akan tidur di kamar sebelah" ucap Adrian. Jujur jawaban itu masih terlalu ambigu, kenapa tidak dia saja yang harus tidur di kamar itu dan dia tidur di kamarnya. Itu pilihan yang lebih baik bukan. Tapi lagi-lagi dia tidak bisa mengatakan apapun karena setelah itu Adrian pergi meninggalkan gadis itu sendiri. Dia memasuki sebuah kamar yang tidak jauh dari kamar ini. Lagi-lagi dea bingung dengan tingkah pria ini, sangat sulit membaca pikirannya.  

~ Next Chapter ~

LADY DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang