Chapter 7

5 3 0
                                    

Gemuruh hujan terdengar jelas di ibukota, ini membuat udara menjadi dingin hingga mampu menembus kulit. Seorang pria kini berjalan dengan pelan menerobos derasnya hujan. Semua mata memandang kearah pria itu, orang-orang yang sedang berteduh menatap heran kepadanya. Apa yang sedang dilakukan olehnya, apa dia tidak waras? Ah sangat disayangkan wajah rupawan itu ternyata tidak waras. Bahkan bisikan-bisikan itu dapat terdengar jelas di telinga dea.

Dea gadis yang selalu berfikir untuk tidak memperdulikan tingkah Adrian kini berlari cepat menyebrang jalan, Menerobos kendaraan yang membunyikan klakson kencang. Namun, bunyi klakson itu tidak tertuju kearahnya. Melainkan kepada Adrian. Pria itu dengan langkah yang kosong berjalan melewati jalan tanpa memperdulikan lampu yang berwarna hijau. Pria itu benar-benar cari mati, gadis itu berlari mengumpat sambil berteriak kencang kearah Adrian. Suasana terasa tegang saat orang-orang yang berteduh ikut berteriak. Gadis itu merasa seakan langkahnya menjadi siput, seakan waktu benar-benar berjalan dengan lambat.

Dea terus berlari, kini dia telah sampai di hadapan Adrian, dia tidak perduli lagi jika dia harus kebasahan akibat hujan. Tanpa berkata apapun dea meraih pergelangan tangan Adrian, menariknya menuju ke seberang jalan. Gadis itu dapat mendengar dengan jelas bagaimana supir mobil mengumpat kepada mereka. Kini dia membawa Adrian ke samping jalan untuk berteduh, namun itu bukan solusi karena saat ini mereka berdua telah basah kuyub.

"apa yang kamu pikirkan? Berdiri di tengah jalan? Kamu mau mati?" berbagai pertanyaan dea lontarkan di depan Adrian. Wajah gadis itu terlihat kelelahan sehabis berlari, seakan semua tenaganya habis untuk berlari kearahnya. Dea menatap wajah Adrian dengan seksama, wajah pria itu kini telah dingin, bibirnya pucat membiru. Matanya menatap kosong seakan pandangan dan pikirannya tidak singkron. Adrian masih dengan wajah tanpa ekspresi seakan dia tidak terlihat kedinginan, ah dea tidak bisa mehan lagi. Matanya berair, seakan penderitaan pria itu diserap oleh dea. Seberapa sakitnya itu? beban apa yang sebenarnya dia pikul? Oh Adrian kepribadian mu membuat gadis itu menatap kasihan padamu. Hidup dea yang miskin dan penuh kerja keras untuk mencapai pucak, beban yang dia laluin sampai saat ini. berhemat agar bisa hidup, melihat barang mewah tapi tidak sanggup untuk membelinya. Namun, itu seakan tidak sebanding dengan Adrian yang terlihat seperti mayat hidup, seakan hidup pria itu tidak berarti.

Kini air mata mengalir di sebelah mata dea, terasa hangat turun melalui pipi gadis itu. dea menunduk dan tidak berani untuk menatap wajah Adrian. Dia malu saat menunjukan air matanya, dia gadis yang selalu tegar saat keadaan buruk menimpahnya kini meneteskan air matanya saat melihat Adrian.

Terkaget Dea mendongak keatas saat merasakan sebuah sentuhan. Tangan Adrian terasa dingin dan begetar itu sedang menyentuh pipi dea, jempolnya menghapus air mata yang membasahi pipinya. Dea dapat merasakan bagaimana tangan Adrian yang besar membelai pipinya, hingga dea dapat menyandarkan kepalanya di telapak tangan itu.

"jangan mengangis" itu yang diucapkan Adrian, dengan pelan dan lembut. Perkataan itu memiliki arti yang lain bagi dea. Seakan dea tidak perlu menanggung penderitaan Adrian. Ah sebenarnya siapa yang harus dihibur saat ini. dea menatap heran kepadanya, dengan perasaan bingung. Dea benar-benar bingung dengan pemikiran Adrian.

***

Ruangan yang gelap dan hampa, itulah tempat tinggal Adrian. Apertemen mewah yang tidak memiliki prabotan sama sekali. Baru tadi pagi saat dea kembali dari apertemen ini dan dia kembali lagi kesini. Hujan di luar masih sama derasnya, mereka berdua berhasil sampai dengan menerjang hujan yang deras itu. untung saja dea memiliki tas kresek tadi saat membeli buku, jadi dia bisa membungkus tas dan ponselnya di dalam situ. Hingga itu aman dari air hujan, sedangkan Adrian sedari awal dia tidak membawa satupun barang.

"tunggu disini aku akan membawa handuk" seru Adrian dan bergegas meninggalkan dea yang menunggu di dekat jendela. Dea memandang kearah luar, hujan yang mengenai jendela ditambah dengan tempat yang kosong ini, benar-benar kombinasi yang sangat cocok. Bahkan lampu di dalam apertemen ini masih tidak cukup untuk menerangi seisi ruangan.

LADY DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang