Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Adam merasa campur aduk antara antusiasme dan kecemasan saat memutuskan untuk kembali ke kantor. Meskipun hanya akan berada di sana untuk memeriksa dan menandatangani berkas-berkas penting, pengalaman ini sangat berarti baginya. Kehidupan kerja yang sempat terhenti kini mulai kembali berlanjut.
Pagi itu, Bayu, asisten terpercaya Adam, tiba di rumah dengan mobil. Dia tersenyum lebar saat melihat Adam yang siap untuk hari pertama kembali ke kantor. Bayu segera menghampiri dan membantu Adam, memastikan semua berjalan lancar. Dengan hati-hati, Bayu membantu Adam berpindah dari kursi roda ke dalam mobil.
"Selamat pagi, Pak Adam," sapa Bayu ramah. "Kami semua sudah menantikan kehadiran Anda di kantor."
"S-Selamat p-pagi, B-Bayu," jawab Adam dengan suara penuh semangat meski sedikit terbata-bata, "T-Terima k-kasih s-sudah m-menjemput."
Bayu membalas senyum Adam dengan penuh perhatian. "Tidak perlu berterima kasih, Pak. Saya senang bisa membantu."
Dengan hati-hati, Bayu mengangkat tubuh Adam ke dalam mobil, memastikan Adam merasa nyaman dan aman. Setelah Adam duduk di kursi mobil dengan nyaman, Bayu memeriksa apakah semua keperluan sudah ada di dalam mobil, kemudian melaju menuju kantor.
Sesampainya di kantor, Bayu membantu Adam turun dari mobil dan memindahkannya kembali ke kursi roda. Bayu sangat berhati-hati, memastikan setiap gerakan dilakukan dengan lembut agar Adam merasa nyaman.
"Terima kasih, Bayu." ujar Adam penuh rasa syukur.
"Sama-sama, Pak. Mari kita masuk, semua orang sudah menunggu," kata Bayu sambil mengarahkan kursi roda Adam menuju pintu masuk kantor.
Di dalam kantor, suasana terasa hangat dan penuh semangat. Para karyawan yang telah lama menunggu kedatangan Adam segera menyambutnya dengan antusias. Mereka semua berkumpul di area lobi, memberikan tepuk tangan dan ucapan selamat datang.
"Selamat datang kembali, Pak Adam!" seru karyawan dengan penuh gembira.
Adam merasa terharu, ia tersenyum melihat sambutan yang diberikan oleh karnyawannya.
Bayu memandu Adam ke ruang kerjanya yang sudah dipersiapkan dengan baik. Semua dokumen penting sudah diletakkan di meja kerja Adam, siap untuk diperiksa. Meskipun hanya duduk di kursi roda, Adam merasa bersemangat bisa kembali berpartisipasi dalam aktivitas perusahaan, meskipun dalam kapasitas yang lebih terbatas.
Dengan cermat, Adam mulai memeriksa berkas-berkas yang ada di meja. Setiap kali ada dokumen yang perlu ditandatangani, Bayu dengan sigap membawakan pena dan membantu Adam menandatangani sesuai kebutuhan.
Selama beberapa jam berikutnya, Adam fokus pada pekerjaannya. Dia merasakan kebanggaan dan kepuasan melihat kemajuan perusahaan yang telah diatur dengan baik oleh Bayu. Meskipun dia hanya dapat terlibat dalam beberapa hal, setiap keputusan yang diambil dan setiap tanda tangan yang diberikan membuatnya merasa kembali terhubung dengan dunia kerjanya.
Ketika waktu istirahat tiba, Bayu mengajak Adam untuk bergabung dalam pertemuan singkat dengan tim. Adam merasa sangat dihargai saat timnya menyampaikan update tentang proyek-proyek yang sedang berjalan. Mereka juga mengajak Adam untuk berbicara dan memberikan arahan, meskipun Adam hanya dapat berbicara dalam kapasitas terbatas.
Selama pertemuan, Adam berbicara dengan semangat meski kadang-kadang terbata-bata. "Saya... s-senang sekali... melihat kemajuan kalian. T-Terima kasih atas kerja keras dan dedikasi kalian."
Tim memberikan tepuk tangan meriah, menunjukkan dukungan mereka terhadap Adam. "Kami semua sangat bangga bisa bekerja dengan Anda, Pak Adam. Kami akan terus berusaha keras untuk menjaga agar semuanya berjalan lancar."
Hari itu berakhir dengan penuh kebanggaan dan kepuasan bagi Adam. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Bayu kembali membantu Adam naik ke mobil dan membawanya pulang ke rumah. Adam merasa lelah tetapi bahagia. Kembali ke kantor memberikan rasa pencapaian yang mendalam, dan dukungan dari Bayu serta timnya memberikan semangat tambahan untuk melanjutkan pemulihan.
Sesampainya di rumah, Karin menyambut Adam dengan senyuman hangat. "Bagaimana hari pertamamu kembali bekerja, Mas?"
Adam tersenyum lelah namun bahagia. "H-Hari ini s-sangat b-berarti. A-Aku merasa s-sangat b-bersyukur bisa k-kembali b-berpartisipasi, m-meskipun d-dalam k-kapasitas t-terbatas. T-Terima k-kasih t-telah m-mendampingi."
Karin pun memeluk Adam dengan penuh kasih sayang. Karin kemudian mempersiapkan peralatan mandi untuk Adam. Meskipun Adam merasa dia bisa mandi sendiri, Karin ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik dan memberikan dukungan penuh. Dia mengatur peralatan mandi seperti sabun, sampo, handuk, dan memastikan semuanya siap.
"Mas, aku sudah menyiapkan semuanya. Ayo, kita ke kamar mandi," ujar Karin dengan lembut sambil membantu Adam berpindah dari kursi roda ke kursi mandi.
Adam mengangguk, merasa berterima kasih atas perhatian dan bantuan Karin. "T-Terima kasih, Karin. S-Sebenarnya aku bisa mandi sendiri, tapi aku menghargai bantuanmu."
Karin membantu Adam ke kursi mandi dengan hati-hati, dan kemudian mulai memandikannya dengan lembut. Dia membasahi tubuh Adam dengan air hangat, menyabuni dengan lembut, dan membilasnya dengan penuh perhatian. Karin berbicara lembut untuk memberikan dorongan moral selama proses ini. "Kamu sudah melakukan pekerjaan yang sangat baik hari ini, Mas. Aku bangga padamu."
Sementara Karin mandi, Adam merasa canggung dan sedikit jijik dengan kotoran tubuhnya. "K-Karin, aku m-maaf. Aku merasa sangat tidak nyaman dan jijik dengan k-kotoranku sendiri," ujarnya, merasa bersalah karena harus mengandalkan Karin untuk membersihkan dirinya.
Karin tersenyum lembut sambil terus membersihkan Adam dengan penuh perhatian. "Tidak apa-apa, Mas. AKu di sini untukmu, dan aku tidak merasa terbebani. Ini bagian dari perawatan, dan kita akan melewatinya bersama."
Setelah selesai mandi, Karin mulai mengganti pampers Adam dengan hati-hati. Proses ini dilakukan dengan penuh perhatian, memastikan Adam merasa bersih dan nyaman. Karin berbicara lembut untuk menghibur Adam dan membuatnya merasa lebih baik. "Kita sudah hampir selesai, Mas. Aku pastikan semuanya bersih dan nyaman."
Adam merasa sangat dihargai dengan perhatian Karin. "T-Terima kasih, Karin. A-Aku benar-benar merasa sangat jijik dengan k-kotoranku sendiri."
Karin memegang tangan Adam dengan lembut dan penuh kasih. "Kamu tidak perlu merasa seperti itu, Mas."ucap karin.
Setelah mengganti pampers, Karin membantu Adam kembali ke kursi roda dengan hati-hati. Dia memastikan Adam merasa nyaman dan siap untuk beristirahat setelah hari yang panjang. Karin membalut Adam dengan selimut hangat dan menyusun bantal di sekelilingnya dengan perhatian penuh.
"Semua sudah siap, Mas. Aku akan selalu di sini jika kamu membutuhkan sesuatu," kata Karin sambil memeriksa setiap detail untuk memastikan Adam merasa nyaman.
Adam tersenyum, merasakan kehangatan dan cinta dari Karin. "K-Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa nyaman. T-Terima kasih banyak."
Karin tersenyum dan duduk di samping Adam, memegang tangannya dengan lembut. "Aku hanya ingin melihatmu bahagia dan nyaman. Kita akan terus berjuang bersama, dan aku yakin hari-hari ke depan akan semakin baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi CEO Cacat
ChickLitAdam Putra Lesmana adalah ceo kaya yang memiliki kekuasaan dimana mana. lelaki sempurna yang tampan dan begitu mempesona namun karena kecelakaan , semuanya berubah. Karin Astiana Putri adalah gadis biasa anak dari seorang supir di keluarga Adam yang...